JAKARTA, KOMPAS — Dipicu hujan semalaman, banjir pun melanda setidaknya dua lokasi di Kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (30/1/2019). Kedua lokasi itu adalah Jalan Sungai Brantas dan Kampung Kandang RT 016 RW 004 Semper Barat.
Namun, warga-warga yang ditemui di kedua lokasi menyatakan, banjir biasa terjadi setiap hujan turun dalam durasi panjang. ”Banjir datang hampir setiap tahun mulai sekitar 2002,” ucap warga Kampung Kandang, Muhammad Ali (44), Rabu siang.
Ali menyebutkan, air sampai masuk ke rumah dia tahun lalu sehingga ia memilih meninggikan lantai rumah sekitar 1 meter lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Efeknya, air pada Rabu tidak mencapai dalam rumah. Banjir pada hari Rabu merupakan banjir pertama bagi Kampung Kandang pada tahun 2019. Ia memperkirakan, banjir akan melanda beberapa hari ke depan hingga perayaan Imlek sesuai pengalaman tahun-tahun sebelumnya.
Air merangsek ke dalam rumah yang berposisi lebih rendah, salah satunya ke rumah keluarga Nurjen (36). Pada Rabu siang, air di dalam rumahnya setinggi 40 sentimeter. Air mulai masuk sekitar pukul 05.00.
”Dalam tiga tahun terakhir, baru sekarang air tinggi lagi. Biasanya cuma becek-becek,” ujar Nurjen. Namun, ia, istri, dan empat anaknya tetap bertahan di rumah. Mereka baru mengungsi jika air sudah setinggi perut atau dada, seperti pada tahun 2007 dan 2012.
Meski demikian, banjir tetap mengganggu aktivitas. Nurjen batal berangkat kerja ke Cimahi, Jawa Barat. Ia operator forklift di salah satu pabrik di sana. Selain itu, tiga anak mereka tidak masuk sekolah.
Sementara itu, Warkuni (45), istri Nurjen, mengalami kerugian karena sekitar 30 kilogram kain majun (kain-kain perca yang dijahit menjadi kain lap) yang dijahit terendam air. Akibatnya, tidak ada kain majun yang bisa dijual pada Rabu itu dan ia mesti mengeringkan terlebih dulu. Setiap kilogram kain majun dijual dengan harga Rp 3.800.
Lurah Semper Barat Benhard Sihotang mengatakan, sejauh ini, hanya RT 016 yang terdampak banjir dan genangan di RW 004. Sebanyak 50-70 keluarga tinggal di sana. Banjir dipicu adanya satu gorong-gorong yang rusak di bawah Jalan Raya Cakung-Cilincing untuk menyalurkan air dari saluran-saluran di Kelapa Gading hingga Sukapura menuju laut.
Air pun melimpas ke Kampung Kandang. Pekerja dari Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta sebenarnya sedang mengerjakan perbaikan dan diharapkan selesai dalam waktu dekat. ”Debit air sedang tinggi sekarang sehingga pekerjaan dihentikan sementara karena membahayakan pekerja,” kata Benhard.
Untuk di Jalan Sungai Brantas, faktor penyebab utama banjir, kata Benhard, adalah ketinggian muka jalan yang lebih rendah dibandingkan tinggi muka air di saluran. Selain itu, terdapat penggalian untuk proyek saluran kabel tegangan tinggi PT PLN (Persero).
Pantauan pada Rabu sekitar pukul 12.00, ketinggian air bervariasi di sejumlah titik di Jalan Sungai Brantas, yaitu 20-40 sentimeter. Jalan terendam sepanjang lebih kurang 500 meter hingga depan Kantor Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu.
Saragih, agen penjualan elpiji 3 kilogram di Jalan Sungai Brantas, mengatakan, ketinggian air mencapai 0,5 meter sekitar pukul 05.00. Air terus surut, tetapi belum sampai mengering pada siang hari.
Dampaknya, truk pengangkut elpiji pesanan Saragih terlambat datang. Menurut dia, air biasanya surut dalam 2 jam. ”Ini termasuk lama,” ujarnya.