Pesan Fransiskus Lewat Kaum Muda Marjinal di Panama
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·3 menit baca
PANAMA CITY, JUMAT—Di tengah-tengah aneka kegiatan perayaan Hari Pemuda Sedunia (World Youth Day) di Panama City, Jumat (25/1/2019), Paus Fransiskus mendatangi secara khusus sekelompok anak muda yang terpinggirkan di luar ibu kota Panama. Ia berkunjung ke pusat industri Pacora, khususnya ke sebuah pusat penahanan atau tahanan kaum muda untuk memberikan Sakramen Pengakuan Dosa pada kaum muda yang ada di sana.
Pusat penahanan Las Garza -nama tempat tahanan itu- menampung 192 pemuda. Ada sedikitnya 30 orang yang akan mengaku dosa kepada sang paus. "Saya akan mengatakan kepadanya bahwa saya melukisnya dengan banyak kelembutan dan terutama untuknya. Saya bangga bahwa dia datang ke tempat ini untuk menyebarkan pesannya," seorang narapidana muda di pusat itu, sekitar 40 kilometer (25 mil) di luar Panama City, kepada AFP pada November lalu.
Ini semua adalah bagian dari keyakinan Fransiskus bahwa para tahanan pantas memiliki martabat yang sama dengan yang lainnya, sekaligus harapan-harapan yang sama. Ia membuka hari pertamanya secara penuh a di Panama dengan pesan harapan itu pada Kamis (24/1/2019). Ia secara resmi menyambut puluhan ribu peziarah pada Hari Pemuda Sedunia pada rapat umum yang digelar di sebuah senja di taman di tepi pantai ibu kota itu.
Dia mendesak umat untuk menjadi pembangun jembatan aneka pertemuan, bukan "pembangun tembok yang menabur rasa takut dan terlihat untuk memecah belah dan mengkotak-kotakkan orang.” Media menilai hal itu sebagai sebuah referensi yang jelas ke tembok perbatasan AS-Meksiko yang tengah diusulkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Masih di hari yang sama, dalam sambutannya kepada Presiden Juan Carlos Varela, dia memperingatkan bahwa orang-orang muda yang sama semakin menuntut agar pejabat publik menjalani kehidupan yang jujur yang koheren dengan tanggung jawab yang dipercayakan kepada mereka.
"Mereka menyerukan untuk hidup dalam kesederhanaan dan transparansi, dengan rasa tanggung jawab yang jelas untuk orang lain dan bagi dunia kita," kata Francis kepada Varela dan para pemimpin Panama lainnya. "Untuk menjalani kehidupan yang menunjukkan bahwa pelayanan publik adalah sinonim dari kejujuran dan keadilan, dan menentang semua bentuk korupsi."
Lembaga Transparency International memperkirakan bahwa sebanyak 1 persen dari PDB Panama, sekitar 600 juta dollar AS, mungkin telah hilang akibat dikorupsi selama masa kepresidenan Ricardo Martinelli, yang memerintah Panama dari tahun 2009 hingga 2014.
Martinelli diekstradisi ke Panama tahun lalu dari Amerika Serikat menghadapi tuduhan atas kegiatan spionase politik dan penggelapan. Selain itu, dua putra Martinelli telah ditahan di AS dan sedang dicari tuduhan korupsi mereka di Panama.
Mereka diduga menerima lebih dari 50 juta dollar AS dalam "pembayaran yang tidak semestinya" dari raksasa konstruksi Brasil, Odebrecht, yang merupakan pusat dari salah satu skandal korupsi terbesar dalam sejarah.
Odebrecht telah mengakui membayar hampir 800 juta dollar AS dalam bentuk suap di selusin negara Amerika Latin dengan imbalan bantuan dan kontrak kerja. Itu termasuk setidaknya 59 juta dollar AS di Panama, meskipun pihak berwenang mengatakan angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
Selain putra-putra Martinelli, skandal itu telah melibatkan mantan menteri pemerintahan di bawah pimpinan Martinelli serta orang-orang yang terkait dengan partai presiden saat ini, Varela. Keluarga Martinelli telah membantah keterlibatan para putra dalam skandal suap dan menuduh penganiayaan oleh musuh politik. Mantan presiden itu juga membantah melakukan kesalahan dan mengatakan ia menjadi sasaran politik.
Masih di Panama, Paus pun menegaskan arti kesaksian bagi Gereja Katolik. Menurut dia, panggilan Gereja bukan untuk menciptakan "Gereja paralel yang akan lebih \'menyenangkan\' atau \'keren\' berkat acara pemuda yang mewah," katanya. Tetapi sebaliknya, "kesegaran dan keremajaan yang konstan" harus digunakan dalam "pelayanan kepada saudara-saudari kita, dan pelayanan konkret pada saat itu." Itu termasuk tidak membeda-bedakan antara satu kaum dengan yang lain. (AFP/REUTERS)