Hotel Kapsul, Solusi Baru Menginap Murah
Hotel kapsul hadir dengan konsep berbeda. Tempat penginapan ini menyasar pelancong tunggal yang lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kamar. Simpel, murah, tetapi tetap nyaman. Hotel kapsul adalah inovasi baru bisnis penginapan yang cocok bagi kelompok milenial.
Beda dengan hotel konvensional umumnya, hotel kapsul tidak menawarkan kamar dengan kasur berukuran besar, bak mandi, dan fasilitas privat. Selain kapsul tempat istirahat, fasilitas lain berada di luar kamar dan mesti berbagi dengan pengunjung lain.
"Hotel kapsul ini ditujukan untuk pelancong tunggal atau solo traveler yang membutuhkan tempat istirahat yang simpel dan murah, tetapi nyaman," kata Business Development and Marketing Communication Capsule Indonesia, Stephen Pratama saat ditemui di Jakpod Hotel Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (24/1/2019).
Sebelum meresmikan Jakpod Hotel, Capsule Indonesia telah membuka hotel kapsul di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, yakni Digital Airport Hotel pada Agustus 2018. Pergeseran kebutuhan konsumen menjadi alasan ekspansi ke ‘tengah kota’.
Tak hanya tempat transit, hotel kapsul menyasar pelancong milenial yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar kamar, serta para komuter yang tidak bisa pulang karena bekerja hingga larut malam.
Bisnis hotel kapsul adalah bisnis masa depan. Sebab, pengelola tak perlu biaya ekstra untuk membangun banyak ruang beserta amenitasnya, serta membayar biaya perawatannya. Menurut pengelola Konko Hostel, Steven Haurissa, hotel kapsul adalah bagian dari inovasi untuk memenuhi kebutuhan orang akan tempat menginap yang strategis dan murah.
Deretan kapsul di Konko Hostel, Kebon Sirih, Jakarta Pusat."Harga tanah di tengah kota pasti mahal. Hotel kapsul ini salah satu solusi penginapan yang murah di tengah kota," ujar Steven saat ditemui di Konko Hostel Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Okupansi kedua hotel kapsul itu terbilang tinggi meski kurang dari setahun beroperasi. Dari 120 kamar Jakpod Hotel, misalnya, keterisiannya mencapai 70-80 persen. Adapun di Konko Hostel berkisar 40-60 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada November 2018 mencapai rata-rata 60,19 persen atau naik 2,31 poin dibandingkan dengan TPK November 2017 yang tercatat sebesar 57,88 persen. Begitu pula, jika dibanding TPK Oktober 2018, TPK hotel klasifikasi bintang pada November 2018 naik sebesar 1,35 poin. Hal ini merupakan kabar baik industri perhotelan tanah air.
Hemat
Salah satu pengguna hotel kapsul, Lenny Lim (31) mengatakan, menginap di hotel kapsul lebih hemat biaya dan hemat waktu. Lenny pertama kali menginap di hotel kapsul yang ada di Bandara Changi, Singapura. Untuk menunggu penerbangan berikutnya atau mengejar penerbangan pagi, Lenny memilih menginap di hotel kapsul bandara.
“Jika menginap di luar bandara pasti akan menghabiskan lebih banyak waktu dan biaya. Di hotel kapsul bandara sudah cukup nyaman dan biayanya juga terjangkau,” tutur Lenny.
Hal serupa juga dirasakan oleh pengguna hotel kapsul yang lain, Puji Widodo (29). Menurut Puji, harga menginap di hotel kapsul setengah dari harga menginap di hotel biasa. Sehingga, sisi anggaran menginap bisa dialokasikan untuk keperluan lain.
Baik Lenny maupun Puji keduanya mendapatkan pengalaman pertama yang menyenangkan menginap di hotel kapsul. Masing-masing hotel kapsul memiliki konsepnya masing-masing. Ada yang sederhana dengan sentuhan kalasik, ada pula yang penuh dengan sentuhan teknologi.
Pada Jakpod Hotel misalnya, saat pertama kali memasuki ruangan, mata pengunjung akan disambut dengan barisan kapsul yang ditumpuk dua. Warna putih yang mendominasi memberikan kesan modern.
Untuk masuk ke dalam kapsul, pengguna harus menempelkan kartu pada sebuah panel di samping pintu. Setelah kartu akses dikenali, pintu kapsul bisa langsung dibuka. Saat pertama kali masuk ke dalam kapsul, kartu yang tadi ditempatkan di salah satu slot sehingga lampu di dalam kapsul menyala. Saat digeser, pintu kapasul akan otomastis terkunci. Kartu akses itu berfungsi untuk membuka pintu ruangan, pintu loker dan pintu kapsul.
Bagaikan di pesawat luar angkasa, warna putih mendominasi seluruh ruangan. Pada dinding kapsul sebelah kanan terdapat banyak tombol. Mereka terdiri dari tombol pengatur lampu, tobol pengatur suhu udara, tombol pembuka dan penutup pintu serta tombol untuk menyalakan televisi. Tak jauh dari tombol-tombol tersebut ada sebuah perangkat jemala untuk mendengarkan suara pada televisi. Sehingga, suara televisi dari dalam kapsul tidak terdengar hingga luar. Sebab, kapsul tidak kedap suara.
