GOWA, KOMPAS — Pemerintah memastikan akan merelokasi permukiman warga di Dusun Pattiro, Desa Pattallikang, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, yang rawan longsor. Hal itu semata demi keselamatan warga pada masa mendatang. Proses pemetaan bahaya longsor dan pendataan rumah penduduk akan dimulai setelah masa tanggap darurat berakhir.
”Tanpa permintaan masyarakat pun relokasi itu sudah pasti akan dilakukan pemerintah. Banyak lokasi yang sudah tidak layak lagi, termasuk SD Inpres Pattiro,” kata Camat Manuju Tajuddin Dolo, Kamis (31/1/2019), di posko tanggap darurat Pattallikang. Rencana relokasi itu sudah dibicarakan di tingkat kabupaten.
Dusun Pattiro berada di perbukitan. Di atas permukiman warga terdapat bekas longsor, batu besar, dan retakan tanah yang sewaktu-waktu dapat meluncur dan menimpa permukiman. Hal itu berpotensi menimbulkan korban jiwa, seperti longsor di Pattiro pada Selasa (22/1) yang menyebabkan 21 orang tertimbun.
Pattiro berada di Jalan Poros Bungaya. Berdasarkan imbauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gowa yang dipasang pada spanduk, jalur tersebut rawan longsor. Jalur itu meliputi sebagian Kecamatan Manuju dan Bungaya. Pekan lalu, terdapat sekitar 20 titik longsor di sepanjang jalan tersebut.
Proses relokasi akan dimulai setelah tanggap darurat berakhir. Masa tanggap darurat yang ditetapkan berlangsung selama 14 hari itu telah memasuki hari ke-10 pada Kamis. Menurut Tajuddin, proses relokasi akan diawali dengan sosialisasi, pemetaan lokasi, dan pendataan rumah penduduk yang rawan longsor.
Sejauh ini pemerintah sudah mengantongi beberapa pilihan lokasi yang akan menjadi permukiman baru. Lokasi baru itu akan disurvei, termasuk meminta pendapat dari masyarakat. ”Akan diusahakan lokasi baru itu tidak terlalu jauh dengan permukiman yang sekarang. Kami akan cari solusi yang terbaik,” katanya.
Di Dusun Pattiro terdapat 513 jiwa. Puluhan keluarga di Dusun Pattiro telah meninggalkan rumah mereka. Pintu rumah terkunci rapat. Sebagian dari mereka memilih tinggal di sawah dan rumah keluarga di desa tetangga. Saat hujan, mereka merasa tidak aman. Longsor sewaktu-waktu bisa terjadi.
Belajar-mengajar
Setelah sempat terhenti akibat bencana, aktivitas belajar-mengajar di SD Inpres Pattiro kembali dilanjutkan pada Kamis. ”Hari ini kami lebih banyak bermain dan bernyanyi. Yang paling penting adalah membuat anak-anak bahagia dan perlahan membawa mereka keluar dari trauma,” kata Jumiati, Kepala SD Inpres Pattiro.
Namun, Jumiati mengatakan, kegiatan belajar-mengajar akan dihentikan jika terjadi hujan. Lokasi gedung sekolah itu rawan longsor. Di atas sekolah tersebut ada retakan tanah, bekas longsor, dan batu-batu besar yang sewaktu-waktu bisa meluncur ke bawah dan mengenai gedung sekolah.
Sementara itu, pencarian korban longsor di Pattiro pada Kamis berakhir nihil. Artinya, masih ada dua jasad yang belum ditemukan dari total 21 orang yang tertimbun longsor. Pencarian oleh tim gabungan Polri, TNI, satpol PP, dan Basarnas akan dilanjutkan Jumat ini.