PEKALONGAN, KOMPAS — Genangan air di sejumlah titik di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (28/1/2019), perlahan surut, setelah dilanda banjir sehari sebelumnya. Namun, beberapa wilayah, seperti di Kecamatan Pekalongan Utara, masih tergenang hingga 50 sentimeter. Sejumlah dapur umum masih beroperasi.
Berdasarkan pantauan, Senin sore, wilayah Pekalongan Utara, seperti di Kelurahan Krapyak dan Panjang Baru, masih tergenang, dengan ketinggian air berkisar 10 cm-50 cm. Sejumlah pengendara sepeda motor diparkir di jalan yang lebih tinggi. Namun, sebagian lain tetap memacu sepeda motor menerjang banjir. Akibatnya, beberapa motor mogok.
Sementara di Jalan Kusuma Bangsa sepanjang 2 kilometer atau hingga garis pantai masih tergenang dengan ketinggian air sekitar 10 cm-30 cm. Warga memilih berjalan kaki menerobos banjir. Di Kelurahan Klego, Pekalongan Timur, air juga masih menggenang hingga 40 cm atau surut dari sebelumnya, yakni sekitar 70 cm.
Toni Suryono, warga Krapyak, menuturkan, genangan air di daerahnya sempat mencapai 75 cm, bahkan di beberapa titik mencapai 100 cm. ”Hingga (Senin) pukul 10.00 masih tinggi, tetapi kemudian perlahan surut. Beberapa kendaraan mulai berani lewat meskipun berisiko mogok,” ucapnya.
Menurut dia, banjir serupa terjadi pada 2014. Curah hujan yang tinggi dalam sepekan terakhir membuat daerahnya, yang diapit Kali Loji dan Kali Banger, tergenang. Ia pun berharap banjir segera tertangani serta dapat dicegah di kemudian hari.
Hingga (Senin) pukul 10.00 masih tinggi, tetapi kemudian perlahan surut. Beberapa kendaraan mulai berani lewat meskipun berisiko mogok.
Sementara itu, Bahrul (40), warga Klego, menuturkan, sejumlah rumah sudah didirikan di lokasi yang lebih tinggi sehingga tidak kemasukan air. Namun, banyak juga warga yang terpaksa mengungsi ke sejumlah tempat pengungsian, seperti masjid, mushala, dan kantor kelurahan.
Camat Pekalongan Utara Lilik Murdiyanto mengatakan, banjir merata di tujuh kelurahan di wilayahnya, tetapi tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. ”Memang ada dua rumah roboh, sebelum dan sesudah banjir, yang diakibatkan karena angin kencang serta banjir. Namun, sudah dilaporkan dan ditangani pemkot,” katanya.
Lilik menambahkan, kali ini, titik pengungsian fokus di wilayah masing-masing, seperti di kantor kelurahan. Namun, sebagian juga di GOR Jetayu, yang juga menjadi pusat dapur umum di Kota Pekalongan. Menurut dia, warga membutuhkan antara lain popok untuk bayi serta obat-obatan, seperti obat nyamuk.
Kepala Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kota Pekalongan Gunindyo mengatakan, mengacu pada data kebutuhan di posko dapur umum di GOR Jetayu, hingga Senin sore, ada sekitar 5.000 orang yang terdampak, baik yang mengungsi maupun tidak. Menurut dia, genangan di sejumlah wilayah mulai surut, tetapi sebagian lagi justru meninggi.
”Kemarin (Minggu) ada 17 titik dapur umum warga, tetapi kelihatannya bertambah. Di GOR Jetayu, kami menyediakan makanan siap santap bagi yang membutuhkan, juga bahan-bahan untuk dapur umum yang tersebar. Sesuai arahan wali kota, kami upayakan agar semua warga terlayani seoptimal mungkin,” kata Gunindyo.