Lima Orang Ditangkap dalam Investigasi Keruntuhan Dam Tambang
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
BRUMADINHO, RABU — Otoritas Brasil telah menangkap lima orang, Selasa (29/1/2019) waktu setempat, dalam rangka investigasi dugaan tindakan kriminal yang mengakibatkan runtuhnya dam penahan limbah tambang bijih besi di Brumadinho, Brasil, pekan lalu. Belum ada kepastian mengenai apa yang menyebabkan kerusakan bendungan itu, tetapi pihak penyelidik menduga ada sejumlah tindakan kriminal.
Tiga di antara orang yang ditangkap adalah manajer senior Vale, perusahaan tambang raksasa pengelola dam limbah tambang tersebut. Dua orang lainnya adalah karyawan Tuev Sued, perusahaan auditor asal Jerman yang memeriksa dam pada September 2018 dan menilai dam itu stabil dan beroperasi dengan baik. Kelima orang itu akan ditahan selama 30 hari.
Dikutip dari kantor berita Universo Online, Hakim Negara Bagian Minas Gerais Perla Saliba Brito menyatakan, insiden itu seharusnya bisa dicegah. ”Sulit dipercaya bahwa dam sebesar itu, apalagi dioperasikan oleh salah satu perusahaan pertambangan terbesar di dunia, tiba-tiba runtuh tanpa adanya indikasi kerentanan,” katanya.
Penyelidik Negara Bagian Minas Gerais, wilayah di mana insiden itu terjadi, mengeluarkan total lima surat perintah penangkapan dan tujuh surat perintah penggeledahan atas dugaan pembunuhan, pemalsuan dokumen, dan kejahatan lingkungan.
The Rio Times memberitakan, penuntut menduga bahwa dua karyawan Tuev Sued melakukan penipuan melalui laporan teknis yang mereka sampaikan sehingga operasi dam milik Vale dapat dilanjutkan. Penuntut telah menyita dan menyerahkan sejumlah dokumen dan bukti lain ke Kementerian Publik Brasil untuk dianalisis.
Di sisi lain, CEO Vale Fabio Schvartsman berencana mengeluarkan 5 miliar real Brasil untuk menonaktifkan selama tiga tahun sepuluh dam yang jenisnya serupa dengan dam yang runtuh pada Jumat kemarin. Artinya, operasi dam itu akan dihentikan untuk sementara. Sebanyak 5.000 karyawan akan direlokasi ke bagian lain di perusahaan.
Mencemari lingkungan
Tim media setempat melaporkan, limbah yang keluar akibat runtuhnya dam telah mencemari Sungai Paraopeba yang merupakan sumber kehidupan penduduk sekitar. Ikan mati dan sampah terpantau di tepi sungai sekitar 18 kilometer dari dam yang runtuh.
Kelompok suku Pataxo yang tinggal di sekitar tepi sungai menggunakannya untuk memancing, mandi, dan menyiram tanaman. Mereka telah diperingatkan oleh petugas dari Badan Lingkungan Brasil untuk tidak menggunakan air sungai.
Melalui rilis, Badan Lingkungan Brasil menyatakan telah mengajukan permohonan kepada Vale untuk membersihkan sungai itu dari ikan mati. Rilis itu tidak menjelaskan hasil dari tes kondisi air yang telah mereka lakukan.
Jumlah korban meningkat
Laporan terakhir pada Selasa mengungkapkan, korban jiwa insiden itu meningkat menjadi 84 orang. Sementara itu, masih ada 276 orang yang masih hilang. Insiden limbah ini merupakan salah satu yang terparah yang pernah terjadi di seluruh dunia sejak 1960-an.
Jumlah korban itu disampaikan oleh Juru Bicara Pertahanan Sipil di Negara Bagian, Letnan Kolonel Flavio Godinho. Ia menambahkan, sebanyak 42 jenazah juga telah diidentifikasi setelah lima hari operasi pencarian korban.
Kolonel Evandro Borges, dari Polisi Militer, menambahkan, sebagian besar korban yang hilang adalah karyawan Vale, perusahaan pertambangan yang memiliki dan mengoperasikan dam yang runtuh itu. Mereka sedang makan siang di kafeteria perusahaan ketika dam itu runtuh pada Jumat (25/1/2019).
Limbah yang keluar membanjiri sebagian wilayah tenggara kota Brumadinho dan mengubur bangunan-bangunan Vale yang berada tidak jauh dari dam. Sebanyak 24.000 penduduk setempat telah diperingatkan untuk mengungsi. Banyak warga mengeluhkan, sirene yang seharusnya berbunyi untuk memperingatkan orang untuk mengungsi tidak terdengar pada Jumat itu.
Berdasarkan hasil kompilasi daftar insiden limbah tambang yang pernah terjadi di seluruh dunia sejak 1960-an, oleh kantor berita Associated Press, insiden di Brumadinho merupakan salah satu yang terparah. Insiden masa lalu yang menelan jumlah korban jiwa terbanyak terjadi di Zgorigrad, Bulgaria, pada Mei 1966. Sebanyak 488 orang tewas. Ada pula insiden serupa di Stava, Italia, pada Juli 1985, yang menelan 268 korban meninggal. (AP/AFP/REUTERS)