MILAN, MINGGU - Pertama kali datang ke Stadion San Siro sejak melatih Napoli, Carlo Ancelotti, merasa frustrasi, Minggu (27/1/2019) dini hari WIB. Napoli yang sedang berusaha mengejar Juventus di puncak klasemen Liga Italia, justru ditahan 0-0 oleh tuan rumah AC Milan.
Apalagi sosok di balik Milan yang membuatnya frustrasi adalah Gennaro Gattuso, pelatih AC Milan yang dulu pernah menjadi anggota skuad “Rossoneri” di bawah asuhan Ancelotti. Duel di San Siro itu pun menjadi duel antara guru dan murid, yang yang menghibur penonton.
Selain menghibur, laga ini menjadi laga emosional karena fans Milan tidak lupa bahwa Ancelotti pernah mempersembahkan dua trofi Liga Champions, dua trofi Piala Super Eropa, dan satu trofi Piala Dunia Antarklub untuk mereka pada periode 2002-2007. Belum lagi trofi yang pernah dipersembahkan Ancelotti ketika menjadi pemain. Wajar jika berbagai spanduk pujian untuk pelatih berjuluk Carletto itu terbentang di tribune penonton, salah satunya bertuliskan “masa-masa tak terlupakan dari simbol sebuah era, legenda Rossoneri selamanya.”
Nostalgia Ancelotti di San Siro malam itu rupanya tidak berakhir manis. Selain laga berakhir 0-0, Ancelotti juga diusir oleh wasit pada menit-menit akhir laga. Wasit menganggap Ancelotti mengucapkan umpatan ketika memprotes kartu kuning kedua yang diberikan kepada Fabian Ruiz karena menyentuh bola dengan tangan.
“Ini memang momen yang emosional karena saya memiliki masa-masa indah di sini (San Siro) dan selalu ada ikatan spesial dengan suporter Milan. Sebenarnya saya tidak mau menghadapi Milan,” kata Ancelotti seperti dikutip laman Football-Italia. Namun, Napoli masih harus menghadapi Milan pada laga perempat final Piala Italia, Rabu (30/1/2019) dini hari WIB.
Ancelotti pun masih punya pekerjaan rumah untuk membenahi taktiknya. Pada laga Minggu dini hari kemarin, Napoli seperti kehilangan gairah. Permainan yang buruk itulah yang turut memicu Ancelotti bersikap agresif dan akhirnya diusir wasit. “Kami terlalu sering membiarkan Milan menyerang balik, tidak ada intensitas dalam permainan, dan kami tidak menekan pertahanan mereka,” ujar Ancelotti.
Situasi ini berbahaya bagi Napoli yang harus terus mengumpulkan poin penuh untuk mengejar klub yang masih tak tersentuh, Juventus. Hasil imbang ini membuat Napoli masih berada di peringkat kedua klasemen sementara Serie A dengan 48 poin. Sementara Juventus sebelum menghadapi Lazio, pada Senin (28/1/2019) dini hari WIB, masih kokoh di puncak dengan 56 poin. Jika Ancelotti gagal ataupun menyerah, harapan Napoli untuk kembali menjuarai Serie A untuk pertama kalinya sejak 1990 juga akan kandas.
Kemajuan
Bagi Milan, meski hanya mendapat hasil imbang, sudah merasa puas karena ada kemajuan dalam tim terutama dari cara bertahan. “Napoli adalah lawan yang tangguh, kami butuh pertahanan yang sempurna untuk mendapatkan poin dari mereka,” ujar bek Milan Mateo Mussachio.
Pada laga itu, Ancelotti telah menurunkan semua penyerang terbaiknya, yaitu Dries Mertens, Lorenzo Insigne, Jose Callejon, dan Arkadiusz Milik. Laga berakhir imbang tanpa gol juga berkat pertahanan kokoh kedua tim. Kedua kiper tim, Gianluigi Donnarumma (AC Milan) dan David Ospina (Napoli) sama-sama tampil menawan.
Meski gagal mencetak gol pada laga itu, Milan sedikit tenang karena striker mereka yang baru saja dibeli dari Genoa, Krzysztof Piatek, memberikan harapan baru. Striker Polandia itu sudah menunjukkan ancaman meski hanya bermain sekitar 30 menit pada babak kedua. Milan merasa sudah mendapat sosok pengganti Gonzalo Higuain yang kini pindah ke Chelsea.
Piatek, striker yang telah mengemas 13 gol bersama Genoa pada musim ini, menjalani debutnya setelah menggantikan Patrick Cutrone pada babak kedua. “Untuk sekarang, mereka tidak akan tampil bersamaan karena kami harus mempertahankan keseimbangan tim. Jika memainkan dua striker sekaligus, keseimbangan akan hilang,” ujar Gattuso.
Hadirnya Piatek ini penting bagi Milan yang sedang mempertahankan posisi di empat besar klasemen dan mengincar jatah Liga Champions musim depan. Tampil di Liga Champions merupakan cara Milan untuk menunjukkan bahwa mereka telah bangkit.
Pengamanan ketat
Laga nostalgia Ancelotti ini harus dijaga ketat aparat keamanan karena insiden terjadi ketika Napoli terakhir kali datang ke San Siro untuk melawan Inter Milan pada akhir Desember 2018. Waktu itu, bek Napoli Kalidou Koulibaly mendapat cacian rasis dari suporter Inter. Bek asal Senegal itu kemudian mendapat kartu merah karena memberi tepuk tangan kepada wasit. Sikapnya itu dianggap sebagai penghinaan terhadap wasit.
Tidak hanya itu, laga yang berlangsung setelah Hari Natal itu menimbulkan satu korban jiwa di luar stadion. Sebelum laga berlangsung terjadi keributan dan seorang suporter Inter, Daniele Belardinelli tewas karena tertabrak mobil. Akibat keributan itu, polisi mengamankan lima suporter Inter.
Namun, Koulibaly kembali tampil di San Siro dan tidak ada insiden serupa. “Suasana jauh berbeda pada laga kemarin dan ini yang ingin kami lihat. Saya juga memberi tepuk tangan kepada para penonton,” ujar Ancelotti (AFP/REUTERS)