Alun-alun Kejaksan Ditata Jadi Destinasi Wisata Baru
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat bakal menata Alun-alun Kejaksan, Kota Cirebon, dengan dana Rp 30 miliar. Alun-alun yang kini hanya berupa tanah lapang itu ditargetkan bakal berubah wajah menjadi destinasi wisata religi dan sejarah.
Hal ini terungkap dalam pemaparan desain awal penataan Alun-alun Kejaksan, Kamis (24/1/2019), di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah Kota Cirebon. Turut hadir dalam kesempatan itu Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis, Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati, serta budayawan dan tokoh masyarakat Cirebon.
Berdasarkan desain, menurut rencana, alun-alun seluas 12.570 meter persegi itu akan dilengkapi taman bermain, lapangan olahraga, jalur untuk joging, dan air mancur. Selain itu, ada lapangan upacara, parkir bawah tanah, serta lapak pedagang kaki lima.
Pemprov Jabar juga akan menanam pohon di alun-alun sebagai ruang terbuka hijau dengan luas 3.748 meter persegi. Jumlah ruang terbuka hijau itu hampir 30 persen dari luas total alun-alun.
Tidak hanya itu, gapura khas keraton dengan batu bata merah yang tertata bakal menjadi pintu selamat datang bagi pengunjung. Tingginya mencapai 12 meter. Selain terintegrasi dengan Masjid At-Taqwa, alun-alun tanpa pagar itu menurut rencana juga akan terhubung Tugu Proklamasi. Tugu yang dibangun pada 17 Agustus 1946 itu saat ini dipisahkan jalan raya dengan alun-alun.
”Penataan ini akan menjadikan Alun-alun Kejaksan sebagai destinasi wisata religi dan sejarah karena ada masjid dan Tugu Proklamasi di sana. Ini sesuai dengan target kami menggaet wisatawan,” ujar Azis.
Selama ini, alun-alun yang berada di Jalan Siliwangi, pusat Kota Cirebon, tersebut hanya berupa tanah lapang. Rumput tumbuh tak beraturan. Kawasan itu hanya dijadikan tempat parkir atau upacara saat hari-hari besar. Ketika malam, tempat tersebut minim penerangan. Namun, alun-alun itu kerap menjadi pusat kegiatan masyarakat, seperti tablig akbar.
”Penataan ini merupakan berkah. Kami menyerahkan desainnya kepada konsultan. Jika tidak mengganggu hal yang substantif, seperti sejarah di Cirebon, silakan,” ucap Azis.
Dia berjanji akan mendukung penataan tersebut. Dinas Perhubungan, lanjutnya, diminta segera membuat analisis mengenai dampak lingkungan di kawasan itu.
Daliana Suryawinata dari SHAU, konsultan yang menangani penataan tersebut, mengatakan, Alun-alun Kejaksan akan menjadi solusi dari sejumlah permasalahan kota. Tempat parkir bawah tanah yang disiapkan, misalnya, mampu menampung 88 mobil. Dengan begitu, pengendara tak lagi perlu parkir di bahu jalan.
Di bagian bawah alun-alun juga dilengkapi tangki penampung air yang bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman di alun-alun. Masyarakat juga tetap dapat melakukan shalat Idul Adha dan Idul Fitri di alun-alun karena lapangannya didesain menghadap kiblat.
”Kami masih perlu mendengar masukan dari masyarakat Kota Cirebon. Jadi, ini baru awal desain,” ujarnya.
Desain akhir penataan Alun-alun Kejaksan ditargetkan rampung Februari. Adapun lelang bakal dilakukan Mei-Juni. Sementara konstruksi penataan alun-alun ditargetkan selesai November tahun ini.
Pengamat sejarah sekaligus pegiat pariwisata Cirebon, Mustaqim Asteja, mengapresiasi langkah Pemprov Jabar dan Pemkot Cirebon menata Alun-alun Kejaksan untuk menjadi destinasi wisata. ”Penataan ini bisa menambah destinasi wisata di Cirebon. Alun-alun ini sangat bersejarah karena dibangun tahun 1903,” ujarnya.