Temperatur Panas Melanda Australia, Puluhan Kuda Liar Mati Kepanasan
Temperatur panas di Australia dua minggu terakhir telah menewaskan puluhan kuda liar di kawasan tengah benua ini dan menyengsarakan ribuan unta di wilayah barat Australia yang terpaksa meninggalkan habitat untuk mencari air.
Oleh
Harry Bhaskara dari Brisbane, Australia
·4 menit baca
BRISBANE, KOMPAS — Temperatur panas di Australia dua minggu terakhir telah menewaskan puluhan kuda liar di kawasan tengah benua ini dan menyengsarakan ribuan unta di wilayah barat Australia yang terpaksa meninggalkan habitat untuk mencari air.
Puluhan bangkai kuda liar yang mulai membusuk ditemukan di tempat terpencil Deep Hole, sekitar 20 kilometer dari kota kecil Santa Teresa, sekitar 80 kilometer sebelah tenggara Alice Springs, Northern Territory.
Suhu udara di kota berpenduduk 500 orang itu mencapai 42 derajat celsius selama 13 hari berturut-turut saat dilanda gelombang panas yang disebut Red Centre. ”Kasihan melihat kuda-kuda ini,” ujar seniman Ralph Turner kepada ABC, Rabu (23/1/2019). ”Panas sekali beberapa hari ini. Saya tak menyangka ini bisa terjadi, pertama kali di sini,” kata Turner.
ABC mencatat, Bandar Udara Alice Springs memecahkan rekor dalam jumlah hari yang terpanjang dengan temperatur 42 derajat celsius sejak kantor pencatat cuaca beroperasi pada tahun 1940.
Santa Teresa dikenal sebagai penghasil bibit kuda yang bagus. Banyak kuda dari kawasan ini didatangkan untuk tampil dalam perlombaan balapan kuda. Rohan Smyth, mentor media untuk Santa Teresa, mengatakan, kuda-kuda itu telah datang ke Deep Hole untuk mencari air.
”Celakanya mereka akhirnya mati karena dehidrasi akibat hawa yang panas. Ini sangat mengejutkan,” ujarnya, seperti dikutip ABC.
Di West Australia, para peternak telah menembak mati lebih dari 2.500 unta yang menyerbu peternakan untuk mencari air dan makanan dalam sebulan ini.
Kini penduduk Santa Teresa merasa khawatir karena jumlah populasi kuda liar di kawasan mereka berkurang. Smyth menambahkan, sudah banyak kuda liar yang akhirnya tetap tinggal di kawasan perkotaan, tetapi kuda-kuda liar di luar kota tidak bisa mendapat air minum karena jauh dari kota.
Di Negara Bagian West Australia, para peternak telah menembak mati lebih dari 2.500 unta yang menyerbu peternakan mereka untuk mencari air dan makanan dalam sebulan ini. Unta-unta itu lari dari kawasan habitat mereka di Gurun Gibson. Kekeringan yang melanda Gurun Gibson memaksa unta mencari air dan makanan pada setiap musim panas. Dengan luas 156.000 kilometer persegi, Gurun Gibson merupakan gurun terbesar di dunia.
Hampir semua unta itu datang dalam keadaan lunglai. Mereka merusak pagar peternakan, mencuri makanan, dan menghabiskan air yang diperuntukkan bagi ternak dari kolam-kolam peternak.
Menurut Les Smith, pemilik peternakan Lake Wells, musim panas tahun ini merupakan yang terparah. Ia dan peternak lainnya telah meminta bantuan kepada pemerintah untuk membiayai pembantaian unta-unta itu.
”Mereka terus-menerus berkembang biak, setiap tahun, ribuan, jutaan,” katanya kepada ABC, Rabu (23/1/2019).
”Kemarin ada sekitar 200 unta di pembangkit tenaga listrik bayu. Saya hanya membawa beberapa paket peluru karena saya sedang membetulkan pembangkit tenaga listrik bayu milik saya. Ketika saya melihat kawanan unta ini, saya tembak 31 ekor,” kata Smith.
Tim Carmody, pemilik peternakan Prenti Downs, sekitar 300 kilometer sebelah timur kota kecil Wiluna, mengatakan bahwa para peternak sangat terpukul karena di peternakannya mereka terpaksa menembak 1.200 unta sejak 26 Desember lalu.
Bangkai binatang ini dibiarkan membusuk karena selain sulit digembala, harga daging binatang ini tidak seberapa dibandingkan tenaga yang harus dikeluarkan.
”Jumlahnya tak terbayangkan,” kata Carmody seperti dikutip ABC. ”Saya tak mampu melukiskan dengan kata-kata betapa hancurnya hati kami melihat kondisi hewan-hewan ini… siapa saja yang memelihara hewan tahu perasaan itu.”
Rekor
Adelaide di Negara Bagian South Australia memecahkan rekor sebagai ibu kota terpanas ketika temperatur mencapai 46,6 derajat Celsius, Kamis (24/1/2019), menumbangkan Melbourne, ibu kota Negara Bagian Victoria, yang sebelumnya memegang rekor selama sepuluh tahun dengan 46,4 derajat celsius.
Lebih dari 20 lokasi di South Australia ini mencatat rekor terpanas, termasuk bandar udara Adelaide, Minlaton, Noarlunga, Snowtown, dan Port Lincoln. Kota kecil Ceduna yang berada di tepi pantai sekitar 800 kilometer di barat laut Adelaide bahkan mencapai 48,6 derajat celsius dalam dua hari ini.
Otoritas kesehatan South Australia melaporkan, 44 orang dalam 24 jam terakhir terpaksa dirawat di bagian darurat di rumah sakit karena kepanasan, 12 orang di antaranya harus tetap tinggal di rumah sakit.
Ketika suhu mencapai 40 derajat celsius, keluarga Wynne di Echunga, Adelaide Hills, mengaku bisa memasak kue kacang dengan bantuan sinar matahari. Ibu Rose Wynne mengatakan, ia terinspirasi oleh cerita-cerita orang yang memasak makanan di tempat terbuka dan di atas mobil dengan memanfaatkan matahari.