Sulasikin Murpratomo Inspirasi Perjuangan Perempuan
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Negara Urusan Peranan Wanita periode 1988-1993 Anindyati Sulasikin Murpratomo meninggal di usia yang ke-91 tahun, Rabu (23/1/2019). Jenazah almarhum dimakamkan dengan tata cara penghormatan militer. Selama hidupnya, Sulasikin menjadi inspirasi memperjuangkan hak perempuan dan perlindungan anak.
Sebelumnya, dilaksanakan upacara penyerahan jenazah dari keluarga kepada Garnisun Tetap I/Jakarta di rumah duka, Jalan Pinguin II, Bintaro Sektor 3, Tangerang Selatan, Banten. Pukul 13.00 WIB, keluarga besar almarhumah mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan.
Almarhum Sulasikin meninggal karena stroke yang dideritanya selama dua tahun terakhir. Ibnu Pratomo, anak keempat almarhum, mengatakan, penyakit ibundanya kambuh 10 hari lalu. Sulasikin pun segera dibawa ke Rumah Sakit Metropolitan Medical Center (RS MMC) untuk mendapat perawatan.
”Waktu itu, ibu muntah-muntah. Sepertinya terjadi perdarahan juga di kepala sehingga sempat kejang-kejang. Setelah dirawat, seluruh organ ibu berfungsi lagi dengan baik. Tapi, setelah lima hari, tekanan darah ibu tidak stabil hingga drop sekitar pukul 03.00 WIB tadi (Rabu). Rupanya Allah berkehendak yang terbaik buat ibu,” kata Ibnu dalam sambutan mewakili keluarga.
Upacara kebesaran kepada jenazah sebelum penguburan dipimpin Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise. Penghormatan itu diberikan karena peran Sulasikin sebagai anggota DPR/MPR (1982-1987), Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (UPW), serta anggota Dewan Pertimbangan Agung (1998-2003). Ia juga aktif sebagai Ketua Umum DPP Kongres Wanita Indonesia (Kowani) selama dua periode (1978-1983, 1983-1988).
”Kita semua telah kehilangan seorang putri bangsa yang selalu memegang teguh prinsip perjuangan, setia kepada negara, dan bekerja keras dalam mengemban setip tugas negara. Semua yang dilakukan almarhumah dapat dijadikan teladan bagi kita semua dalam melanjutkan tugas pengabdian bagi bangsa dan negara,” kata Yohana.
Kesederhanaan
Sosok Sulasikin dikenal sangat sederhana yang bekerja keras tanpa pamrih. Ibnu sempat heran saat ibunya mengakhiri jabatan menteri tanpa memiliki rumah. ”Rumah yang ditempati saat itu, di Jalan Ciasem, Kebayoran Baru (Jakarta Selatan), itu rumah dinas yang sebenarnya bisa dibeli. Tapi, ibu enggak mampu beli, sampai akhirnya teman-temannya yang bantu beli,” kenang Ibnu.
Ibu mengakhiri jabatan menteri tanpa memiliki rumah. Rumah yang ditempati saat itu merupakan rumah dinas yang sebenarnya bisa dibeli.
Kendati demikian, sang ibu selalu mengajarkannya untuk bersyukur dalam setiap keadaan. Ibunya pun tak pernah menggunakan jabatannya untuk memberikan perlakuan istimewa bagi anak-anaknya. Saat Sulasikin menjadi menteri, Ibnu tengah mengembangkan warung kecilnya. Sang ibu hanya membantu dalam jumlah yang tidak fantastis.
Anak ketiga Sulasikin, Peni Susanti, mengatakan, sang ibu senantiasa menanamkan nilai-nilai kejujuran. Selain itu, kerja keras menjadi harga mati dalam menjalani kehidupan. Hal itu tecermin dalam semangat Sulasikin yang terus membantu Kowani.
”Ibu terus aktif membantu Kowani untuk melaksanakan Temu Nasional (Seribu Organisasi Perempuan Indonesia, September 2018) yang dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi. Padahal, dua tahun terakhir, Ibu sudah sakit-sakitan. Tapi semangatnya tidak pernah hilang,” kata Peni.
Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo mengemukakan, Sulasikin terus memikirkan dan merawat Kowani hingga masa tuanya. Sulasikin pernah datang ke kantor Kowani di atas kursi roda dan infus untuk menghadiri salah satu program pemberdayaan perempuan. Saat tidak hadir di Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia yang diadakan Kowani, ia juga merasa sangat sedih.
Sulasikin pernah datang ke kantor Kowani di atas kursi roda dan infus untuk menghadiri salah satu program pemberdayaan perempuan.
”Beliau selalu memberikan support sehingga menjadi panutan wanita Indonesia. Untuk menghormati jasa-jasa beliau, acara peringatan 40 hari almarhum akan diadakan di Kantor Kowani,” kata Giwo.
Sulasikin lebih dikenal sebagai Menteri Negara UPW. Namun, sepanjang hidup ia tak pernah berhenti berjuang memberdayakan wanita dan melindungi anak-anak. Catatan Kompas, 18 April 2007, menyebutkan, Sulasikin memulai karier sebagai guru TK, kemudian juga mengajar di SD dan SMA. Tahun 1956, impiannya menjadi sarjana tercapai setelah lulus dari Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Dalam bidang pemberdayaan perempuan, wanita kelahiran 18 April 1927 itu pernah menjabat Wakil Ketua Cabang Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Matraman (1953-1956). Sulasikin menjadi satu-satunya orang yang menjabat Ketua Umum DPP Kowani selama dua periode (1987-1988).
Sulasikin juga menjadi pendiri Pusat Studi Wanita (PSW) di berbagai universitas serta ASEAN Confederation of Women’s Organization (ACWO). Di kancah politik bersama Partai Golkar, ia pernah menjabat Ketua DPP Golkar (1983-1988) serta Wakil Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar (1998-2003).
Terkait perlindungan anak, Sulasikin sempat menjadi programme officer di Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) selama 1958-1983. Hingga hari tuanya, Sulasikin terus aktif sebagai pengurus Yayasan Amal Bakti Ibu (YABI) untuk mencegah kekerasan berbasis etnis, ras, suku, dan agama. Pendidikan bagi anak-anak menjadi kegiatan utama. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)