BEKASI, KOMPAS – Jumlah kasus demam berdarah dengue di Kota Bekasi meningkat. Seluruh pihak diminta meningkatkan kewaspadaan hingga April 2019.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezi Syukrawati mengatakan, sejak 1-28 Januari 2019, sudah terjadi 75 kasus demam berdarah dengue (DBD). Angka tersebut melesat signifikan dibandingkan Januari 2018, yaitu 49 kasus. Sementara itu, sepanjang 2018 terjadi 626 kasus yang menyebabkan dua orang meninggal dunia.
Peningkatan kasus diprediksi masih bisa terjadi sepanjang musim hujan. Sebab, lingkungan masyarakat menjadi rawan genangan air yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
“Untuk itu, kewaspadaan dan pemantauan perlu terus ditingkatkan. Kami masih harus waspada setidaknya hingga Maret-April 2019,” kata Dezi di Bekasi, Senin (28/1/2019).
Meski demikian, Dezi menduga penyebab DBD juga berasal dari luar Kota Bekasi. Sebagian besar penduduk adalah komuter yang beraktivitas di wilayah lain, di antaranya Jakarta. “Mobilitas warga ke daerah endemik DBD juga berpengaruh terhadap kasus DBD yang terjadi,” ujar Dezi.
Dezi meminta kepada 42 rumah sakit di seluruh Kota Bekasi untuk memberikan laporan dalam waktu 1x24 jam jika mendapatkan kasus DBD. Dengan begitu, wilayah terdampak dapat segera dipetakan. Upaya pencegahan pun bisa dilakukan secepatnya.
Penyebab DBD juga berasal dari luar Kota Bekasi. Sebagian besar penduduk adalah komuter yang beraktivitas di wilayah lain. Mobilitas warga ke daerah endemik DBD juga berpengaruh terhadap kasus DBD yang terjadi.
Ditektur Utama RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid, Kusnanto Saidi, mengatakan, sebagian pasien DBD dirawat di RSUD. Sepanjang Januari 2019, terdapat 95 kasus diduga DBD, tetapi yang terbukti positif setelah pemeriksaan laboratorium adalah 31 kasus.
“Kami siap menangani seluruh pasien yang masuk ke RSUD,” kata Kusnanto.
Kusnanto mengaku telah menambah fasilitas rawat inap. Salah satunya tempat tidur pasien yang mulanya hanya 450 unit ditambah menjadi 650 unit. Ia pun memastikan, tidak ada kendala pada fungsi laboratorium. Begitu juga para perawat dan dokter.
Kepala Bidang Perawatan RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid, Sudirman, menambahkan, dalam kondisi waspada tersebut, ketersediaan stok obat harus dipastikan. Saat ini persediaan cairan yang merupakan kebutuhan utama pengobatan DBD masih cukup.
"Akan tetapi, penghitungan kebutuhan harus segera dilakukan, apalagi Dinas Kesehatan telah menyatakan kewaspadaan masih berlanjut hingga April 2019," kata dia.
Dalam kondisi waspada tersebut, ketersediaan stok obat harus dipastikan.
Pencegahan
Dezi menjelaskan, Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan camat dan lurah untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Berdasarkan data 2018, kasus DBD paling banyak terjadi di wilayah permukiman padat dan rawan banjir. Wilayah itu adalah Bekasi Utara, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur.
Kasus DBD paling banyak terjadi di wilayah permukiman padat dan rawan banjir.
Pada 2018, di Bekasi Utara terjadi 129 kasus dengan satu korban tewas. Di Bekasi Barat, 107 orang terjangkit DBD. Sementara itu, di Bekasi Barat terjadi 69 kasus. Di luar tiga wilayah itu, ada satu korban tewas akibat DBD di Jatiasih.
Camat Bekasi Timur Gutus Hermawan Eka Pratama mengemukakan, warga setempat menggiatkan kerja bakti setiap pekan. Selain itu, peran kader juru pemantau jentik (jumantik) juga dioptimalkan.
Namun, waktu kerja kader jumantik terbatas. Fitriana, kader jumantik dari RW 01, Bekasi Jaya, Bekasi Timur, mengatakan, pemantauan jentik nyamuk ke rumah warga dilakukan sebulan sekali.
Padahal, dalam Instruksi Wali Kota Nomor 440/289/Dinkes Tahun 2017 agar setiap warga melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) setiap pekan. Instruksi tersebut diterbitkan setelah terjadi 3.813 kasus DBD dengan 50 korban meninggal dunia pada 2016.
“Sebenarnya, warga sangat disarankan mengikuti instruksi tersebut,” kata Dezi. Sebab, PSN secara rutin terbukti mengurangi kasus DBD secara signifikan. Pada 2017, jumlah kasus turu dibandingkan 2016 menjadi 699 kasus dengan dua orang meninggal dunia. Kemudian pada 2017, DBD kembali menurun menjadi 626 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia dua orang.
Untuk mengoptimalkan PSN, kini Dinas Kesehatan memasyarakatkan gerakan satu rumah satu jumantik. Dezi berharap, gerakan tersebut benar-benar dilaksanakan agar perkembangbiakan nyamuk bisa tuntas di setiap rumah.