JAKARTA, KOMPAS – Penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian menjadi masalah serius di tengah kontestasi politik Indonesia saat ini. Hal itu diperparah oleh budaya literasi digital yang tak pernah terbangun secara konsisten dan masif di masyarakat. Para muslimat Nahdlatul Ulama (NU) pun berinisiatif untuk ikut terlibat dalam upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat yang anti-hoaks dan ujaran kebencian karena rakyat merupakan kunci keutuhan bangsa.
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa dalam konferensi pers persiapan Hari Lahir ke-73 Muslimat NU di Jakarta, Jumat (25/1/2019), mengatakan, para muslimat akan mendeklarasikan diri sebagai laskar muslimat antihoaks dan anti-ujaran kebencian.
"Kami ingin membangun (kultur) berpikir positif di antara anak bangsa. Kami ingin seluruh ustadzah, muslimah, untuk berprasangka baik. Kalau ada (informasi) yang mau ditanya, tabayyunlah, klarifikasi dulu agar tidak mudah men-share (membagikan) ke banyak orang," ujar Khofifah.
Sedikitnya 100.000 muslimat NU akan menghadiri Hari Lahir (Harlah) ke-73 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (27/1/2019). Mereka datang dari seluruh Indonesia dengan biaya sendiri. Acara akan dimulai pada Minggu pukul 02.30 WIB dengan salat tahajud, salat hajat, istighosah, sampai salat subuh. Presiden Joko Widodo direncanakan hadir pukul 07.00 WIB.
Khofifah menyampaikan, deklarasi laskar muslimat antihoaks dan anti-ujaran kebencian bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling waspada antar-sesama. "Jangan sampai hal-hal yang terkait meluasnya hoaks dan ujaran kebencian mengganggu keutuhan bangsa dan kesatuan persatuan bangsa," kata Khofifah.
Ketua Panitia Harlah ke-73 Muslimat NU Yenny Wahid menambahkan, melalui acara tersebut, muslimat NU ingin menghadirkan energi positif di tengah ketegangan tahun politik.
"Perempuan punya kekuatan yang besar dalam mengubah dinamika di tengah-tengah masyarakat, salah satunya energi doa. Perempuan akrab dengan doa. Jadi kami akan menghadirkan di tengah-tengah publik, para perempuan terutama yang berada dalam naungan NU untuk berdoa bagi keselaamtan bangsa," ujar Yenny.
Bersih kepentingan
Yenny juga menegaskan, Hari Lahir Muslimat NU ke-73 bersih dari kepentingan politik. Bagi dia, acara itu murni untuk politik kebangsaan, bukan mendukung salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tertentu.
"Acara ini murni acara ormas (organisasi kemasyarakatan) keagamaan. Tak ada unsur politis di dalamnya. Unsur politiknya adalah politik kebangsaaan, mendoakan keselamatan bangsa," tutur Yenny.
Karena itu, lanjut Yenny, acara ini terbuka bagi seluruh masyarakat. "Semua masyarakat yang punya niatan tulus agar bangsa ini tetap bersatu, toleran, dan adil, kami harap bisa ikut hadir. Kami sangat membuka pintu seluas-luasnya, juga apapaun afiliasi politiknya," katanya.