Perjuangan Pasangan Muda Lolos dari Malam Keramat
Satu Suro atau Sura, hari pertama penangggalan Jawa kerap dipercaya merupakan hari raya para makhluk halus. Di tengah perkembangan teknologi, hal itu masih dipercaya sebagian masyarakat sebagai hari keramat.
Kepercayaan itu diangkat ke layar lebar dengan judul Satu Suro oleh Sutradara Anggy Umbara dan diproduksi oleh rumah produksi Umbara Brother Films dan Pichouse Films, anak perusahan MD Pictures. Film ini dilakoni bintang utama aktris Nino Fernandez dan Citra Kirana yang beperan sebagai pasangan suami istri.
Film yang akan tayang perdana di layar lebar pada 7 Februari 2019 ini, meski menampilkan adegan horor, namun sesungguhnya menyiratkan pesan tentang perjuangan pasangan yang membangun rumah tangga baru.
Pesan tentang pasangan muda yang baru menikah dan berjuang untuk hidup mandiri. Untuk mewujudkan impian itu, Bayu (Nino Fernandez) bertemu sahabat ayahnya. Ia lantas diberi sejumlah uang dan sebuah rumah tua di luar kota.
Namun, beberapa hari tinggal di rumah itu, sejumlah kejadian aneh mulai menghantui. Hal-hal aneh itu datang melalui mimpi yang dialami sendiri oleh Bayu ataupun Dinda (Citra Kirana).
Puncak konflik trailer ini dibuka dengan percakapan pasangan suami istri itu di rumah baru mereka. Dinda yang saat itu tengah hamil besar harus ditinggal suaminya untuk bekerja. Saat kembali, ia mendapati istrinya sedang mengeluh kesakitan untuk melahirkan.
Bayu kemudian memacu mobilnya membawa Dinda ke sebuah rumah sakit yang letaknya tak jauh dari perkampungan itu. Sesampainya di rumah sakit, dokter memberitahu bahwa waktu untuk melahirkan masih beberapa jam lagi.
Saat itu, Dinda pun menceritakan kegundahannya selama tinggal di rumah itu, akibat sejumlah kejadian aneh yang sering ia alami. Ia pun meminta suaminya agar setelah melahirkan mereka tak kembali lagi ke rumah itu.
Tanpa menolak, Bayu pamit dan mengemas sejumlah barang milik mereka. Saat Bayu pergi, di rumah sakit, Dinda yang ditinggal sendirian mulai menjumpai kejadian-kejadian aneh. Sosok dokter dan suster di rumah sakit itu berubah menjadi makhluk halus yang menakutkan.
Sementara di rumah, Bayu yang telah selesai mengemas barang masih bertandang ke salah satu warung di kampung itu. Dari pemilik warung yang dilakoni aktris Ence Bagus, ia mendapat cerita kalau rumah sakit itu sudah tak lagi digunakan. 10 tahun lalu, rumah sakit itu terbakar dan menewaskan semua penghuni di dalamnya.
Cerita itu berlanjut dengan perjuangan Dinda yang harus melahirkan di rumah sakit yang telah berubah menjadi bangunan tua. Ia juga harus berjuang menyelamatkan bayinya dari incaran makhluk halus di tempat itu yang ingin menyantap bayinya yang masih dianggap suci.
Sutradara Anggy Umbara, seusai acara Screening Film itu, kepada wartawan, Kamis (30/1/2019) malam, di Jakarta Pusat, mengatakan, film ini sengaja didesain horor dengan mengangkat kepercayaan masyarakat Jawa, karena film beradegan horor dengan latar belakang kebudayaan masyarakat tradisional masih menjadi primadona.
Trailer ini, Kata Uggy, kisahnya tidak dibangun dari fantasi semata. Namun, dari hasil riset dan cerita sebagian orang, kisah-kisah mistis itu masih sering terjadi.
"Setelah kami riset memang kejadian seperti itu masih ada. Di sepanjang Jawa Timur dan Jawa Tengah, kami temukan banyak cerita seperti itu," katanya.
Film ini kata Anggy, selain menampilkan sosok mahluk halus dengan penampakan wajah berlumur darah dan terbakar, juga diimbangi dengan suara yang sewaktu-waktu membuat penonton kaget.
"Penonton kita masih suka dikagetin. Jadi, kami mencoba hadirkan emosi itu lewat suara-suara yang sudah dikonsepkan," katanya.
Sejak 1930-an
Berdasarkan catatan Kompas, tontonan yang berbau klenik atau mistik sudah dikenal sejak tahun 1930-an. Misalnya film Tie Pat Kai yang dibuat pada tahun 1935.
Adapun hingga tahun 1994, tercatat sedikitnya 106 judul film mistik dihasilkan. Rupa pemeran dalam film mistik bermacam-macam, ada yang berupa hantu, kuntilanak, atau ular betina yang biasanya diperankan perempuan.
Sejumlah aktor yang pernah membintangi film mistik, yaitu Tuty Suprapto, Debby Cynthia Dewi, dan Joice Erna.
Kepopuleran film mistik mencapai puncaknya saat dibintangi Zuzanna. Beberapa film yang dibintangi Zuzanna sejak tahun 1980-an hingga awal tahun 1990-an antara lain, Nyi Blorong, Ratu Ilmu Hitam, Malam Jumat Kliwon, Petualangan Cinta Nyi Blorong, Santet, Ajian Ratu Laut Kidul, Sundel Bolong, dan Malam Satu Suro. (Kompas, 19/8/2001).
Produser film Satu Suro, Manoj Punjabi, mengatakan ketenaran sejumlah film mistik itu pada zamannya, menjadi tantangan bagi timnya untuk menampilkan sesuatu yang kian berbeda di masa kini. Hal itu yang melandasi pembuatan film ini untuk tidak hanya sekadar membangun emosi penonton, namun menyiratkan pesan tertentu.
Oleh karena itu, pihaknya juga mengadopsi kehidupan nyata pasangan muda yang berjuang untuk hidup mandiri. Di mulai dari upaya mempunyai rumah, memenuhi kebutuhan dalam keluarga, dan perjuangan untuk belajar menjadi suami atau istri.
"Dari awal kami memang sudah berencana untuk buat horor yang beda. Kalau dari judulnya memang lebih kepada faktor jualan agar menarik minat masyarakat," katanya.
(STEFANUS ATO)