400 Pedagang Bakal Ramaikan Zona Kuliner Setu Babakan
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 400 pedagang yang berjualan di sekitar Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, mulai dibina oleh Unit Pengelola Kawasan, Selasa (29/1/2019). Menurut rencana, para pedagang akan dipindahkan ke zona kuliner khusus.
Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan Rofiqoh Mustafa mengatakan, ada sekitar 400 pedagang yang selama ini berjualan di pinggir Setu Babakan. Mereka diberi pembinaan supaya lebih tertib dan bisa mengimplementasikan budaya Betawi.
Ia berharap dengan program pembinaan itu, PBB Setu Babakan dapat menjadi destinasi pariwisata unggulan DKI Jakarta.
”Pedagangnya harus tertib, jangan sampai harga makanannya lebih mahal daripada tempat lain. Cara berpakaian, dan jenis makanannya juga harus mencerminkan budaya Betawi,” kata Rofiqoh.
Setelah diberi pembinaan, para pedagang akan ditata di area khusus untuk kuliner. Ke depan diharapkan area khusus kuliner itu jauh dari kesan kumuh dan berantakan.
Para pedagang yang dibina ini sebelumnya sudah diminta menandatangani surat pernyataan di atas meterai. Surat pernyataan itu dibuat sebagai bukti kesediaan mereka untuk menaati aturan dan ketentuan berdagang di wilayah Setu Babakan.
Langkah ini diharapkan memacu perkembangan PBB Setu Babakan. Selama 18 tahun berdiri, perkembangan PBB Setu Babakan dianggap sangat lambat. Koleksi Museum Betawi belum sesuai target. Pembangunan zona wisata budaya juga belum selesai.
Pada Kompas, 5 Desember 2018, Ketua Forum Pengkajian dan Pengembangan PBB Abdul Syukur mengatakan, PBB Setu Babakan masih jauh dari yang diharapkan. Kawasan itu belum sepenuhnya menjadi pusat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi.
Wisatawan yang datang ke destinasi tersebut pun belum sepenuhnya bisa merasakan atmosfer budaya leluhur Betawi. Hanya pada agenda tertentu, wisatawan menjumpai kesenian, pencak silat, ngederes, akikah, injek tanah, ngarak penganten sunat, ataupun proses memasak makanan khas Betawi.
”Sejak dibangun zona embrio pada zaman Gubernur Sutiyoso, kawasan ini belum banyak berkembang. Kendalanya pada anggaran dan political will dari pemerintah. Tidak semua pemerintahan gubernur terdahulu concern pada pengembangan PBB Setu Babakan,” ujar Syukur, Selasa (4/12/2018).
Gedung yang seharusnya difungsikan sebagai Museum Betawi, misalnya, saat ini masih digunakan untuk kantor pengelola UPK PBB Setu Babakan. Koleksi museum pun belum lengkap. Pengunjung baru bisa melihat sebagian koleksi yang dipajang di lantai satu.
Padahal, ada koleksi lain, seperti mebel dan furnitur, di lantai dua dan tiga gedung itu. Namun, koleksi belum ditata dan diberi keterangan. Baru sebagian koleksi bisa dilihat pengunjung. Koleksi itu di antaranya batik betawi, alat makan, alat memasak, alat musik, replika alat transportasi, dan pakaian pengantin.
Di zona A, pembangunan gedung amfiteater tertutup sejak 2011 juga tak kunjung selesai. ”Targetnya pada 2020, kami bisa memamerkan koleksi museum yang menampilkan 10 siklus hidup masyarakat Betawi dari lahir sampai meninggal,” ujar Rofiqoh.
Ia menambahkan, saat ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta sedang membangun replika kampung Betawi di zona C dan pusat kuliner Betawi di zona B. Penataan zona B dan C ditargetkan selesai pada 2019.
Zona C memiliki luas 3,2 hektar dan terletak di pulau di tengah danau. Adapun zona B dikhususkan untuk zona kuliner khas Betawi. Tempat ini juga diharapkan menampung pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini berjualan di tepi danau.
”Karena lokasi penataan belum jadi, pada 2018 ini kami menargetkan pembinaan PKL supaya mereka tidak menggunakan bahan makanan yang berbahaya. Makanan yang mereka jual harus lolos tes dari Dinas UMKMP DKI,” kata Rofiqoh.
PBB Setu Babakan juga membutuhkan lahan parkir yang memadai bagi pengunjung. Selama ini, parkir kendaraan masih semrawut dan hanya ditampung di pelataran rumah warga.
Wisatawan dari luar daerah pun kerap mengeluhkan sulitnya akses ke kawasan PBB, terutama dengan angkutan umum. UPK PBB Setu Babakan mencatat, rata-rata kunjungan ke kawasan itu 30.000 wisatawan per bulan.