Sebanyak 149.400 Titik Masih Membutuhkan Layanan Internet
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi menyewa kapasitas satelit sebesar 21 gigabit per detik (Gbps) dari lima operator satelit telekomunikasi, yakni PT Aplikanusa Lintasarta, PT Indo Pratama Teleglobal, Konsorsium Iforte HTS, PT Pasifik Satelit Nusantara, dan PT Telekomunikasi Indonesia. Kapasitas tersebut akan digunakan untuk melayani kebutuhan layanan internet di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar hingga lima tahun mendatang.
Kelima operator satelit telekomunikasi tersebut lolos menjadi pemenang lelang penyediaan kapasitas satelit telekomunikasi pada 16 Januari 2019.
Penandatanganan perjanjian kerja sama dengan lima operator satelit komunikasi itu dilakukan pada Rabu (30/1/2019), di Sumba Ballroom Hotel Borobudur, Jakarta.
Direktur Utama Bakti, Anang Latif, dalam siaran pers, menekankan, meski sewa, ada sejumlah kesepakatan kualitas layanan yang sudah disetujui oleh lima operator bersama Bakti.
”Masih ada sekitar 149.400 titik lokasi di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar yang membutuhkan layanan internet dengan kapasitas besar serta berkecepatan tinggi guna mempermudah aktivitas sehari-hari. Sebagai contoh, belajar-mengajar, jasa kesehatan, pemerintahan, serta pertahanan dan keamanan,” tutur Anang.
Layanan internet yang didistribusikan melalui satelit cocok dengan karakteristik geografis daerah tertinggal, terdepan, dan terluar. Daerah tersebut juga biasanya minim akses listrik dan transportasi.
”Daerah seperti itu juga tidak terjangkau jaringan telekomunikasi dengan teknologi terestrial,” ucapnya.
Anang mengatakan, pemerintah, melalui Bakti, berjanji menyediakan satelit multifungsi sendiri. Pelaksanaan penyediaan menggunakan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha.
Nilai investasi proyek multifungsi diperkirakan mencapai Rp 8 triliun dengan masa konsesi 15 tahun. Sejak tahun 2017, pemerintah telah menyerukan rencana ini, kemudian menyelenggarakan market sounding. Memasuki tahun 2018, Bakti membuka lelang pengadaan.
Saat ini perkembangan pengadaan satelit multifungsi berada di tahap proses menilai proposal pengajuan ikut lelang dari Konsorsium Pasifik Satelit Nusantara dan Konsorsium Dharma Bakti. Dalam waktu dekat akan ada keputusan. Bakti menjadwalkan konstruksi dimulai pada 2020 dan peluncuran satelit pada 2022.
Hasil identifikasi Bakti menyebutkan, ada 149.000 titik lokasi layanan yang akan mendapatkan manfaat dari satelit multifungsi. Dari jumlah tersebut, peruntukan dominan untuk sekolah sebanyak 93.900 titik, lalu kantor pemerintahan 47.900 titik. Semua lokasi berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar.
”Sambil menunggu pemerintah memiliki satelit multifungsi sendiri, pemerintah menyewa kapasitas dari lima operator. Total nilai sewa sampai lima tahun mendatang senilai Rp 7,5 triliun,” ujarnya.
Infrastruktur
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf yang ditemui di diskusi ”2019 Industry Insights: Exploring The Landscape of Indonesia’s Digital Start Up Economy”, di Menara Kibar, Menteng, Jakarta, mengatakan, pemerataan infrastruktur internet menjadi salah satu tantangan dalam meningkatkan manfaat ekonomi internet di Indonesia. Saat ini, warga Indonesia baru dimudahkan dengan semakin terjangkaunya harga perangkat komunikasi, seperti ponsel pintar.
Mengutip hasil riset Google dan Temasek (November 2018), dia menyebutkan, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai sekitar 148 juta orang pada 2018. Sementara empat tahun lalu atau 2015, jumlah pengguna baru 92 juta.
”Hampir 94 persen dari total pengguna tersebut mengakses internet dari ponsel pintar mereka. Selain harga gawai semakin terjangkau, aplikasi konten dalam ponsel pintar pun banyak bermunculan. Jenis konten beragam, mulai dari perdagangan secara elektronik atau e-dagang, perjalanan, sampai transportasi,” tutur Randy.
Keseluruhan total penjualan serta volume transaksi (gross merchandisevalue/GMV)ekonomi internet di Indonesia mencapai sekitar 27 miliar dollar AS pada 2018. Dalam hasil riset Google dan Temasek itu disebutkan, GMV ekonomi internet di Indonesia diprediksi naik menjadi 100 miliar dollar AS pada 2025. (MED)