Jalan Berlubang di Jakarta Utara Kembali Memakan Korban
Oleh
Andy Riza Hidayat
·4 menit baca
Akses jalan wilayah Jakarta Utara masih membahayakan pengguna sepeda motor. Lubang jalan yang menganga di banyak sisi memicu orang berhati-hati. Namun, kehati-hatian untuk menghindari lubang jalan bisa berimbas pada maut yang mengancam nyawa.
Keadaan ini menjadikan wilayah itu sebagai daerah paling berbahaya bagi pengguna sepeda motor di antara wilayah lain di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Lantaran kondisi ini, Amalia R Ramadhan tewas dilindas truk bermuatan berat seusai kecelakaan di Jalan Marunda Raya, Clincing, Minggu, 27 Januari 2019.
Saat itu, Amalia terjatuh saat menghindari jalan berlubang di ruas jalan itu. Pada posisi itu, dia dilindas roda belakang truk tronton B 8448 UYY yang melaju dari arah Tanjung Priok.
Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Kesatuan Wilayah Polres Metro Jakarta Utara Ajun Komisaris Sigit Purwanto, Selasa (29/1/2019), mengatakan, korban yang melaju dari arah barat bergerak ke kanan untuk menghindari jalan berlubang dan menabrak badan truk.
”Korban berusaha menghindari lubang jalan dengan bergerak ke kanan. Saat itu, dia menabrak badan truk dan terjatuh. Korban meninggal karena terlindas roda belakang truk tronton tersebut,” kata Sigit. Warga menemukan Amalia dalam kondisi luka serius dan tidak bernyawa lagi. Adapun sepeda motor yang dikendarai korban juga rusak parah.
Catatan Kompas, sedikitnya dua orang pada Januari 2019 ini yang menjadi korban kecelakaan akibat terlindas truk bermuatan berat di Jakarta Utara. Peristiwa sebelumnya terjadi pada 10 Januari 2019.
Sebelumnya, pengemudi ojek daring Irna R Citrawati (25) terserempet dan terlindas truk trailer ketika melintas di Jalan RE Martadinata, Tanjung Priok. Kecelakaan itu mengakibatkan korban menderita cedera di bagian kaki.
Data Direktorat Kecelakaan Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya periode Januari-Oktober 2018, Jakarta Utara merupakan wilayah dengan angka kematian akibat kecelakaan sepeda motor tertinggi. Ada 309 kasus kecelakaan lalu lintas melibatkan sepeda motor terjadi di sana. Dari jumlah itu, 91 korban tewas, 3 orang luka berat, dan 315 luka ringan.
Daerah lain yang angka kecelakaan lalu lintas cukup tinggi ada di Kabupaten Bekasi. Di wilayah itu dari 491 kasus yang terjadi, 61 orang meninggal, 53 orang luka berat, dan 531 orang luka ringan.
Pada tahun 2017, periode Januari-Oktober, Jakarta Utara juga merupakan wilayah yang paling rawan kecelakaan lalu lintas. Pada periode itu, terdapat 96 orang yang meninggal, 2 orang luka berat, dan 362 orang luka ringan.
Sigit mengatakan, tingginya kecelakaan lalu lintas di wilayahnya diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat yang tidak tertib lalu lintas. ”Kesadaran disiplin lalu lintas kurang. Kecelakaan diawali dengan pelanggaran,” ujarnya.
Dipadati truk trailer
Jalan Marunda Raya, Selasa (29/1/2019) pukul 16.00, dipadati berbagai jenis truk bermuatan berat. Ada sebagian truk yang lalu lalang di jalan itu membawa kontainer. Jalan yang satu arah itu menimbulkan kemacetan sepanjang 5 kilometer.
Sejumlah pesepeda motor nekat melintas di antara truk-truk bermuatan berat itu. Situasi itu, sering tidak terpantau pengemudi truk karena tinggi sepeda motor hanya sejajar dengan roda truk trailer. ”Kalau klakson tidak dibunyikan, kami tidak bisa lihat. Baru tahu kalau sudah dengar orang teriak karena ada yang diinjak,” kata Marsali (45), pengemudi truk trailer.
Ia menambahkan, Jalan Raya Marunda memang sering memakan korban, khususnya pesepeda motor. Hal itu tidak lepas dari ketidaksabaran pesepeda motor untuk segera mendahului.
”Di sini memang satu-satunya akses truk kontainer ke Pelabuhan Marunda. Jadi, setiap hari pasti macet,” kata lelaki asal Brebes, Jawa Tengah, itu.
Pantauan Kompas, sejumlah ruas jalan di sekitar wilayah Jakarta Utara, seperti Penjaringan, Tanjung Priok, dan Clincing, pada pukul 14.00-16.00 dipadati truk bermuatan berat. Ruas jalan yang dilalui truk kontainer adalah Jalan Lagonda Raya, Jalan Jampea, dan Jalan Marunda Raya.
Pesepeda motor yang melintas dan saat akan mendahului menyelip di celah-celah kendaraan bermuatan berat yang lebarnya kurang dari 1 meter. ”Kalau takut dan tidak menyalip, kapan sampai tujuan. Padahal, tujuan saya bawa motor kan untuk cepat sampai. Harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mengatur lalu lintas di sini,” kata Prasetio (27), pengendara yang melintas di Jalan Marunda Raya.
Sebelumnya, pengamat transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan, kesemrawutan karena bercampur baurnya truk trailer, sepeda motor, dan mobil pribadi perlu ditata. Kesemrawutan itu rawan menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Ia menambahkan, ada beberapa opsi yang bisa dilakukan, yaitu membatasi kendaraan bermuatan berat atau disediakan jalur khusus bagi pesepeda motor.
Selain itu, kesadaran berlalu lintas pengendara bermotor juga perlu digugah karena melaju beriringan dengan truk bermuatan berat sangat riskan. Pesepeda motor sering kali tidak menyadari bahwa pengemudi truk besar punya titik buta (blind spot) karena posisinya tinggi (Kompas.id, 12/1/2019). (STEFANUS ATO)