Sudah 58 Orang Meninggal, 300 Korban Hilang Dicari
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
BRUMADINHO, SENIN — Pencarian 300 korban hilang akibat runtuhnya dam penahan limbah tambang bijih besi milik perusahaan pertambangan, Vale, di Brumadinho, Brasil, dilanjutkan Minggu (27/1/2019) waktu setempat. Hingga Minggu malam, sebanyak 58 korban meninggal telah dilaporkan dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat.
Sebelumnya, pencarian korban sempat terhenti dari Minggu pagi hingga sore karena dikhawatirkan dam lainnya akan runtuh. Dam penahan itu terletak sekitar 50 meter dari dam pertama yang runtuh pada Jumat (25/1/2019).
Otoritas setempat telah mengevakuasi penduduk yang bermukim di sebagian wilayah di bagian tenggara Brumadinho dekat dam penahan milik perusahaan tambang Brasil, Vale. Sebanyak 24.000 orang telah diperingatkan untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
”Warga berlari keluar. Mereka putus asa. Sebagian tidak punya mobil dan lari sambil membawa ransel di punggung serta barang lain yang bisa dibawa,” cerita Fagner Miranda (29), warga setempat.
Juru Bicara Badan Pertahanan Sipil Negara Letnan Kolonel Flavio Godinho memastikan, Minggu sore waktu setempat, tidak ada risiko dam penahan lain akan runtuh. ”Tidak ada risiko runtuh lagi. Pencarian korban telah dilanjutkan, melalui darat, pesawat terbang, dan anjing pelacak,” ujarnya.
Penuh lumpur
Belasan helikopter telah dikerahkan karena kondisi darat yang penuh dengan lumpur terlalu berbahaya untuk melakukan pencarian melalui darat. Ada pula 1.000 pasukan militer diterjunkan membantu proses pencarian.
Sebanyak 192 orang berhasil diselamatkan dalam kondisi hidup dan 23 di antaranya dirawat di rumah sakit. Proses pencarian ini masih terus berlangsung.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro hadir di lokasi kejadian pada Sabtu pagi waktu setempat. Melalui pesan tertulis di Twitter, ia menyampaikan, ”Sulit untuk tidak menahan rasa sedih di saat seperti ini. Semua akan berusaha sebaik mungkin untuk menemukan fakta, menuntut penegakan hukum, dan mencegah adanya tragedi lain ke depan”.
Gubernur Minas Gerais Romeu Zema mengatakan, perusahaan tambang terkait memiliki semua izin dan penyebab runtuhnya dam belum jelas. Auditor asal Jerman, TUV SUD, telah memeriksa dam itu pada September 2018 dan menilai dam itu beroperasi dengan baik.
Pernah terjadi
Insiden ini merupakan bencana besar pertama yang dihadapi Bolsonaro sejak ia menjadi presiden pada awal Januari 2019. Insiden ini diduga lebih parah dibandingkan insiden serupa yang terjadi pada November 2015 di kota Mariana.
Insiden itu juga diakibatkan oleh dam runtuh yang dikelola oleh Vale serta perusahaan tambang Australia, BHP Biliton. Sebanyak 19 orang dilaporkan tewas dan ratusan orang lainnya harus diungsikan. Akibat insiden itu, 60 juta meter kubik limbah mengalir ke sungai-sungai dan akhirnya mencemari Samudra Atlantik. Sekitar 250.000 penduduk kehilangan akses sumber air minum. (Kompas, 27/1/2019)
CEO Vale Fabio Schvartsman meminta maaf kepada publik atas insiden yang terjadi melalui wawancara televisi. Dam yang runtuh pada Jumat kemarin dalam status tidak aktif dan kondisi stabil pada 10 Januari 2019. Ia belum bisa memastikan kenapa dam itu runtuh. Sejak insiden 2015, pihaknya juga mengklaim telah melakukan prosedur rutin untuk memonitor damnya.
Berkait kejadian ini, Jaksa Federal Jose Adercio Sampaio mengingatkan, apabila kebijakan keselamatan berkait dam ini masih dipertahankan, insiden serupa akan terus terjadi ke depan. ”Perusahaan akan menanggung semua kerusakan yang diakibatkannya,” kata Sampaio.
Menanggung kerusakan
Pengadilan Negara telah membekukan anggaran sebanyak 6 miliar real Brasil atau 1,6 miliar dollar AS dari rekening Vale untuk menanggung kerusakan akibat insiden itu. Institut Lingkungan dan Sumber Daya Alam Brasil, Ibama, juga telah mendenda Vale sebanyak 250 juta real Brasil karena pelanggaran peraturan. Sementara itu, Departemen Negara Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan, Semad, mendenda Vale sebanyak 99 juta real Brasil.
Insiden ini diperkirakan menantang upaya Bolsonaro yang berusaha untuk mengurangi restriksi di industri pertambangan. Sebelumnya, pihak investor cukup ragu atas kondisi pertambangan di Brasil.