Permukiman Rawan Longsor, Warga Berharap Direlokasi
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
GOWA, KOMPAS — Sejumlah warga Dusun Pattiro, Desa Pattallikang, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, menyatakan khawatir menempati kembali rumah mereka di lokasi rawan longsor tersebut. Bencana alam yang merenggut nyawa 21 orang itu membuka mata mereka akan bahaya yang mengintai setiap waktu. Sebagian warga pun berharap direlokasi.
Dari penelusuran Kompas di hutan Dusun Pattiro pada Rabu (30/1/2019), terdapat sejumlah titik bekas longsor, batu-batu lepas berukuran besar dan retakan tanah yang berada tepat di atas permukiman warga. Salah satu titik berada di belakang Sekolah Dasar Inpres Pattiro.
Menurut Hasan Basri, guru SD Inpres Pattiro, banyak titik retakan tanah yang berada di atas permukiman warga dan sekolah. Semua bangunan itu berdiri di sisi Jalan Poros Bungaya yang berada di bukit curam. Jika curah hujan berintensitas tinggi terjadi selama beberapa hari, retakan itu diperkirakan ambruk dan meluncur ke arah permukiman warga.
Warga, katanya, menyadari bahwa rumah mereka yang berada pada jalur itu rawan longsor sehingga sudah saatnya direlokasi ke tempat yang lebih aman. Hal ini dipertegas lagi dengan imbauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gowa bahwa rute sepanjang Jalan Poros Bungaya, termasuk semua permukiman di Pattiro, masuk kategori rawan longsor.
Imbauan itu dicetak dalam bentuk spanduk yang dipasang di sejumlah titik, termasuk di Pattiro. ”Kalau hujan, saya kadang ambil keputusan untuk memulangkan siswa. Ini demi keselamatan. Letak gedung sekolah sangat berisiko,” kata Hasan.
Saat longsor pada Selasa (22/1/2019) lalu sekitar pukul 11.00 Wita, sekolah itu ikut terdampak. Beruntung, siswa sudah dipulangkan.
Anci (35), warga lainnya, meminta agar permukiman yang rawan longsor direlokasi. Pemerintah diharapkan membantu masyarakat mencari permukiman baru yang lebih aman. Ihwal relokasi, sejumlah warga menanggapi beragam. Ada warga yang menginginkan relokasi, tetapi ada yang memilih tetap bertahan.
Menurut Anci, warga yang tidak ingin pindah itu beralasan bahwa mereka tidak mau jauh dari harta benda, termasuk sawah. Mata pencarian warga di desa itu adalah petani. ”Kalau direlokasi, tempatnya jangan terlalu jauh dengan sawah warga sebab itu sandaran hidup mereka,” katanya.
Kepala Seksi Pembinaan Masyarakat Desa Kecamatan Manuju Marham, saat ditemui di lokasi longsor, mengatakan, relokasi merupakan solusi untuk menghindari dampak buruk longsor yang bisa saja terjadi pada masa mendatang. Menurut dia, opsi relokasi itu sedang dipikirkan pemerintah. ”Sekarang lagi dibicarakan di tingkat kabupaten,” katanya.
Sementara itu, tumpukan material longsor di Pattiro sudah berhasil ditembus kendaraan. Selanjutnya, ekskavator akan diarahkan untuk membuka rute menuju Kecamatan Bungaya, kecamatan tetangga Manuju, yang juga terdampak longsor. Terdapat 20 titik longsor yang masih sulit ditembus. Distribusi barang mengandalkan motor trail.
Pembersihan longsor di Pattiro juga sekaligus dilakukan untuk pencarian korban. Hingga Rabu petang, 19 korban tewas sudah ditemukan. Artinya, korban yang masih tertimbun sebanyak 2 orang. Pencarian akan dilanjutkan pada Kamis ini.