"Sport Tourism", Cara Terbaik Merawat Warisan Asian Games
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Industri sport tourism atau pariwisata olahraga menjadi cara terbaik merawat warisan Asian Games. Ajang pariwisata olahraga dapat menyokong biaya pemeliharaan arena olahraga sekaligus mengembangkan ekosistem olahraga di daerah tersebut.
Perhelatan Asian Games Indonesia 2018 meninggalkan warisan berharga berupa infrastruktur olahraga. Pemerintah menghabiskan dana sekitar Rp 6,2 triliun untuk untuk merehabilitasi arena Asian Games di Gelora Bung Karno, Jakarta, Jakabaring Sports City, Palembang, dan membuat wisma atlet.
Dana besar itu akan terbuang percuma jika arena olahraga akhirnya rusak karena tidak dirawat akibat kekurangan biaya. Belajar dari penyelenggara multicabang, Brasil, Yunani, dan China, infrastruktur olahraga mereka terbengkalai karena tidak mampu memutar ekonomi dari investasi besar itu.
Ketua Panitia Penyelangga Asian Games Indonesia (Inasgoc) Erick Thohir mengatakan, industri olahraga yang memanfaatkan pariwisata menjadi cara paling efektif. Kehadiran sebuah ajang pariwisata olahraga membuat pemerintah daerah memeroleh keuntungan ganda.
Pertama, pemerintah daerah mampu membiayai perawatan arena yang mahal. Kedua, masyarakat lokal terdorong dari sisi ekonomi. Hal itu akan membentuk ekosistem sempurna.
“Setelah Asian Games kan daerah-daerah memiliki modal seperti arena, infrastruktur, dan perubahan perilaku masyarakat, itu harus dimanfaatkan pemerintah daerah. Harus dijaga warisan itu," kata Erick pada acara dialog Palembang Triatlon, Kamis (31/1/2019), di FX Sudirman, Jakarta.
Potensi pariwisata olahraga di Indonesia sangat besar. Perilaku masyarkat setelah Asian Games lebih cenderung menyukai olahraga dan gaya hidup sehat. Hal itu seiring dengan pertumbuhan ajang olahraga pariwisata.
Contohnya seperti ajang lari maraton, Borobudur Maraton ataupun Bali Maraton. Keduanya mendapat antusias yang semakin tinggi pada 2018. Konsep itu harus mulai dibawa ke kota-kota dengan warisan Asian Games.
Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Rudy Salahuddin mengucapkan, pertumbuhan pariwista olahraga saat ini mencapai 6 persen per tahun. Pertumbuhan itu melebihi ekonomi nasional yang stagnan di angka 5 persen.
“Dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dari ekonomi nasional, maka kita bisa lihat industri ini punya masa depan yang bagus. Artinya sport tourism masih akan terus berkembang di Indonesia,” kata Rudy.
Masalahnya, menurut Rudy, pemerintah daerah memiliki peran penting untuk mengembangkan itu. Mereka harus berinovasi dan proaktif mencari ajang tunggal olahraga ke daerahnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani mengatakan, sejak Asian Games berakhir, banyak permintaan untuk menyelenggarakan ajang olahraga. Pihaknya sangat terbuka dengan hal itu. Salah satunya Palembang Triathlon yang akan digelar pada 10 Februari 2019.
"Kalau bisa ajang seperti ini semakin banyak lagi dan menjadi ajang tahunan. Karena jika ajang tahunan kami bisa memasukkan ke dalam kalender pariwisata. Jadi bisa lebih besar lagi," kata Isnaini.
Penyelenggara Palembang Triatlon akan memanfaatkan seluruh fasilitas di JSC, mulai dari trek lari, bersepeda, dan danau. Bahkan mereka memberikan pilihan atlet untuk tinggal di wisma atlet.
"Kami memang berniat menjaga warisan Asian Games yang sudah ada. Apalagi di sana sudah lengkap jadi kami tidak sulit lagi untuk menyelenggarakan ajang triatlon," kata Julia Nurdin, CEO Rocca, panitia penyelenggara Palembang Triatlon.