ABU DHABI, SENIN— Tim nasional sepak bola Jepang merunut jejak kesuksesan di Piala Dunia Rusia 2018. Jepang, yang piawai dalam regenerasi pemain dan bermodalkan solidaritas, melaju ke final Piala Asia 2019 seusai membekap favorit juara Iran 3-0 di semifinal, Senin (28/1/2019) di Stadion Hazza bin Zayed, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Jepang tinggal selangkah lagi menyabet gelar kelima dan status legenda di Piala Asia. Tim tersukses di Piala Asia itu, dengan raihan empat trofi, akan menjalani partai puncak pada Jumat (1/2). Jepang bakal menghadapi tim pemenang laga semifinal lainnya, antara Qatar dan UEA, Selasa ini.
Jepang sebetulnya kurang diunggulkan ketimbang Iran di Piala Asia edisi ke-17 itu. Tim ”Samurai Biru” bukan lagi tim yang sama saat tampil mengejutkan dengan melangkah ke babak 16 besar Piala Dunia Rusia.
Mereka satu-satunya tim Asia yang melangkah sejauh itu di Piala Dunia lalu. Mereka bahkan nyaris menyingkirkan Belgia, tim peringkat I dunia saat itu yang dibela para pemain terbaik sejagat, seperti Eden Hazard dan Kevin de Bruyne.
Namun, seusai Piala Dunia itu, ”Samurai Biru” bertransformasi. Atas nama regenerasi, Pelatih Akhiri Nishino (63) memilih mundur. Langkah berani itu lantas diikuti para pemain senior di tim tersukses Asia itu, seperti Keisuke Honda, Shinji Kagawa, dan Shinji Okazaki.
Nishino lantas menyerahkan tongkat estafet pelatih Jepang kepada asistennya, Hajime Moriyasu. Meskipun berganti pelatih dan juga pemain, ”DNA” Jepang sebagai tim yang mengedepankan kedisiplinan, kolektivitas, dan kerja keras selalu mengalir di nadi tim.
Kedisiplinan dan nilai solidaritas itu, misalnya, sangat terlihat di babak pertama laga itu. Para pemain Jepang, mulai dari lini depan hingga belakang, bahu-membahu memperkuat pertahanan untuk mengatasi gempuran para pemain Iran.
Wakil dari Timur Tengah itu lebih diunggulkan karena memiliki sejumlah pemain berkualitas, seperti ”Messi” Iran, Sardar Azmoun. Mereka juga dipimpin pelatih kaya pengalaman di Piala Dunia, Carlos Queiroz, yang persis menjalani laga ke-100 bersama Iran di laga semifinal di Abu Dhabi itu.
Moriyasu, yang pernah memimpin timnas Jepang U-23 di Asian Games 2018, pernah berkata rela bermain pragmatis dan menang jelek demi meraih tiket ke final, capaian yang kali terakhir diraih tahun 2011. ”Kami bukan tim yang sempurna dan belum matang,” ujarnya merendah seperti dikutip Fox Sports.
Gempuran demi gempuran Iran dihadapi dengan sabar oleh para pemain Jepang, khususnya bek sekaligus kapten Maya Yoshida yang banyak pengalaman di Liga Inggris.
Mereka tidak panik ketika ditekan hebat dan sebaliknya berusaha memaksimalkan peluang dari kelengahan lawan. Paradigma ini persis yang mereka lakukan di Rusia, terutama saat nyaris memulangkan Belgia di babak 16 besar Piala Dunia 2018.
Dan, benar saja, Samurai Biru dengan dingin memanfaatkan peluang dari kelemahan lawannya. Penyerang sayap Takumi Minamino tetap fokus dan bangkit berdiri tanpa memedulikan pelanggaran lawan atas dirinya saat serangan balik di menit ke-55.
Di saat konsentrasi barisan bek Iran buyar dan terfokus ke arah wasit menyusul insiden itu, Minamino tetap berlari dan mengirim asis matang ke striker Yuya Osako.
Gol itu meremukkan mentalitas Iran, yang menilai wasit seharusnya meniup peluit ketika tekel rekan mereka itu terjadi.
Namun, gol itu menunjukkan, Jepang adalah tim yang sangat fokus, tidak peduli dengan pernak-pernak insiden lain yang berpotensi merugikan atau menguntungkan mereka. Tak ayal, mereka pun menambah dua gol di babak kedua.
Dalam wawancara di Bogor saat Asian Games 2018, Moriyasu menegaskan filosofi sepak bolanya: trofi bukanlah tujuan utama timnya. ”Hal terpenting, tim ini terus berkembang, baik secara teknis dan mental, dari laga ke laga,” ujarnya seusai dikalahkan Korea Selatan di babak final Asian Games 2018.
Kurang dari setengah tahun sejak kekalahan itu, Moriyasu dan tim baru Jepang punya kesempatan kedua meraih trofi. Tim itu saat ini jauh lebih matang ketimbang di Asian Games lalu. Mereka belum pernah kalah di Piala Asia 2019 dan punya kans besar menjadi terbaik di Asia, Jumat mendatang. (JON)