Teladan Eka Tjipta, Modal Keluarga Kembangkan Bisnis
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
Kepergian Eka Tjipta Widjaja meninggalkan duka mendalam bagi anak dan cucunya. Meski demikian, mereka bersyukur Eka mewariskan memori indah, teladan, dan ajaran penting sebagai modal dalam mengelola bisnis.
Semua memori dan nilai yang diajarkan itu, kembali diceritakan, saat acara pemakaman Eka di Tempat Pemakaman Keluarga Widjaja, Sabtu (2/2/2019). Pemakaman itu dihadiri ratusan orang, baik sanak keluarga, kerabat, dan kenalan.
Pagi itu, akses masuk ke pemakaman yang berada di desa Marga Mulya, Karawang, Jawa Barat, dipenuhi karangan bunga berisi ucapan duka. Ratusan tamu yang hadir kompak mengenakan pakaian putih.
Area pemakaman didesain dengan kembang berbagai warna bermekaran, namun suasana duka sangat terasa saat menginjakkan kaki di dalam tenda pemakaman itu. Lagu dan doa pujian terus dilantunkan hingga acara pemakaman selesai pada pukul 13.00.
"Banyak memori indah bersama Opa. Dia adalah orang yang sangat penyayang, penuh belas kasih, dan sangat pintar," kata Megain Widjaja, salah satu cucu Eka, saat menceritakan kisahnya bersama Eka sewaktu masih hidup.
Bagi Megain, Eka merupakan sumber inspirasi yang selalu mendorongnya untuk melakukan yang terbaik dalam setiap usaha apapun yang dijalani. Kesuksesan sebuah usaha tergantung dari ketekunan dan kemampuan untuk berinovasi.
Ia bersyukur Opanya meninggalkan warisan tak ternilai, yaitu nama besar. Warisan itu merupakan aset yang perlu dijaga sekaligus menjadi tantangan bagi anak dan cucunya untuk terus melanjutkan kesuksesan yang diraih Eka.
Sisi lain dari Eka juga diuturkan salah satu anaknya Teguh Ganda Widjaja. Satu pesan yang selalu teringat, yaitu jaga kepercayaan dan nama baik. Prinsip itu yang membawa Eka yang sempat jatuh berkali-kali, selalu bangkit dan kini dinobatkan sebagai orang terkaya ke-tiga di Indonesia.
"Bapak pernah mengalami delapan kali jatuh, namun sembilan kali ia bangkit. Karena bagi bapak, kesuksesan itu bukan dinilai dari tingginya kesuksesan yang diraih, tetapi dari tingginya upaya untuk bangkit saat jatuh," kata Teguh.
Ayahnya mampu bangkit karena menanamkan rasa percaya yang kuat pada orang lain. Sehingga, saat membangun usahanya yang hancur, ia masih dipercaya dari berbagai pihak termasuk perbankan.
Nilai kebaikan
Kini, Eka telah pergi. Jenasahnya yang disemayamkan sejak 26 Januari 2019 di Rumah Duka Sentosa RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, sudah dimakamkan pada Sabtu (2/2/2019), pukul 12.00.
Eka meninggalkan warisan tak ternilai, yaitu nama besar. Warisan itu merupakan aset yang perlu dijaga sekaligus menjadi tantangan bagi anak dan cucunya untuk terus melanjutkan kesuksesan yang diraih Eka.
Selain meninggalkan warisan bisnis, ia juga meninggalkan kesan baik, sebagai orang yang hidup sederhana dan banyak beramal. Nilai itu, bagi Teguh menjadi tantangan besar untuk dipertahankan dan terus ditularkan.
"Sukses itu tidak gampang. Kalau tidak dijaga, nilai-nilai yang diajarkan bapak akan luntur," ucap Teguh.
Nilai yang perlu dijaga tidak hanya soal kreatifitas dalam membangun bisnis, namun harus bermanfaat bagi orang lain. Nilai itu sudah lama tertanam dalam sanubari Eka.
Eka berpesan pada anak-anaknya untuk hidup hemat. Tetapi ia juga meminta mereka untuk beramal sebesar-besarnya. Prinsip itu juga yang menjadi dasar bagi Eka untuk lebih banyak bergerak di bidang usaha seperti kertas, kelapa sawit, perbankan, dan kini merambah ke bisnis properti.
"Bapak selalu bilang, yang membuat dia bahagia itu kalau terus menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang," kata Teguh.
Pada akhirnya Teguh dengan mata berkaca-kaca menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang sudah banyak membantu.
Eka berpesan pada anak-anaknya untuk hidup hemat. Tetapi ia juga meminta mereka untuk beramal sebesar-besarnya
Derasnya aliran dukungan dan turut berbela sungkawa yang disampaikan berbagai pihak melalui karangan bunga, media massa, mapun donasi menjadi motivasi dan semangat bagi keluarga untuk terus melanjutkan jasa Eka Tjipta Widjaja.