Penyerang sayap Inter Milan, Ivan Perisic, saat ini sudah tidak punya gairah untuk membela klubnya. Ia sudah membayangkan tampil di Liga Inggris dan Arsenal telah membuka pintu.
TORINO, SENIN Penyerang sayap Inter Milan, Ivan Perisic, sengaja tidak dimainkan saat timnya dikalahkan Torino, 0-1, di Stadion Olimpico Grande, Senin (28/1/2019) dini hari WIB. Pemain yang akan berusia 30 tahun pada 2 Februari 2019 itu hanya duduk di bangku cadangan dan merasakan sebuah kegelisahan.
Pelatih Inter Luciano Spalletti melarang Perisic bermain karena bintang asal Kroasia itu telah meminta kepada manajemen untuk dijual ke klub lain. Klub mengabulkan permintaan itu karena Perisic sudah tidak punya gairah membela Inter. ”Apabila seorang pemain tidak ingin berlaga, ia harus ditinggalkan,” kata Spalletti menegaskan sikapnya malam itu.
Tanpa Perisic yang sudah membela Inter dan mencetak 32 gol sejak 2015 itu, Spalletti terpaksa merombak formasi. Ia memasang formasi 3-5-2, bukan 4-2-3-1 seperti biasanya. Duet pemain Argentina, Lautaro Martinez dan Mauro Icardi sebagai ujung tombak.
Namun, permainan Inter menjadi berantakan. Icardi tidak mendapat pasokan umpan karena Torino mampu memutus aliran bola Inter di lini tengah. Torino bahkan mencetak gol pada menit ke-35 melalui Armando Izzo.
Tidak ada lagi Perisic yang bisa menusuk pertahanan lawan dan membantu Icardi. Inter yang belum bisa mencetak gol dalam dua laga terakhir semakin terperosok ke dalam bahaya. Mereka tertahan di peringkat ketiga klasemen dengan 40 poin, hanya lima poin di atas AC Milan yang baru menahan imbang Napoli, 0-0.
Karier Spalletti pun bisa terancam. Laman Sport Mediaset melansir bahwa mantan Pelatih Chelsea Antonio Conte sudah dibidik dan dihubungi untuk menggantikan Spalletti.
Mengejar waktu
Keputusan Perisic untuk meninggalkan Inter bukanlah keputusan yang diambil secara mendadak. Sebagai seorang pemain, Perisic punya mimpi untuk selalu tampil di sebuah klub besar di liga ternama. Saat ini Inter bukan tempat yang tepat untuk mewujudkan mimpinya.
”Saya ingin menguji diri sendiri di sebuah liga terbesar. Pertanyaannya adalah apakah saya masih punya waktu? Saya sudah berusia 29 tahun dan berusaha tetap bermain selama mungkin,” katanya dalam sebuah wawancara kepada surat kabar Kroasia, Sportske Novosti, pertengahan 2018.
Bagi kebanyakan pemain sepak bola, usia 30 tahun merupakan puncak penampilan. Setelah itu, fisik dan kecepatan mulai menurun dan semakin sedikit klub yang mau melirik. Wajar jika Perisic harus mengambil keputusan.
Apalagi Perisic merupakan pemain yang baru saja tampil pada final Piala Dunia Rusia 2018 dan mencetak satu gol ke gawang Perancis. Ia sudah punya nama. Rekan-rekannya di Kroasia saja bisa tampil di klub besar dan kompetisi elite, seperti Mario Mandzukic di Juventus dan Luka Modric di Real Madrid.
Selalu gagal
Namun, keinginan Perisic untuk pindah selalu gagal. Pada musim panas 2017, Perisic sebenarnya sudah diincar Jose Mourinho yang saat itu masih melatih Manchester United. Kesepakatan harga di antara kedua klub itu tidak tercapai.
Kali ini tawaran itu datang dari Arsenal senilai 35 juta pounds atau sekitar Rp 648 miliar. Namun, Arsenal hanya mampu meminjam Perisic dengan opsi membeli pada akhir musim. Sementara itu, Inter kembali menolak dan meminta Arsenal langsung membeli Perisic.
Situasi ini tak menguntungkan bagi Perisic karena Arsenal juga sedang mengalami badai cedera di lini belakang. Arsenal harus kembali berpikir untuk tetap mendapatkan Perisic atau mencari pemain belakang.
Kabar terakhir, seperti yang dilansir Sky Sport, Inter berpikir untuk mendapatkan gelandang Arsenal, Mesut Oezil sebagai ganti Perisic.
Sama seperti Perisic, Oezil juga sedang mengalami musim yang buruk. Pertukaran ini menjadi solusi terbaik karena Perisic dapat dikatakan tidak punya ”rumah” lagi. (AFP/REUTERS/DEN)