Kekalahan mengejutkan dari Newcastle United menjauhkan Manchester City dari trofi Liga Inggris. Tekanan untuk mempertahankan gelar juara dinilai terlalu besar.
NEWCASTLE, RABU--Trofi Liga Inggris musim ini masih jauh dari jangkauan Manchester City setelah ditundukkan Newcastle United, 1-2, di Stadion Saint James’ Park, Newcastle, Rabu (30/1/2019) dini hari WIB. Masih sulit bagi City untuk kembali mempertahankan gelar juara liga karena beban mereka sudah terlalu berat.
Kekalahan City ini membuat Liverpool leluasa menjaga jarak di puncak klasemen sementara. City sampai saat ini mengemas 56 poin, sedangkan Liverpool sudah mengemas 60 poin sebelum menjamu Leicester City, Kamis (31/1) dini hari WIB.
Malam itu City tidak menyangka akan terpeleset di St James’ Park. Berdasarkan sejarah pertemuan kedua tim, Newcastle terakhir kali mengalahkan City di Liga Inggris pada September 2005. Di atas kertas, ”Si Burung Magpie”, julukan Newcastle, bukan lawan tanding sepadan bagi City.
Namun, Pelatih Newcastle Rafael Benitez melihat ada kelebihan pada timnya yang tidak dimiliki City saat ini, yaitu ketenangan. ”Sebelum laga, saya sudah mengatakan, mungkin City akan merasakan lebih banyak tekanan,” katanya.
Tekanan itu mungkin tidak dirasakan City ketika mereka unggul lebih dulu melalui striker Sergio Aguero pada menit pertama. Tekanan itu baru dirasakan pada babak kedua ketika striker Newcastle, Salomon Rondon, menyamakan kedudukan pada menit ke-66. Pada menit ke-80, Matt Ritchie mengunci kemenangan melalui tendangan penalti.
Koresponden The Daily Telegraph, JJ Bull, dalam artikelnya menyebut kunci kemenangan Newcastle terletak pada kecerdikan Benitez menggunakan formasi 4-5-1 yang mampu membuat lawan frustrasi. Dengan formasi itu, Newcastle merelakan City lebih banyak menguasai bola. Begitu bola bisa direbut, serangan balik menjadi satu-satunya cara untuk membobol pertahanan City.
Tekanan terhadap City, seperti yang disampaikan Benitez, adalah target City yang terlalu besar. Selain mempertahankan gelar juara Liga Inggris, City masih berpeluang menjuarai Piala Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions. Status ”quadruple” atau empat gelar juara dalam semusim masih bisa diraih walaupun Pelatih City Pep Guardiola sempat mengatakan bahwa hal itu sebatas fantasi.
Namun, City adalah klub yang mendapat banyak suntikan dana dari sang pemilik di Abu Dhabi yang ambisius untuk menjadikan City sebagai tim terkuat. Ambisi itu sudah melekat. ”Quadruple” sebisa mungkin menjadi kenyataan, apalagi masih ada peluang.
Dituntut menang
Misi itu sangat sulit karena tim dituntut untuk selalu menang di semua kompetisi. Hal yang tidak mudah bagi seorang pelatih untuk mengatur rotasi pemain dan menjaga moral pemain setiap pekan.
”Jika Anda dituntut untuk selalu menang, bahkan hasil imbang pun tidak cukup, Anda akan bermain dengan penuh kecemasan dan akan melakukan banyak kesalahan,” kata Benitez.
Kecemasan itu pernah dirasakan Benitez ketika melatih Liverpool musim 2008-2009. Perjalanan mereka musim itu tampak baik-baik saja karena Liverpool hanya kalah dua kali. Namun, mereka tetap gagal menjuarai liga dan finis di peringkat kedua karena kehilangan poin dalam 11 laga imbang.
Adapun City dalam 24 laga musim ini sudah kalah empat kali dan mendapat imbang dua kali. Perjalanan mereka di liga masih berat. ”Pekan depan akan lebih berat karena kami akan menghadapi Arsenal, Everton, dan Chelsea,” kata Guardiola.
Pada laga lainnya, Arsenal mengalahkan Cardiff City, 1-2. Arsenal dan Chelsea saat ini sama-sama mengemas 47 poin dan berebut untuk finis di posisi empat besar.
”Namun, ini masih bulan Januari. Masih banyak laga untuk dimainkan,” kata Guardiola mencoba bersikap optimistis. Bagi City, masih ada 14 laga tersisa untuk bisa mengubur impian Liverpool menjadi juara liga musim ini.
Rekor terhenti
Sementara itu, tetangga City, Manchester United, juga terpeleset di kandang sendiri setelah ditahan imbang Burnley, 2-2. Dengan hasil imbang ini, rekor kemenangan beruntun yang diraih pelatih sementara MU, Ole Gunnar Solskjaer, terhenti pada laga kesembilan.
MU bahkan nyaris kalah karena Burnley lebih dulu unggul 2-0. Namun, dua gol dari Paul Pogba dan Victor Lindelof pada menit-menit akhir bisa menyelamatkan tim. Meski imbang, Solskjaer merasa senang. ”Tentu saya senang dengan hasil satu poin. Kami sebenarnya bisa menang, tetapi kehabisan waktu,” katanya. (AFP/REUTERS)