Separuh Wilayah Kota Bekasi Tak Punya Penerangan Jalan
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Lebih dari separuh wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat, terutama di jalan-jalan penghubung permukiman, tidak mendapatkan penerangan jalan umum. Akibatnya, sejumlah wilayah berkembang menjadi areal rawan kecelakaan dan kejahatan.
Berdasarkan data Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Bekasi, ketersediaan penerangan jalan umum (PJU) belum mampu memenuhi kebutuhan kota. Panjang jalan di Kota Bekasi mencapai 4.000 kilometer, membutuhkan 80.000 unit PJU yang semestinya dipasang setiap 50 meter.
”Hingga akhir 2018, jumlah PJU kami adalah 37.853 unit. Belum mencapai separuh dari kebutuhan ideal,” kata Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Bekasi Arief Maulana di Bekasi, Kamis (31/1/2019).
Menurut Arief, sejumlah PJU itu pun tidak semuanya berfungsi. Sebanyak 7.570 unit atau 20 persen dari total PJU itu rusak. Sebagian besar PJU rusak karena usianya sudah sekitar tujuh sampai 10 tahun.
Sebanyak 7.570 unit atau 20 persen dari total PJU itu rusak. Sebagian besar PJU rusak karena usianya sudah sekitar tujuh sampai 10 tahun.
Setiap tahun, jumlah PJU ditambah seiring dengan meluasnya pembangunan. Pada 2017 misalnya, ada penambahan 2.645 PJU. Meski terus ditambah, kerusakan pada sejumlah PJU juga terus terjadi.
”Setiap tahun rata-rata terjadi kerusakan sebanyak 20 persen dari total PJU,” katanya.
Selain faktor usia, kata Arief, kerusakan juga terjadi akibat teknologi jenis lampu yang digunakan. Sebagian besar PJU masih menggunakan lampu konvensional berdaya tinggi. Jenis itu lebih rentan rusak ketimbang lampu berteknologi baru, yaitu light emitting diode (LED).
Namun, Pemerintah Kota Bekasi terkendala anggaran dana untuk mengonversi jenis lampu konvensional menjadi LED. Harga LED 60 persen lebih mahal ketimbang lampu konvensional.
”Kami sedang berusaha bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengonversi PJU,” ujar Arief.
Meski lebih mahal, kata Arief, penggunaan LED mampu mengurangi biaya listrik hingga 40 persen. Saat ini, biaya listrik yang harus dibayar Rp 5 miliar per bulan.
Penggunaan LED mampu mengurangi biaya listrik hingga 40 persen. Saat ini, biaya listrik yang harus dibayar Rp 5 miliar per bulan.
Rawan
Arief menjelaskan, kekurangan PJU menyebar ke sejumlah tempat. Mulai dari jalan arteri provinsi hingga jalan lingkungan atau permukiman. Kekurangan terbanyak terjadi, antara lain, di kecamatan Bantargebang, Bekasi Barat, Mustikajaya, dan Jatiasih.
”Terutama di areal permukiman yang ada di pelosok, belum ada penerangan. Kekurangan penerangan itu berpotensi memunculkan aneka bahaya,” katanya.
Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Bantargebang Komisaris Siswo mengatakan, kekurangan PJU salah satunya di Jalan Siliwangi atau Jalan Raya Narogong. ”Jalan yang menjadi akses truk di atas golongan III itu memang gelap dan rawan kecelakaan,” kata Siswo.
Polsek Bantargebang mencatat, sepanjang Desember 2018-Januari 2019, telah terjadi sembilan kali kecelakaan lalu lintas yang menewaskan satu orang. Kecelakaan itu juga mengakibatkan empat orang luka berat dan empat orang luka ringan.
Potensi kejahatan jalanan juga semakin besar di lingkungan yang gelap. Siswo mengatakan, pada Jumat (11/1/2019), terjadi pembegalan di Mustikajaya pada pukul 02.00 WIB. Begal yang kabur ditangkap di Jalan Raya Bantargebang Setu.
Potensi kejahatan jalanan juga semakin besar pada lingkungan yang gelap.
Jamal (23), mahasiswa universitas swasta di Bekasi, mengatakan, PJU juga minim di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Bekasi Barat. Warga Cipinang, Jakarta Timur, itu melewatinya setiap hari saat berangkat dan pulang kuliah.
”Di sana sering sekali terjadi kecelakaan, terutama saat pengendara hendak berputar balik, biasanya bertabrakan dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan,” kata Jamal. Selain itu, ia juga kerap melihat kerumunan gangster pada pukul 00.00 WIB.
Dean (23), warga Rawalumbu, mengatakan, selalu khawatir saat melewati Jalan Sersan Aswan di sekeliling Lapangan Multiguna, Bekasi Timur. Baik jalan maupun ruang publik itu tidak memiliki penerangan. Di jalan itu, pernah terjadi tiga kali pembegalan.
”Minggu lalu juga saya melihat sekelompok remaja membawa pedang melintas di jalan itu,” ujar Dean.