Tekan Potensi Banjir, Bendungan Baru Dibangun di Gowa
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
GOWA, KOMPAS — Tahun ini pemerintah menargetkan memulai proses pembangunan bendungan untuk menampung aliran Sungai Jenelata di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Selain memberi manfaat ekonomi, bendungan baru ini juga dibutuhkan untuk mengurangi potensi banjir.
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan-Jeneberang Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyiapkan desain Bendungan Jenelata. Bendungan itu akan menempati lahan di lima desa di Kabupaten Gowa, yakni Moncongloe, Bilalang, Tanakaraeng, Pattallikang, dan Manuju.
Kepala BBWS Pompengan-Jenebarang Teuku Iskandar, saat ditemui, Rabu (30/1/2019), mengatakan, saat ini proses telah mencapai tahap sertifikasi desain. Dia menargetkan, kontrak pembangunan dapat diteken tahun ini.
Kementerian PUPR sendiri menargetkan bendungan ini akan rampung pada 2022.
”Secara teknis kami sudah sampaikan kepada pemerintah daerah. Kalau sertifikasi sudah lolos, pemerintah daerah akan membantu dalam upaya sosialisasi masyarakat serta pembebasan lahan,” ujarnya.
Iskandar memperkirakan, konstruksi Bendungan Jenelata akan menghabiskan dana Rp 1,7 triliun-Rp 2 triliun. Kementerian PUPR sendiri menargetkan bendungan ini akan rampung pada 2022.
Berdasarkan desain yang sudah disiapkan, Bendungan Jenelata akan memiliki volume tampung maksimal sebesar 246 juta meter kubik. Volume ini masih lebih kecil dari daya tampung maksimal Bendungan Bili-Bili, yang juga terletak di Gowa, yang mencapai 375 juta meter kubik.
Hasil kalkulasi Iskandar, Bendungan Jenelata akan memiliki kemampuan mereduksi banjir hingga 1.000 meter kubik per detik. Bendungan juga diperkirakan mampu menyediakan kebutuhan air baku sebesar 7,8 meter kubik per detik.
”Dengan perhitungan yang ada saat ini, bendungan akan mampu menyediakan air irigasi seluas total 23.690 hektar serta menjadi penggerak pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 0,4 megawatt,” ujarnya.
Iskandar mengatakan, ketika intensitas hujan tinggi pada awal pekan lalu, debit air Sungai Jenelata bertambah hingga 1.200 meter kubik per detik. Sementara, kapasitas tampung aliran sungai hanya 736 meter kubik per detik.
Selisih antara volume debit air dan kapasitas daya tampung aliran sungai tersebut, lanjut Iskandar, meluap dan membanjiri Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Gowa. ”Kalau ada bendungan, dampak banjir seperti yang sudah terjadi bisa diminimalisasi,” ujarnya.
Bendungan Jenelata merupakan bagian dari program pembangunan 49 bendungan yang dicanangkan Kementerian PUPR sejak tahun 2015.
Sementara itu, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan mengatakan, pembangunan Bendungan Jenelata mendesak dilakukan. Luapan air Sungai Jenelata pekan lalu sempat membuat jembatan di Jalan Poros Sapaya, Kabupaten Gowa, terempas.
Sungai Jenelata sendiri, menurut Adnan, adalah satu dari sekian banyak daerah aliran Sungai Jenebarang. Bendungan ini diperlukan karena pada Senin pekan lalu pertemuan arus air di Jenelata membuat air di Bendungan Bili-Bili melebihi kapasitas. Hal itu membuat pintu air Bili-Bili harus dibuka dan menyebabkan banjir di hilir.
”Masalah cuaca tentu tidak bisa kita kontrol, tetapi kita bisa memperbaiki lingkungan yang sudah terdegradasi sekaligus memitigasi agar dampak destruktif akibat cuaca buruk tidak terulang,” kata Adnan.