BEKASI, KOMPAS — Peningkatan kasus demam berdarah dengue di Kota Bekasi, Jawa Barat, sepanjang Januari 2019 membutuhkan langkah strategis dari pemerintah kota untuk menguranginya. Dinas kesehatan merencanakan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak.
Sepanjang Januari 2019 telah terjadi 75 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bekasi. Jumlah itu meningkat signifikan dibandingkan pada Januari 2018, yaitu 49 kasus. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezi Syukrawati mengatakan, semua pihak masih perlu mewaspadai DBD. Ia memprediksi, peningkatan masih bisa terjadi hingga April 2019.
”Kami sedang memperbarui instruksi wali kota untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak di seluruh wilayah kota dan surat edaran kepala dinas kesehatan tentang kewaspadaan dini terhadap peningkatan kasus DBD pada 2019,” kata Dezi Syukrawati, Rabu (30/1/2019).
Sebelumnya sudah ada Instruksi Wali Kota Bekasi Nomor 440/289/Dinkes Tahun 2017. Dalam instruksi tersebut, setiap warga diminta melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) setiap Sabtu. Penerbitan instruksi tersebut dilatarbelakangi terjadi 3.813 kasus DBD dengan 50 korban meninggal dunia pada 2016.
Dezi menambahkan, waktu pelaksanaan PSN serentak belum ditentukan. Pihaknya masih melaksanakan rapat koordinasi dengan kepala puskesmas dari 12 kecamatan dan 56 kelurahan. ”Kami juga akan melibatkan sekolah,” kata Dezi. Pelibatan dibutuhkan karena kelompok usia siswa merupakan golongan yang rawan terjangkit DBD.
Sejumlah sekolah berada pada lingkungan yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Contohnya, SD Negeri Perwira I, II, dan V, Kecamatan Bekasi Utara. Sekolah yang bersebelahan dengan kantor Kecamatan Bekasi Utara dan Kelurahan Perwira itu dikelilingi saluran air yang mampat karena tersumbat sampah.
Meski demikian, areal saluran air menjadi salah satu tempat yang kerap dikunjungi siswa. Itu karena di areal tersebut terdapat pedagang kaki lima yang menjual aneka makanan dan minuman.
Stok obat
Selain mencanangkan PSN serentak, Dezi memastikan stok obat-obatan yang dibutuhkan untuk menangani pasien DBD cukup untuk memenuhi kebutuhan di 42 rumah sakit. Begitu juga dengan stok darah.
Manajer Mutu Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) Kota Bekasi Selvi Mayasari mengatakan, suplai darah ke rumah sakit tidak hanya berasal dari PMI. Meski demikian, stok darah untuk kebutuhan DBD aman untuk beberapa golongan darah.
Stok trombosit golongan darah A sebanyak 20 kantong, golongan darah B sebanyak 30 kantong, dan golongan darah O ada 5 kantong. ”Namun, kami tidak memiliki stok untuk golongan darah AB,” ujarnya. Ia menambahkan, stok trombosit memang tidak bisa banyak karena masa aktifnya terbatas, yaitu lima hari.
Di samping itu, stok darah secara umum juga bertambah sekitar 70-100 kantong per hari. Pihaknya membuka layanan donor pada tiga tempat, yaitu kantor PMI, Mal Metropolitan, dan mobil PMI.
Edukasi
Antisipasi DBD juga dilakukan dengan mengedukasi masyarakat. Kepala Puskesmas Bantargebang Andrizal mengatakan, setiap warga dididik untuk menjadi relawan pemantau jentik di rumah masing-masing. Untuk melaksanakan tugas itu, mereka memerlukan pengetahuan 3M plus, yaitu menutup, menguras, mengubur, dan mendaur ulang tempat penampungan air.
”Kami juga melakukan penyuluhan DBD kepada masyarakat,” ujarnya. Penyuluhan itu dilakukan kepada setiap masyarakat dalam setiap agenda yang mempertemukan mereka dengan petugas puskesmas.
Puskesmas juga memperkenalkan teknologi untuk menghambat perkembangbiakan nyamuk. Kepala Puskesmas Kranji Nita Anggraeni Purnomo mengatakan, dua pekan lalu diadakan pelatihan membuat ovitrap secara serentak di semua puskesmas di Kecamatan Bekasi Barat. Peserta pelatihan adalah semua kader jumantik.
Selain itu, tambah Nita, pengendalian kasus dan peredaran informasi terkait dengan DBD dipusatkan pada satu kanal. Puskesmas membentuk pusat informasi menggunakan aplikasi pesan dalam jaringan untuk memantau perkembangan daan laporan dari setiap kader jumantik. Adapun jumlah kader jumantik adalah satu orang per RW.