Sebuah studi baru menunjukkan, karang hidup sehat apabila berdampingan dengan spesies karang lain. Kehilangan satu spesies karang dapat berdampak pada jenis spesies yang lain. Ini menunjukkan keanekaragaman jenis karang dalam perairan merupakan faktor penting untuk menjaga kesehatan ekosistem terumbu karang.
Di perairan lepas pantai Pasifik Fiji, dua peneliti laut dari Georgia Institute of Technology, Amerika Serikat, mengumpulkan kelompok karang semua spesies yang sama pada 36 meja atau plot. Kemudian, 16 bulan kemudian, para peneliti memeriksa kondisi karang tersebut.
Ketika Cody Clements, satu dari dua peneliti, pertama kali turun dan memeriksanya, matanya langsung melihat sesuatu yang baru. ”Plot-plot dengan satu spesies ’tersapu habis’, dan mereka ditumbuhi alga,” kata Clements, dalam Sciencedaily, 23 Januari 2019.
Tubuh karang berwarna coklat menunjukkan jaringan sel telah mati. Pada bagian skeleton lainnya telah memutih atau dalam proses kematian.
Sebagai pembanding, Clements, peneliti pascadoktoral dan penulis laporan, juga mengumpulkan 12 kelompok karang dengan campuran tiga spesies, yaitu kelompok keanekaragaman hayati. Pada waktu pengamatan yang sama, karang dengan polikultur memiliki pertumbuhan yang sehat.
Penelitian menunjukkan, keanekaragaman hayati berkontribusi bagi kelangsungan hidup karang. Selain itu, kehilangan keanekaragaman hayati dapat membahayakan kelangsungan spesies karang.
Keanekaragaman hayati berkontribusi bagi kelangsungan hidup karang. Kehilangan keanekaragaman hayati dapat membahayakan kelangsungan spesies karang.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution 2019 dengan judul ”Biodiversity Enhances Coral Growth, Tissue Survivorship and Suppression of Macroalgae”. Penulisnya Cody S Clements dan Mark E Hay.
”Ini adalah eksperimen awal untuk melihat apakah kami akan mendapatkan hasil awal, dan kami berhasil,” kata peneliti utama Mary Hay, profesor di Sekolah Ilmu Biologi Georgia Institute of Technology.
Ia mengatakan, selama bertahun-tahun terjadi kematian terumbu sehingga mengurangi variasi spesies karang dan membuat terumbu karang lebih homogen. Namun, lanjutnya, ilmu pengetahuan masih tidak cukup memahami tentang bagaimana keanekaragaman hayati karang membantu terumbu karang bertahan hidup.
Dalam penelitian ini, Clements menempatkan 48 meja yang ditanam karang. Setiap meja atau plot diisi dengan 18 karang. Sejumlah 12 meja diisi spesies A, 12 meja diisi spesies B, dan 12 meja diisi spesies C, serta sejumlah 12 meja diisi spesies A, B, dan C.
Semua meja berisi spesies gabungan A, B, dan C tampak tumbuh bagus. Hanya monokultur spesies Acropora millepora yang memiliki pertumbuhan baik pada 16 bulan. Namun, spesies ini rentan terhadap penyakit, pemutihan, predator, dan gelombang. Dalam jangka waktu lama, spesies ini diperkirakan akan membutuhkan pertolongan spesies lain untuk mengatasi kerentanannya tersebut.
Informasi dalam studi ini dapat membantu para ahli ekologi menata kembali terumbu yang hancur dengan karang. Upaya-upaya rehabilitasi terumbu karang di masa lalu sering menggunakan spesies tunggal sehingga tak heran karang tersebut sulit bertahan. Hasil riset ini menunjukkan upaya rehabilitasi berupa ”penanaman” kembali karang-karang tersebut akan lebih berhasil dengan jenis karang bervariasi.
Upaya rehabilitasi berupa ”penanaman” kembali karang akan lebih berhasil dengan jenis karang bervariasi.
Tutupan berkurang drastis
Penelitian ini dilandasi pengamatan Hay akan tutupan karang yang berkurang drastis selama empat dekade. ”Sangat mengejutkan betapa cepatnya karang Karibia jatuh. Pada 1970-an dan awal 1980-an, karang terdiri dari sekitar 60 persen tutupan karang hidup,” kata Hay.
Tutupan karang menurun secara dramatis sepanjang 1990-an dan kini sekitar 10 persen di seluruh Karibia. Ia masih ingat pada masa lalu menemukan terumbu karang beragam jenis serta tumbuh kompleks seperti blok-blok perkotaan. Namun kini, katanya, sebagian besar terumbu Karibia lebih terlihat seperti tempat parkir dengan beberapa karang jarang tersebar di sekitarnya.
Clements pun menyebutkan fakta menyedihkan kondisi terumbu karang di Pasifik. Sekitar setengah dari tutupan karang hidup menghilang di sana antara awal 1980-an dan awal 2000-an dengan penurunan yang semakin cepat.
”Dari 1992 hingga 2010, Great Barrier Reef, yang bisa dibilang merupakan sistem terumbu yang dikelola terbaik di Bumi, kehilangan 84 persen,” kata Clements.
Ia menggarisbawahi ini semua tak termasuk peristiwa pemutihan terbaru di Great Barrier Reef yang membunuh sebagian besar karang setempat dalam dua tahun terakhir.