Pelatih sementara Manchester United Ole Gunnar Solskjaer mengembalikan magis "Fergie Time" atau momen kebangkitan menjelang akhir laga di era Sir Alex Ferguson.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
MANCHESTER, SELASA — Pelatih sementara Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, mengembalikan magis ”Fergie Time” atau momen kebangkitan menjelang akhir laga di era Sir Alex Ferguson. Ini setidaknya terlihat saat Solksjaer membawa United bangkit pada tiga menit terakhir laga setelah tertinggal dua gol atas Burnley.
Pada laga di Old Trafford, Rabu (30/1/2019) dini hari WIB, United tertinggal dua gol terlebih dulu. Gol itu dicetak Ashley Barnes pada menit ke-51 dan Chris Wood pada menit ke-81.
Hingga tiga menit tersisa, ”Setan Merah” masih tertinggal 0-2. Namun, pada menit ke-87, Paul Pogba mengubah keadaan dengan tendangan penaltinya. Tendangan ke sudut kiri gawang pemain nasional Perancis itu memperkecil ketinggalan timnya.
Pemain United semakin mendominasi setelah gol itu. Nyaris semua pemain melewati garis tengah lapangan. Hasilnya, memasuki dua menit tambahan waktu (injury time), bek United, Victor Lindelof, menyamakan kedudukan lewat sontekan kaki kirinya, yang memanfaatkan bola muntah di depan muka gawang Burnley.
Momen heroik pada akhir laga itu akrab dikenal dengan ”Fergie Time”. Yang artinya adalah momen-momen magis yang kerap terjadi pada 15 menit akhir laga, khususnya saat injury time, kala United masih dilatih Ferguson.
”Saya harus berkata ini adalah semangat yang luar biasa dan cara hebat membalikkan keadaan. Mereka fantastis. Sekarang kami punya jawaban yang sering ditanyakan, apakah mampu mengejar ketika tertinggal dua gol atau lebih,” kata Solksjaer setelah laga melawan Burnley.
Ole Solksjaer merupakan aktor yang paling dikenang dari ”Fergie Time”. Ketika masih menjadi pemain, Solksjaer mencetak gol penentu pada detik-detik akhir melawan Bayern Muenchen di final Liga Champions 1998/1999.
Saat itu, United sempat tertinggal 0-1 sampai menit ke-90. Namun, dalam tiga menit injury time, Teddy Sheringham dan Solksjaer mencetak dua gol beruntun yang membawa mereka melengkapi tiga trofi juara, yaitu Liga Champions, Liga Inggris, dan Piala FA.
”Inilah Man United. Kami tahu akan mendapatkan gol itu. Dan rasanya sangat luar biasa ketika mendapatkan gol di atas menit ke-97. Ini menunjukkan karakter klub dan semua pemain, tidak pernah menyerah, dan tidak pernah menyerah pada klub ini,” kata Solksjaer.
Sindiran rival
Selain dikenal sebagai momen magis, ”Fergie Time” juga berkonotasi negatif. Ada anggapan bahwa julukan itu adalah sindiran klub rival. Mereka merasa ofisial pertandingan selalu memberikan waktu tambahan terlalu banyak untuk United ketika mereka kalah.
Hal itu pula yang dirasakan Pelatih Burnley Sean Dyche. Menurut Dyche, tambahan waktu lima menit pada pertandingan kemarin salah satu penyebab kekalahan timnya.
”Saya tidak tahu misteri lima menit itu datang dari mana. Dengan sejarah klub dan ’Fergie Time’, ketika tambahan waktu selama itu, semua orang jadi lebih percaya untuk membalikkan keadaan,” kata Dyche.
Sebelumnya, Ferguson sempat membocorkan rahasia ”Fergie Time” ketika wawancara dengan BT Sport. Dia memberi tahu cara memberi tekanan kepada tim lawan juga ofisial yang memberikan waktu tambahan.
Caranya, Ferguson selalu berdiri tepat di garis lapangan sambil berpura-pura melihat jam tangannya. ”Saat melihat jam tangan terus, saya seperti terlihat sedang mengamati waktu dengan sangat detail. Itu memberi tekanan kepada mereka. Padahal, saya tidak mengetahui berapa waktu yang tersisa,” ujar pelatih yang mengabdi 38 tahun bersama United tersebut.
Di sisi lain, Solksjaer memperpanjang rekor manis bersama United. Pria Norweigia ini tidak pernah kalah dalam sembilan laga pertamanya, delapan di antaranya berujung kemenangan.
Hasil seri membuat United tetap berada di peringkat ke-6 dengan 45 poin. Mereka gagal mengudeta Arsenal (47 poin) yang menang atas Cardiff City, 2-1. Sementara itu, Burnley sedikit menjauhi zona degredasi, 23 poin, di peringkat ke-15. (AFP)