Aktivitas Gunung Karangetang Tinggi, Warga Mengungsi
Sebanyak 22 warga Desa Batubulan, Kecamatan Siau Barat Utara, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, akhirnya diungsikan menyusul erupsi Gunung Karangetang, Sabtu (2/2/2019) pagi. Aktivitas Karangetang hingga Sabtu malam dilaporkan terus berlangsung dengan mengeluarkan bara api di puncak gunung.
Oleh
Jean Rizal Layuck
·2 menit baca
MANADO, KOMPAS — Sebanyak 22 warga Desa Batubulan, Kecamatan Siau Barat Utara, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, akhirnya diungsikan menyusul erupsi Gunung Karangetang, Sabtu (2/2/2019). Aktivitas Karangetang hingga Sabtu malam dilaporkan terus berlangsung dengan mengeluarkan bara api di puncak gunung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sitaro Bob Wuaten dihubungi dari Manado, Sabtu malam, mengatakan, aktivitas Karangetang tak pernah berhenti meski dalam intensitas kecil.
”Sampai malam hari ini (Sabtu), aktivitas gunung dapat dilihat dengan mata telanjang munculnya bara api di puncak. Tadi pagi kami dapat laporan Karangetang mengeluarkan lava,” katanya. Status Gunung Api Karangetang dengan tinggi 1.784 meter dari permukaan laut itu telah naik dari Waspada menjadi Siaga sejak akhir tahun lalu.
Yudi Tatipang, petugas pengamat gunung api Karangetang, mengatakan, Sabtu sekitar pukul 10.00 Karangetang sempat mengeluarkan guguran lava yang masuk ke Kali Malebuhe, berjarak sekitar 2.500 m dari puncak. Guguran lava juga mengarah ke arah Kali Batuare berjarak 2.000 m.
”Kami akhirnya merekomendasi Pemkab Sitaro agar mengevakuasi warga di sekitar kali,” katanya.
Wuaten mengatakan, pihaknya memaksa 22 warga di sekitar Kali Batuare dan Malebuhe untuk mengungsi menjauh dari aliran guguran lava. Warga mengungsi di lokasi berjarak 200 meter dari lokasi aliran lava. Pemkab Sitaro bersama aparat kepolisian setempat juga menutup akses jalan di Batubulan dari pelintasan umum. Kondisi siaga darurat bencana diberlakukan hingga tiga bulan ke depan sampai aktivitas Karangetang benar-benar mereda.
Pemkab Sitaro belajar dari letusan besar Gunung Karangetang tahun 2015 yang memaksa 400 warga mengungsi dalam kondisi panik. Letusan Karangetang waktu itu merusak lahan perkebunan dan rumah warga serta infrastruktur jembatan dan jalan.
”Ketika itu warga berlari dalam kondisi panik memunculkan korban puluhan orang cedera. Belajar dari letusan tahun 2015, sejak awal kami menyiapkan jalur dan tempat evakuasi,” katanya.