MEDAN, KOMPAS — Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Utara mengirim surat terbuka yang meminta Bank of China menghentikan pembiayaan pembangunan PLTA Batang Toru di Tapanuli Selatan. Pembangunan PLTA dinilai mengancam Ekosistem Batang Toru. PT North Sumatera Hydro Energy menyatakan selalu mengedepankan kelestarian lingkungan dalam pembangunan PLTA.
Surat itu diserahkan Manajer Kajian Hukum Walhi Sumut Golfrid Siregar ke Kantor Perwakilan Bank of China, di Medan, Rabu (30/1/2019). Setelah penyerahan surat tersebut, Walhi melakukan kampanye penyelamatan lingkungan hidup di Ekosistem Batang Toru, khususnya penyelamatan orangutan tapanuli.
Para aktivis membentangkan spanduk dan sejumlah poster yang meminta Bank of China konsisten dengan slogan investasi China yang menekankan pada peradaban ekologis. Seorang aktivis Walhi juga mengenakan pakaian mirip orangutan dan mengajak semua pihak mendukung keberadaan orangutan tapanuli yang kini terancam punah.
Golfrid mengatakan, PLTA Batang Toru dibangun dengan membendung Sungai Batang Toru yang merupakan urat nadi Ekosistem Batang Toru seluas 141.749 hektar. Ekosistem itu merupakan habitat spesies kunci, seperti orangutan tapanuli, harimau sumatera, beruang madu, dan tapir.
Di ekosistem itu juga ditemukan flora, seperti bunga bangkai rafflesia dan bunga parasit Balanophoraceae. Orangutan tapanuli yang baru diklasifikasikan sebagai spesies baru pada 2017 kini berstatus sangat terancam punah dengan populasi hanya sekitar 800 ekor.
Ancaman terbesar dari pembangunan PLTA Batangtoru senilai 1,6 miliar dollar AS itu adalah pembangunan bendungan seluas 90 hektar, terowongan bawah tanah 13,5 kilometer, gedung pembangkit listrik 510 megawatt, menara dan kabel transmisi, serta pembukaan jalan. ”PLTA ini akan memperparah pemisahan Ekosistem Batang Toru menjadi blok barat dan blok timur,” katanya.
Energi bersih
Melalui keterangan tertulis, Senior Advisor Lingkungan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) Agus Djoko Ismanto Adji mengatakan, proyek PLTA Batang Toru secara prinsip akan terus menjaga kelestarian lingkungan. PLTA menghasilkan energi yang lebih bersih dan berkesinambungan serta dapat mengurangi pembangkit listrik tenaga diesel.
”Kehadiran PLTA Batang Toru akan mendukung pengurangan emisi karbon nasional sebagai langkah konkret implementasi Kesepakatan Paris. Proyek ini akan berkontribusi mengurangi emisi karbon sebesar 4 persen dari target nasional,” tutur Agus.
Agus mengatakan, PT NSHE berkepentingan langsung menjaga kelestarian kawasan karena mereka menggunakan air sebagai pembangkit listrik. Karena itu, pembangunannya mengedepankan kelestarian lingkungan, termasuk keragaman hayati di Ekosistem Batang Toru.
NSHE, kata Agus, melakukan langkah mitigasi untuk mengantisipasi dampak pembangunan terhadap satwa, terutama terhadap orangutan. Mereka akan membangun jembatan satwa di atas sungai, jalan, atau lokasi proyek lainnya.
Jembatan itu untuk mengurangi pemisahan hutan. Setiap pegawai atau tamu juga dilarang membunuh atau menangkap satwa yang ada di sekitar proyek.