JAKARTA, KOMPAS – Belasan pompa bergerak dan pompa diesel yang dikerahkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempercepat surutnya banjir yang merendam sejumlah titik di Kampung Nelayan Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara sejak Jumat (25/1/2019).
Pada Jumat (25/1/2019) siang, banjir setinggi sekitar 50 sentimeter (cm) merendam sebagian wilayah permukiman di RW 001, RW 011, dan RW 021. Banjir terjadi setelah curah hujan yang tinggi. Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan lebih dari 100 mililiter per hari.
Sabtu petang, ketinggian genangan air tinggal sekitar 10 sentimeter.
Puluhan petugas dari Suku Dinas Sumber Daya Alam (SDA) Jakarta Utara dan Dinas SDA DKI Jakarta telah dikerahkan untuk mengoperasikan pompa mobile (bergerak) di beberapa area permukiman. Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kecamatan Pluit juga ditugaskan menjaga kerja pompa diesel.
Di RT 006 RW 001, dua pompa diesel dan sebuah pompa mobile milik Sudin SDA Jakarta Utara terus menyedot air dari Kali Adem dan mengalirkannya ke Kanal Banjir Barat. Kanal tersebut langsung terhubung dengan Teluk Jakarta.
Andri (33), salah satu personel Sudin SDA Jakarta Utara, mengatakan, keadaan sudah membaik karena banjir sudah mulai surut setelah pompa-pompa dioperasikan. “Kemarin, memompa air hampir sia-sia. Soalnya air banjir ini dibuang ke laut, padahal laut sedang pasang. Tapi sekarang sudah lumayan, tinggal setinggi mata kaki,” kata Andri.
Pompa mobile berkapasitas 450 liter per detik, sementara pompa diesel sekitar 100 liter per detik. Mesin-mesin itu dioperasikan 24 jam.
Sementara itu, lima pompa telah bekerja di Waduk Muara Angke untuk menggantikan tiga pompa waduk yang rusak. Disediakan pula lima pompa cadangan.
Petugas pun disiagakan 24 jam. Andri yang telah berjaga sejak pukul 08.00 WIB akan melanjutkan shift-nya hingga pukul 08.00 besok. "Setelah itu boleh pulang buat istirahat. Kan badan juga tetep harus diisitirahatin. Namanya laporan dari masyarakat, ya kami harus tangani," kata dia.
Penyebab
Kendati begitu, banjir masih melanda di banyak daerah. Jalan Kerapu I di RT 7 RW 21, misalnya, terendam air keruh coklat kehitaman. Bangkai kecoa dan serangga mengapung di permukaan genangan bersama sampah, mulai dari plastik sampai kulit durian. Pemandangan ini juga tampak di persimpangan dekat Masjid Nurul Bahri di RT 006 RW 001.
Yanti (40), warga Jalan Kerapu I Nomor 23, RT 007 RW 021 bersyukur hujan deras tidak lagi turun pada Sabtu pagi. Sebab, ia khawatir banjir kembali meninggi.
"Udah 24 tahun tinggal di sini, baru sekali ini kayak gini. Saya khawatir, anak saya kena penyakit kulit soalnya dari kemarin main air banjir melulu," kata dia.
Menurut dia, banjir disebabkan rusaknya pompa air di Waduk Muara Angke. Pompa tersebut bertugas mengalirkan air yang ditampung waduk ke perairan Teluk Jakarta. Selain itu, selokan di rumah warga juga penuh dan mampet. Permukaan Jalan Kerapu I yang lebih rendah daripada jalan lain di kedua ujungnya turut membuat air turun dan menggenang.
Di Waduk Muara Angke, salah satu petugas jaga menjelaskan, tiga sungai di permukiman tersebut, yaitu Kali Adem, Kali Gendong, dan Kali Asin meluap akibat curah hujan yang tinggi.
Tak hanya itu, Waduk Muara Angke juga nyaris meluap. Padahal, waduk tersebut merupakan penampung air dari ketiga sungai. Kondisi itu bisa terjadi karena tiga pompa di waduk rusak.
"Sejak hujan kemarin, kami udah siapkan dua pompa mobile (bergerak) buat nyedot air waduk, tapi ternyata enggak cukup karena hujannya deras banget. Terus, terjadi banjir rob juga soalnya air laut lagi pasang. Kalau pompanya enggak rusak, mungkin enggak akan separah ini banjirnya," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala memperkirakan hujan deras akan turun selama tiga sampai empat hari ke depan. Penyebabnya adalah siklon tropis Riley di selatan Jawa. Siklon tersebut berpengaruh pada pertemuan angin di area pantai utara Jawa, termasuk Jakarta dan sekitarnya. Hujan deras yang disertai angin adalah dampak yang ditimbulkan. (Kristian Oka Prasetyahadi)