Potensi Perkembangan Tekfin Indonesia Dinilai Besar
Potensi perkembangan teknologi finansial di Indonesia dinilai masih terbuka lebar. Data Bank Dunia, setiap tahun ada sekitar Rp 1.000 triliun permohonan kredit dari pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia tidak dapat dipenuhi lembaga keuangan yang ada.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Potensi perkembangan teknologi finansial di Indonesia dinilai masih terbuka lebar. Hal ini karena, merujuk data Bank Dunia, setiap tahun ada sekitar Rp 1.000 triliun permohonan kredit dari pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia tidak dapat dipenuhi lembaga keuangan yang ada.
”Permohonan Rp 1.000 triliun itu tidak dapat dipenuhi bank atau multifinance karena diajukan oleh mereka yang dinilai belum layak,” kata Ketua Harian Asosiasi Fintech Indonesia Kuseryansyah di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Ada sekian persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon kredit. ”Peer to peer lending–karena menggunakan inovasi teknologi–punya cara yang inovatif untuk menggarap permohonan tersebut,” kata Kuseryansyah.
Penggarapan potensi pembiayaan sebesar Rp 1.000 triliun harus dilakukan secara bertahap. Tahun lalu akumulasi dana yang disalurkan pembiayaan peer to peer lending sekitar Rp 22 triliun.
Dia meyakini pertumbuhan pembiayaan peer to peer dalam 2-3 tahun ke depan masih tinggi. Di sisi lain ada tantangan yang dihadapi di Indonesia. ”Kita masih belum bisa menggunakan digital ID. Kalau peer to peer lending bisa menggunakan digital ID, biometrik yang ada di Dukcapil (lembaga kependudukan dan pencatatan sipil), maka kecepatan memenuhi permohonan kredit Rp 1.000 triliun itu akan lebih tinggi,” kata Kuseryansyah.
Director of Corporare Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia Anggie Setia Ariningsih mengatakan, sejauh ini ada 15 juta masyarakat yang mengunduh Akulaku dengan sekitar 10 juta sebagai pengguna aktif. ”Kami berharap pada tahun 2019 bisa tumbuh 2-3 kali lipat,” katanya.
Data Akulaku menyebutkan, pertumbuhan perusahaan tahun 2018 mencapai 300 persen lebih dengan penyaluran kredit sekitar Rp 9,8 triliun. Anggie mengatakan, Akulaku memiliki berbagai produk layanan. Layanan yang disediakan Akulaku mencakup layanan kredit daring dan layanan keuangan lain.
”Kami mendukung program Otoritas Jasa Keuangan dan Asosiasi Fintech Indonesia untuk meningkatkan inklusi keuangan. Apalagi tidak semua masyarakat Indonesia memiliki akun bank atau sadar tentang finansial,” kata Anggie.
Komitmen mendukung inklusi keuangan ditunjukkan Akulaku dengan mengenalkan Asetku atau PT Pintar Inovasi Digital yang bergerak di bidang peer to peer lending.
Direktur PT Pintar Inovasi Digital (Asetku) Andrisyah Tauladan menuturkan, pihaknya mempertemukan antara pemberi pinjaman dan peminjam. ”Sejauh ini angkanya sudah Rp 50 miliar hingga Rp 100 miliar per bulan. Targetnya, kami lagi mengincar angka Rp 500 miliar per bulan,” kata Andrisyah.