Di dalam kapsul pengunjung tidak bisa berdiri, hanya bisa duduk. Jarak antara kepala dan langit-langit kapsul kira-kira dua hingga tiga jengkal orang dewasa. Ruangan di dalam kapsul tidak begitu luas, tapi juga tidak sempit.
Dalam satu ruangan berukuran kira-kira 6 meter x 8 meter, terdapat sekitar 10-12 kapsul dan 12 loker untuk menyimpan barang. Kamar tersebut terhubung dengan kamar mandi. Ada tiga wastafel, tiga water closet dan tiga pancuran air untuk mandi. Ada pilihan untuk memakai air hangat atau air dingin.
Sementara itu, Konko Hostel membuat konsep kapsulnya lebih sederhana. Bukan terbuat dari fiberglass seperti di Jakpod, di Konko kapsul terbuat dari bahan kayu. Tak ada televisi dan tombol-tombol pada dindingnya. Hanya ada sebuah soket dan saklar lampu.
Di Konko Hostel, kartu akses hanya digunakan untuk membuka pintu ruangan. Pintu pada kapsul ini terbuat dari tirai tebal atau roller blind yang dapat dinaik-turunkan. Sementara itu, loker berada tepat dibawah Kasur. Pengunjung perlu membeli atau membawa gembok dan kunci sendiri untuk mengamankan barangnya.
Konsep tamu adalah raja tetap dijunjung dalam sistem pelayanan hotel kapsul. Namun, jurang pemisah antara si ‘raja’ dan ‘pelayan’ di hotel ini tidak begitu jauh. Mereka menggunakan konsep raja adalah teman, sehingga, karakter pengunjung hotel ini cenderung lebih mandiri.
“Tetap kita bantu jika pengunjung memerlukan bantuan. Tapi untuk makanan dan minuman kita arahkan pengunjung untuk mengambil sendiri. Sedikit berbeda dengan sistem pelayanan hotel-hotel yang biasa mengantar makanan ke kamar pengunjung,” kata Stephen.
Beda sasaran
Hadir sebagai pemain baru di industri perhotelan, pengusaha hotel kapsul tak takut kalah saing. Sebab, pangsa pasar antara hoptel kapsul dan hotel pada umumnya berbeda. Hotel kapsul cenderung menyasar kaum milenial yang membutuhkan kemurahan dan kepraktisan, sementara hotel pada umumnya menyasar pengguna usia di atas 35 tahun maupun keluarga yang membutuhkan tingkat privasi dan memerlukan lebih banyak fasilitas penunjang.
Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani memandang hotel kapsul bisa menjadi solusi untuk pengunjung yang tidak membutuhkan banyak waktu untuk tinggal di hotel. “Menurut saya, konsep hotel kapsul bisa menjadi alternatif solusi bagi pengunjung dengan waktu tinggal yang singkat. Misalnya, untuk menunggu penerbangan atau sekadar transit,” kata Hariyadi.
Pelanggan yang menginap di hotel kapsul menurut Stephen dan Steven tidak memerlukan waktu tinggal yang lama. Rata-rata tinggal para pengunjung hotel kapsul adalah satu atau dua hari. Meski begitu, ada juga pengunjung yang menginap hingga 11 hari. Alasannya tak lain adalah menekan bujet penginapan.
Sementara itu rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama November 2018 menurut data dari Badan Pusat Statistik tercatat sebesar 1,85 hari, terjadi kenaikan 0,05 poin jika dibandingkan keadaan November 2017.
Menurut pengelola, para pengunjung hotel kapsul mayoritas memesan kamar melalui aplikasi penyedia jasa perjalanan daring. Hanya sebagian kecil yang data langsung untuk memesan kamar di hotel secara langsung.
Tantangan
Menurut Hariyadi, belum banyak masyarakat yang mengenal konsep hotel kapsul di tengah kota seperti Jakpod Hotel dan Konko Hotel. Selama ini, masyarakat mengenal hotel kapsul hanya berada di bandara, stasiun atau tempat-tempat transit lainnya. Kata Haryadi, memperkenalkan konsep hotel kapsul di tengah kota tidak mudah.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Tim Ahli Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gadjah Mada Phil Janianton Damanik sepakat bahwa hotel kapsul sedang menjadi tren masa kini. Namun, hotel kapsul masih butuh waktu untuk menyakinkan konsumen bahwa aspek keamanan dan kenyamanan hotel kapsul dapat diandalan.
Hal itu dibenarkan oleh Stephen dan Steven. Untuk itu, mereka terud berusaha meningkatkan keamanan dan kenyamanan konsumen. Berbagai upaya telah dilakukan dengan memasang kamera pengintai atau CCTV di setiap ruangan, memasang pendeteksi asap dan api, memberi lubang ventilasi pada kapsul, memberikan fasilitas loker dengan kunci, dan menunjang kebutuhan para konsumen dengan berbagai amenitas. (KRISTI DWI UTAMI/E18)