BANYUWANGI, KOMPAS — Cuaca buruk membuat sejumlah kapal berkapasitas di bawah 3.000 gros ton diimbau berlayar di perairan Laut Jawa bagian timur. Kapal pengangkut logistik untuk kebutuhan masyarakat di Pulau Sapeken pun tertahan 12 hari di Banyuwangi.
Setidaknya ada tiga kapal logistik tertahan di Pelabuhan Boom, Banyuwangi, sejak Jumat (18/1/2019) hingga Selasa (29/1/2019). Kapal-kapal itu membawa ikan tangkapan nelayan Pulau Sapeken ke Banyuwangi dan ketika kembali mereka membawa aneka kebutuhan pokok dari Banyuwangi menuju Pulau Sapeken.
Salah satu kapal yang tertahan ialah KM Faisal Rahman yang berkapasitas 33 gros ton (GT). Kapal logistik yang dinakhodai Hanafi tersebut juga mengangkut lima anak buah kapal.
”Biasanya perjalanan satu minggu kami sudah bisa pergi pulang Sapeken-Banyuwangi. Sekarang kami sudah 12 hari di Banyuwangi dan tidak tahu kapan bisa pulang,” ujar Hanafi.
Kondisi ini membuat Hanafi dan anak buah kapal lainnya menghabiskan biaya lebih banyak dari biasanya. Biaya itu untuk membeli makan-minum sambil menanti kepulangan ke Pulau Sapeken.
Semula para anak buah kapal biasa membeli makan secara mandiri di warung-warung makan di sekitar Dermaga Boom. Per orang per hari bisa menghabiskan Rp 100.000. Belakangan, mereka memilih belanja dan memasak sendiri agar lebih hemat.
”Sekarang kami bisa menghemat Rp 100.000 per hari untuk enam orang. Kalau dibiarkan terus seperti ini, harga bahan pokok yang kami beli di Banyuwangi untuk dijual di Sapeken bisa sangat mahal,” tutur Zainuddin, salah satu anak buah kapal.
Zainuddin mengatakan, biaya perjalanan termasuk biaya hidup anak buah kapal biasanya dibebankan pada harga jual komoditas yang dijual di Pulau Sapeken. Inilah yang membuat harga di Pulau Sapeken menjadi lebih mahal dari biasanya.
Harga telur ayam, misalnya, apabila di Banyuwangi dijual Rp 20.000 per kilogram, di Pulau Sapeken akan dijual Rp 30.000 per kg. Harga lebih mahal diterapkan pada komoditas sayuran yang cepat membusuk.
”Kami kemarin sempat belanja tomat, kubis, dan cabai masing-masing 50 kg. Kami sudah sempat muat karena rencana akan berangkat, tetapi ternyata masih ada larangan berlayar, terpaksa kami kembalikan lagi ke pedagang di pasar,” tutur Zainuddin.
Tidak semua komoditas sayuran bisa dikembalikan. Beberapa sayur yang rusak tentu tidak akan diterima kembali pedagang. Anak buah kapal hanya bisa membuang komoditas yang rusak dan menghitungnya sebagai kerugian.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Pengumpan Regional Banyuwangi Septiantya Asmoro mengatakan, cuaca buruk membuat kapal-kapal logistik dari Sapeken dan Banyuwangi tidak berlayar. Hal itu sesuai imbauan KSOP Banyuwangi yang melarang kapal-kapal di bawah 3.000 GT berlayar.
”Biasanya setiap hari ada satu kapal dari Pulau Sapeken yang bersandar di Pelabuhan Boom untuk bongkar-muat dan kemudian belanja di Banyuwangi dan kembali ke Sapeken empat hari berikutnya. Sudah 12 hari terakhir tidak ada kapal yang bersandar,” ujarnya.