GOWA, KOMPAS — Bahaya longsor masih mengintai rute sepanjang Jalan Poros Bungaya yang meliputi Kecamatan Manuju dan Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Hujan deras selama lebih dari 3 jam pada Selasa (29/1/2019) menimbulkan kepanikan warga lantaran sepekan sebelumnya longsor pada jalur itu menelan korban jiwa puluhan orang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gowa telah memasang spanduk berisi imbauan kepada warga yang tinggal di sepanjang Jalan Poros Bungaya agar waspada terhadap longsor. Salah satu titik pemasangan spanduk adalah Bukit Massongko, Desa Pattallikang, Kecamatan Manuju.
Pada Selasa (22/1/2019), terjadi longsor di lebih dari 20 titik di Jalan Poros Bungaya. Salah satunya di Dusun Pattiro, Desa Pattallikang, yang berdasarkan data terbaru, menimbun 21 orang. Korban akibat longsor juga terjadi di beberapa desa di Kecamatan Bungaya yang hingga kini belum bisa ditembus kendaraan roda empat dari arah Kecamatan Manuju.
Permukiman di sepanjang jalur itu berada di bukit batu yang di atasnya tumbuh pohon besar dan juga terdapat batu-batu lepas. ”Bukit batu itu rawan longsor mengingat kondisi curah hujan yang masih tinggi seperti saat ini. Makanya, titik-titik yang berpotensi longsor dipasang peringatan untuk diwaspadai,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gowa Ikhsan Parawansa.
Berdasarkan pantauan Kompas di Dusun Pattiro, puluhan rumah sudah ditinggal pergi pemiliknya. Pintu dan jendela ditutup rapat. Jumlah penduduk Pattiro sebanyak 513 jiwa. Separuh dari penduduk di Pattiro sudah mengungsi ke tempat lain. ”Hujan hari ini (Selasa) membuat kami sangat takut. Jangan sampai longsor lagi. Makanya harus mengungsi dulu,” kata Rumiaty, warga Pattiro.
Adapun warga yang tidak mengungsi meyakini bahwa tidak akan terjadi longsor lagi di Pattiro. Mereka yang tetap bertahan itu kebanyakan memilih tinggal di rumah, sementara ada beberapa orang yang mengungsi di masjid. ”Hidup mati di tangan Allah. Biar di sini saja,” kata Nasir, warga lainnya.
Sementara itu, kegiatan belajar mengajar belum berjalan seperti di SD Inpres Pattiro dan SMP Negeri 1 Manuju di Dusun Lemoa, Pattalikang. Kebanyakan anak mengungsi bersama orangtua. Anak-anak juga takut ke sekolah. SD Inpres Pattiro, misalnya, berada di bukit.
Hingga Selasa petang, anak-anak yang terdampak longsor belum ditangani secara baik, terutama untuk pemulihan psikologis. Mereka dibiarkan terpencar dan bermain sendiri-sendiri dengan kawan. Mereka belum dikoordinasi dalam kelompok untuk ditangani.
Pencarian berlanjut
Tim pencarian korban di Dusun Pattiro pada Selasa telah menemukan tiga jasad. Dengan demikian, korban yang sudah ditemukan 18 orang dari total 21 orang yang tertimbun longsor pada Selasa pekan lalu itu. Pencarian kembali dilanjutkan pada Rabu besok.
Perwira Seksi Operasi Komando Distrik Militer 1409/Gowa Kapten (Arm) Mahyiddin mengatakan, pencarian korban di titik tersebut sekaligus pembukaan jalur jalan yang tertutup longsor. Setelah titik di Pattiro terbuka, alat berat akan dikerahkan untuk membersihkan material ke arah Kecamatan Bungaya yang hingga kini belum tersentuh sama sekali.