BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, khususnya pedagang oleh-oleh di Bandar Lampung, mulai terdampak penerapan tarif bagasi yang dilakukan maskapai penerbangan. Pengguna maskapai penerbangan berbiaya hemat yang biasanya memborong oleh-oleh kini membatasi pembelian.
Askasifi Eka Cesario, pemilik Toko Keripik Askha Jaya, mengatakan, pembelian oleh-oleh keripik pisang menurun sekitar 5 persen sejak dua minggu lalu. Meski saat ini penurunan belum signifikan, mereka khawatir omzet penjualan oleh-oleh semakin merosot.
”Pemberlakuan tarif bagasi mulai berdampak pada kami. Kami biasanya mendapat pesanan dari sopir taksi bandara, tapi bulan ini tidak ada pesanan sama sekali,” ujar Askasifi, Rabu (30/1/2019), saat ditemui di tokonya di Bandar Lampung.
Saat kondisi normal, tokonya bisa menjual lebih dari 100 kilogram keripik per hari. Kini, mulai terjadi penurunan penjualan 5-10 kg per hari.
Menurut dia, konsumen khawatir biaya bagasi akan jauh lebih mahal dibandingkan harga oleh-oleh yang mereka dibawa. Apalagi, paket keripik pisang juga akan dihitung ukuran volumenya.
Saat ini, Askasifi mulai memikirkan menjual keripik dalam kemasan yang lebih kecil. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penurunan penjualan.
Askasifi biasanya menjual kemasan keripik pisang paling kecil ukuran 200 gram. Kini, dia berencana membuat kemasan keripik ukuran 100 gram.
Dia berharap, pemberlakuan tarif bagasi dapat ditinjau kembali. Pasalnya, keputusan itu dinilai tidak sejalan dengan semangat pemerintah untuk menggairahkan sektor UMKM.
Saat ini, sebagian besar pelaku UMKM bergerak pada penjualan oleh-oleh berupa makanan, kaus, dan pernak-pernik khas daerah. Pelaku UMKM tentu bergantung pada jasa pengiriman paket dan maskapai.
Sebelumnya diberitakan, maskapai penerbangan berbiaya hemat, Lion Air dan Wings Air, hanya menggratiskan bagasi seberat 7 kilogram awal tahun ini. Jika kelebihan bobot, penumpang harus membayarnya (Kompas, 15/01/2019). Maskapai Citilink juga segera menyusul.
Jasa kargo
Untuk mengatasi mahalnya tarif bagasi, sejumlah pedagang oleh-oleh keripik pisang memberikan alternatif melalui jasa pengiriman paket dan kargo. Jasa pengiriman paket ini dipilih karena dinilai lebih murah bagi konsumen.
”Kami bekerja sama dengan sejumlah jasa pengiriman paket. Oleh-oleh akan dikirimkan ke alamat tujuan. Lama pengiriman 3-7 hari,” kata M Sidik Jaya, pemilik toko oleh-oleh Syaqila.
Meski begitu, tidak semua konsumen memilih mengirim paket melalui jasa kargo. Waktu pengiriman yang terlalu lama menjadi alasan. Konsumen juga khawatir oleh-oleh yang mereka beli rusak saat pengiriman.
”Terkadang, saya membeli oleh-oleh makanan basah, seperti pempek, kue, atau pie. Makanan ini tidak bertahan lama, jadi harus dibawa di dalam pesawat,” kata Vira Vanisha (24), warga Bandar Lampung yang kerap pergi ke luar kota.
Setelah pemberlakuan tarif bagasi, Vira mengatakan akan lebih selektif memilih barang prioritas yang akan dibawa saat ke luar kota. Dia juga ikut membatasi pembelian oleh-oleh karena tarif bagasi bakal menguras kantongnya.