Berbagi Cita Rasa Durian Terbaik
Kesadaran akan keunggulan buah lokal dan potensinya yang mampu mengangkat perekonomian warga mulai menyebar ke banyak daerah, termasuk di Lampung. Sejumlah daerah di Lampung mulai menggelar kontes dan festival durian lokal yang dipadati warga.
Seperti di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Pesawaran, Lampung, yang mendadak ramai, akhir pekan lalu, Jumat, (25/1/2019). Jalan desa menuju lapangan sepak bola yang disulap menjadi arena kontes durian dan pasar buah dadakan ramai oleh ratusan pengunjung. Puluhan sepeda motor dan mobil memadati jalan desa yang licin dan becek.
Mendung pagi itu tak menyurutkan minat ratusan orang yang penasaran mencicipi durian lokal terbaik asal Pesawaran. Maulin (24), salah satunya, warga asal Kota Bandar Lampung itu sengaja datang ke arena kontes durian itu bersama tiga temannya.
”Saya mendapat informasi ada kontes durian ini dari media sosial Instagram. Katanya bisa mencicipi durian gratis dan memborong durian dengan harga murah. Makanya, saya tertarik datang,” kata Maulin.
Dengan berboncengan motor, dia pun mencari lokasi lapangan Sungai Langka lewat aplikasi Google Maps. Setelah berkendara selama sekitar 45 menit, Maulin dan teman-temannya akhirnya sampai di lapangan tersebut.
Meski harus berdesakan saat berebut durian dengan ratusan pengunjung lain, Maulin merasa puas bisa mencicipi durian lokal terbaik dari Pesawaran. Di sana, dia juga membeli tiga durian dengan harga murah.
”Saya dapat tiga durian yang cukup besar dengan harga Rp 60.000. Ini jauh lebih murah dibanding harga durian yang dijual di pinggir jalan di Kota Bandar Lampung. Rasanya juga dijamin manis karena durian jatuhan,” katanya.
Kontes buah lokal itu juga dimanfaatkan para petani untuk mengenalkan dan berbagi cita rasa durian terbaik yang mereka punya. Saparudin (60), warga Desa Wiyono, Gedong Tataan, salah satunya.
Dia mengaku bangga saat duriannya ludes disantap juri dan pengunjung. ”Saya lihat durian milik saya sudah habis. Ternyata banyak orang yang suka durian lokal,” kata Saparudin sambil tertawa girang.
Ternyata banyak orang yang suka durian lokal.
Dia sendiri mengaku tidak mengetahui secara pasti jenis durian yang tumbuh di halaman rumahnya itu. Pohon durian itu dia tanam sekitar 20 tahun lalu. Warga setempat menyebutnya durian lokal. Rasa duriannya manis dan daging buahnya tebal.
Awalnya, dia membeli bibit durian dari pedagang keliling di desanya. Bibit itu lalu dia tanam di halaman rumah. Ketika berusia 15 tahun, pohon durian itu mulai berbuah. Setiap musim dalam satu tahun, sedikitnya ada 30-40 buah yang bisa dipanen.
”Ketika panen, kami membagikan durian itu kepada saudara dan tetangga di desa. Ternyata, banyak yang suka dan ingin membeli,” kata Setiati (53), istri Saparudin.
Dari satu pohon durian, Setiati bisa menjual 15-20 buah saat panen. Satu buah durian dijual Rp 40.000-Rp 50.000. Dari situ, Setiati bisa mendapat uang sekitar Rp 500.000-Rp 800.000 per musim. ”Lumayan, uangnya bisa dipakai untuk tambahan uang belanja,” ujarnya.
Daerah lain
Tak hanya di Pesawaran, semangat untuk memopulerkan durian lokal juga dilakukan kelompok petani durian dan pemerintah kabupaten lain di Lampung. Di Lampung Utara, pemkab bersama petani setempat juga menggelar festival durian.
Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Utara Sofyan mengatakan, festival durian digelar sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah untuk memasarkan hasil perkebunan petani di Lampung Utara. Dia berharap, festival durian dapat menjadi ajang bagi petani untuk mengenalkan dan memasarkan hasil perkebunan mereka.
Di Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman, Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung, petani hutan juga tengah bersiap menyambut festival durian 2019. Di sana, sedikitnya ada sekitar 500 petani yang bergantung pada tanaman hutan, salah satunya durian.
Di sana, sedikitnya ada sekitar 500 petani yang bergantung pada tanaman hutan, salah satunya durian.
Abah Adik (60), pengurus Kelompok Tani Hutan Desa Sumber Agung, mengatakan, pihaknya masih membicarakan waktu yang tepat untuk menggelar festival durian. Hal ini karena sejumlah desa di kawasan tahura juga ingin menggelar festival yang sama di desa masing-masing. Waktu pelaksanaan festival diharapkan tidak saling berbenturan.
Menurut dia, petani durian di Sumber Agung telah menyiapkan durian terbaik dari desa mereka. Masa panen durian di desa itu masih akan berlangsung selama tiga bulan ke depan.
Bibit unggul
Selain semangat untuk terus memopulerkan durian lokal, pemerintah juga berupaya mengembangkan durian sebagai buah unggulan daerah. Tahun ini, Pemkab Pesawaran menjajaki kerja sama dengan PT Great Giant Foods (GGF) untuk mencari dan mengembangkan bibit unggul durian lokal.
Agri Product Director PT GGF Fauzan mengatakan, pihaknya tertarik bekerja sama dengan pemerintah karena Pesawaran memiliki cukup banyak jenis varietas durian lokal yang baik.
”Durian sangat potensial untuk dikembangkan. Dari sisi rasa, variasinya banyak. Ada yang rasanya sangat manis, ada juga yang rasanya agak pahit. Ada pula durian yang aromanya juga kuat dan warnanya mencolok,” kata Fauzan.
Meski begitu, PT GGF hanya akan memilih lima jenis durian terbaik. Selanjutnya, tim akan meninjau pohon durian untuk mengetahui produktivitas buahnya. Usia pohon durian juga akan menjadi pertimbangan dalam pengembangan durian. ”Pohon durian yang berusia puluhan tahun menandakan pohon tahan dari serangan hama,” ujar Fauzan.
Ke depan, pengembangan durian lokal Pesawaran juga akan dilakukan di daerah asalnya. Ini karena durian merupakan buah yang spesifik. ”Kami akan mendampingi dan bekerja sama dengan petani lokal dalam pengembangan durian. Saat ini, kami telah memiliki kebun khusus pengujian durian. Bibit-bibit durian lokal unggulan dari sejumlah daerah dibawa ke sana untuk diteliti dan dikembangkan,” paparnya.
Bibit-bibit durian lokal unggulan dari sejumlahh daerah dibawa ke sana untuk diteliti dan dikembangkan.
Dalam jangka panjang, durian asal Pesawaran diharapkan dapat menembus pasar ekspor. Hal itu sangat mungkin mengingat semakin banyak orang di luar negeri menyukai durian, termasuk durian asal Indonesia.
Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona meminta agar setiap desa fokus mengembangkan buah lokal. Selain menjadi komoditas untuk dijual, desa itu juga bisa menjadi destinasi wisata. Dengan begitu, buah lokal bisa semakin populer.