BANYUWANGI, KOMPAS – Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi mengimbau kapal-kapal di bawah 3.000 GT tidak berlayar karena cuaca buruk di perairan laut Jawa bagian timur. Selain berdampak pada kapal-kapal nelayan di pelabuhan rakyat, aturan ini juga berdampak pada tidak beroperasinya Kapal Perintis Sabuk Nusantara yang melayani pelayaran di pulau-pulau kecil di Laut Jawa.
Kementerian Perhubungan menyediakan Kapal Perintis Sabuk Nusantara 56 dan Sabuk Nusantara 115 untuk melayani pelayaran di pulau-pulau kecil di Laut Jawa. Beberapa pulau yang menjadi rute kapal perintis tersebut ialah, Sapeken, Sapudi, Pagerungan Besar, Kangean dan Masalembo.
“Karena kondisi cuaca ekstreem saat ini, kami meminta kapal perintis Sabuk Nusantara 56 untuk menunda keberangkatannya dari Banyuwangi ke Sapeken. Kebijakan ini murni karena pertimbangan keselataman pelayaran,” ujar Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Tanjungwangi Agus Winartono, di Banyuwangi, Minggu (27/1/2019).
Imbauan tersebut berlaku bagi seluruh kapal dengan kapasitas di bawah 3.000 Gross Ton. Adapun Sabuk Nusantara 56 memiliki kapasitas 1.200 gros ton.
Agus mengatakan, tidak ada kompensasi khusus yang diberikan kepada para calon penumpang. Pelni sebagai operator perjalanan belum sempat menjual tiket perjalanan dari Banyuwangi menuju Sapeken.
Menurutnya, kebijakan tersebut didasarkan pada informasi cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika serta maklumat pelayaran dari Kementerian Perhubungan. Cuaca ekstrem yang terjadi mengakibatkan tinggi gelombang di Laut Jawa bagian Timur mencapai 3,5 meter hingga 5 meter.
“Hari ini, tinggi gelombang berkisar 3,5 meter. Kalau gelombang tinggi sudah reda sekitar 2 meter, kami mungkin akan mencabut imbauan tersebut. Informasi dari BMKG, cuaca buruk akan berakhir minggu ini,” ujarnya.
Dari Situbondo dilaporkan, gelombang tinggi menyebabkan seorang nelayan hilang. Korban Edi Hartono (30) hilang sejak Selasa (22/1/2019) belum ditemukan hingga Minggu (27/1/2019).
“Korban hilang di Perairan Landangan, Kecamatan Kapongan ketika sedang memancing. Korban biasa pergi memancing sendirian hingga pukul 19.00. Namun hari itu, korban tak juga pulang ke rumah hingga saat ini,” ujar Koordinator Pusat Pengendalian Operasional BPBD SItubondo Puriyono.
Puriyono menuturkan, hingga hari keempat pencarian, korban belum juga ditemukan. Setiap hari proses pencarian dilakukan dengan mengerahkan dua perahu karet di sekitar lokasi hilangnya korban. Namun, pencarian terkendala cuaca yang menyebabkan gelombang tinggi dan angin kencang.