Pengetahuan Petani tentang Hama Padi Perlu Ditingkatkan
Oleh
M Fajar Marta
·4 menit baca
KOMPAS/RADITYA MAHENDRA YASA
Petani memasang jaring untuk melindungi bulir padi dari burung di Desa Mluweh, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
JAKARTA, KOMPAS — Serangan hama wereng batang coklat dan penyakit kerdil pada tanaman padi menurun selama 2018. Kendati demikian, kompetensi petani untuk menjaga ekosistem tanaman padi perlu ditingkatkan agar ledakan hama wereng pada 2017 tidak berulang.
Ketua Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB) Suryo Wiyono saat dihubungi dari Jakarta, Senin (28/1/2019), mengatakan, serangan hama wereng di sepanjang tahun 2018 berkurang signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2017. Departemen Proteksi Tanaman IPB menurunkan tim di 30 kabupaten/kota yang ada di Pulau Jawa, Bali, dan Provinsi Lampung pada 2017.
Suryo mengatakan, total luas sawah yang terdampak sekitar 500.000 hektar. ”Intensitas kegagalan panen bervariasi dari 30 persen-hingga 70 persen,” ujar Suryo.
Pada 2018, kata Suryo, pihaknya mencatat terjadi pengurangan serangan hama wereng batang coklat. Namun, hal ini lebih disebabkan oleh siklus alamiah. Populasi wereng batang coklat sudah berada di titik jenuh sehingga mengalami penurunan populasi. Adapun wilayah yang masih terkena serangan hama wereng batang coklat antara lain Subang, Indramayu, Kuningan, (Jawa Barat), Bojonegoro (Jawa Timur), dan Tegal (Jawa Tengah).
Penurunan serangan hama juga terkonfirmasi dari data Kementerian Pertanian tentang organisme pengganggu tanaman (OPT) padi. Pada tahun 2017 terdapat 435.947 hektar sawah terdampak OPT, 9.263 hektar mengalami puso atau gagal panen. Sementara pada 2018 terdapat 308.753 hektar sawah terdampak OPT, sebanyak 3.237 hektar mengalami puso. Jumlah itu merupakan gabungan beberapa jenis OPT yang terdiri dari wereng batang coklat, penggerek batang padi, tikus, blas, kresek, tungro, dan kerdil rumput atau hampa.
”Siklus hama wereng yang berlanjut di beberapa daerah itu disebabkan oleh penanaman padi pada musim sebelumnya yang terus dilanjutkan. Artinya, tidak ada jeda musim tanam,” kata Suryo.
KOMPAS/ADI SUCIPTO
Petani di Desa Prangi, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyemprot hama wereng yang menyerang tanaman padi.
Suryo menerangkan, hama wereng coklat—yang pada gilirannya menularkan virus kerdil pada padi—disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak adanya jeda musim tanam. Idealnya, kata dia, musim tanam dilakukan dua kali setahun. Kedua, penggunaan pestisida yang berlebihan dan salah.
”Jika pestisida yang digunakan bukan untuk padi, akibatnya musuh alamiah wereng mati. Kedua, wereng akan mengalami resurgensi terhadap pestisida. Artinya, penggunaan pestisida secara berlebihan justru membuat jumlah keturunan wereng meningkat,” katanya.
Suryo melanjutkan, ekosistem tanaman padi bersifat rentan. Oleh sebab itu, pengetahuan petani untuk menjaga ekosistem tanam padi harus ditingkatkan. Pria yang sudah meneliti sejak 1990 ini menyatakan, sebanyak 70 persen petani di Jawa keliru menggunakan pestisida.
Di samping itu, intensitas penggunaan pestisida terus meningkat. Pada 1990, petani di Karawang, Subang, dan Indramayu (Jawa Barat) hanya menggunakan pestisida dua sampai tiga kali dalam satu masa tanam. Pada 2017, di tempat yang sama, intensitas penggunaan pestisida meningkat menjadi sembilan sampai 12 kali dalam satu periode masa tanam.
”Keberhasilan pertanian tergantung dari pengetahuan petani. Tanpa itu, tidak mungkin akan berhasil,” ujarnya.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, ledakan hama wereng disebabkan oleh pengamatan populasi wereng yang terlambat. Hal ini bisa ditekan jika petani dan petugas pengendali OPT di daerah memantau sejak dini perkembangan wereng. ”Kalau wereng masih di bawah ambang batas, masih mudah dikendalikan. Tetapi, kalau sudah di ambang batas memang susah, nanti jadinya puso,” kata Gatot.
Sebanyak 70 persen petani di Jawa keliru menggunakan pestisida.
Gatot tidak menampik bahwa ledakan hama wereng disebabkan oleh penggunaan pestisida secara berlebihan. Namun, itu bukan satu-satunya faktor. Menurut dia, hama wereng punya periode. Oleh karena itu, pada saat periode wereng, petani diharapkan tidak menanam varietas yang bisa memicu populasi wereng, seperti ketan.
Di samping itu, pihaknya tengah mengembangkan budidaya tanaman sehat yang mengarah ke ekosistem alam. Sebelum padi ditanam, PH lahan dinetralkan dengan menebar dolomit dan pupuk organik. Varietas pun dipilih yang tahan terhadap wereng. Sementara penggunaan pestisida dikurangi dengan menanam bunga-bungaan refugia.
”Pada tahun 2017 kami sudah di uji coba di puluhan ribu hektar lahan di Pulau Jawa. Aman, kok,” katanya.