Tokoh muda Juan Guaido mendeklarasikan diri sebagai pejabat presiden menggantikan Presiden Maduro. AS dan Barat mendukung Guaido, sementara Rusia dan Turki membela Maduro.
CARACAS, KAMIS— Krisis politik di Venezuela semakin dalam setelah tokoh oposisi muda Juan Guaido (35) ”merebut” kepemimpinan dari Presiden Nicolas Maduro pasca-demonstrasi besar-besaran di Caracas.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat serta sebagian negara di Amerika Latin langsung mendukung kepemimpinan Guaido. Namun, Rusia yang mendukung Maduro memperingatkan langkah Barat itu.
Demonstrasi yang diwarnai kekerasan terus melanda ibu kota Caracas selama dua hari terakhir, yang menyebabkan belasan orang tewas. Mereka menentang kepemimpinan otoriter Maduro yang membuat perekonomian Venezuela lumpuh selama bertahun-tahun.
Tensi politik semakin panas setelah Juan Guaido, tokoh muda dari kubu oposisi di parlemen, mendeklarasikan dirinya sebagai presiden interim, Kamis WIB. Langkah itu diambilnya sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri kepemimpinan Maduro yang menyebabkan jutaan orang melarikan diri ke luar Venezuela akibat inflasi yang meroket dan langkanya bahan makanan.
”Saya bersumpah untuk menggunakan kekuatan eksekutif sebagai pejabat presiden Venezuela untuk mengakhiri perebutan kekuasaan dan menerapkan pemerintahan transisi dan menyelenggarakan pemilu bebas. Saya tahu langkah ini akan berkonsekuensi,” teriak Guaido di tengah kerumunan yang mengelu-elukannya. Ia kemudian pergi ke sebuah lokasi yang dirahasiakan untuk menghindari pengejaran pihak keamanan.
Deklarasi Guaido itu langsung disambut dukungan dari negara-negara Barat dan negara-negara Amerika Latin, seperti Kolombia, Kanada, Argentina, dan Brasil.
Presiden AS Donald Trump menegaskan akan menggunakan ”kekuatan penuh” di bidang ekonomi dan diplomasi untuk mengukuhkan demokrasi di Venezuela. ”Rakyat Venezuela secara gagah berani telah menyatakan pendapat menentang rezim Maduro dan menuntut penegakan hukum,” kata Trump.
Maduro langsung merespons dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan AS yang selama ini menjadi pengimpor minyak terbesar dari Venezuela. Maduro memerintahkan semua diplomat AS keluar dari negara itu dalam waktu 3 kali 24 jam. ”Keluar dari Venezuela! Tinggalkan Venezuela, kami memiliki martabat, brengsek!” kata Maduro yang disambut teriakan ribuan pendukungnya di dekat istana kepresidenan.
Pernyataan Trump itu langsung ditanggapi dengan keras oleh Moskwa yang selama ini mendukung kepemimpinan Maduro dan membanjiri Caracas dengan persenjataan dan pinjaman. Desember lalu, Maduro mengunjungi Rusia untuk meminta dukungan finansial dan politik. Jubir Deplu Rusia Maria Zakharova mengkritik sikap komunitas internasional yang mendukung Guaido.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menyatakan dukungan kepada Maduro. ”Saudaraku Maduro, kami mendukungmu,” kata jubir Erdogan di Twitter. Kuba dan Meksiko juga menyatakan tetap mendukung kepemimpinan Maduro.
Guaido mengeluarkan surat terbuka, meminta para perwakilan asing tetap memelihara kehadiran diplomatik di Caracas.
Sejauh ini, pimpinan tertinggi militer belum mengeluarkan pernyataan. Namun, sejumlah pengamat memperkirakan kesetiaan para jenderal kepada Maduro tak berubah.
Menlu AS Mike Pompeo menyerukan agar militer Venezuela melindungi kesejahteraan dan keamanan seluruh rakyat Venezuela. Ia juga menekankan akan melakukan tindakan sepadan terhadap siapa pun yang mengancam keamanan warga AS.