Pemanfaatan Nuklir Terkendala Kepercayaan Publik dan Pemerintah
Oleh
Khaerudin
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemanfaatan dan pengembangan teknologi nuklir di Indonesia masih belum maksimal. Publik dan pemerintah dinilai masih ragu pada penerapan teknologi ini. Padahal, nuklir bisa dimanfaatkan untuk banyak sektor, seperti kesehatan dan energi terbarukan.
Survei penerimaan masyarakat terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pada tahun 2017 mencapai 77,53 persen. PLTN diterima karena masyarakat menginginkan listrik murah dan tidak menginginkan pemadaman listrik. Selain itu, masyarakat juga berharap adanya lapangan pekerjaan baru dari PLTN.
Namun, persentase penerimaan PLTN di daerah yang akan jadi lokasi tapak PLTN hanya berkisar 50 persen (Kompas, 6/12/2018).
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) periode 2012-2018 Djarot S Wisnubroto mengatakan, nuklir belum sepenuhnya bisa diterima oleh masyarakat dan pemerintah. Oleh sebab itu, pengembangan dan penerapannya terhambat.
“Batan juga kesulitan untuk mendiskusikan tentang nuklir kepada petinggi pemerintahan. Pihak pemerintah daerah pun sebenarnya menyatakan dukungannya pada nuklir. Tapi itu disampaikan dalam bahasa yang berputar-putar. Tapi, sebagai lembaga pemerintahan, Batan akan mengikuti keputusan pemerintah terkait PLTN,” kata Djarot saat acara temu media di Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Di sisi lain, PLTN dinilai dapat mengatasi masalah krisis energi, misalnya energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Selain berupa energi terbarukan, nuklir juga merupakan energi yang bersih sehingga bisa mengurangi emisi karbon yang umumnya dihasilkan dari energi fosil.
Teknologi nuklir juga dapat digunakan untuk bidang kesehatan, salah satunya adalah membuat nyamuk Aedes aegypti menjadi mandul. Batan telah mengenalkan teknik ini sekitar lima tahun yang lalu.
Pada teknik ini, nyamuk jantan yang telah steril dilepas di suatu wilayah. Bila nyamuk itu kawin dengan nyamuk betina, maka populasi nyamuk yang membawa virus dengue dapat ditekan.
“Ini pernah diuji coba di Jawa Tengah dan Sumatera. Hasilnya, nyamuk baru pembawa virus dengue datang di kawasan itu setelah 60 hari. Sementara itu, nyamuk akan lebih cepat datang lagi dengan fogging,” kata Djarot.
Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir Hendig Winarno berharap agar teknologi nuklir bisa dikenal dan bermanfaat untuk masyarakat. Beragam upaya pun juga telah dilakukan agar nuklir semakin membumi di masyarakat, antara lain sarasehan antara Batan dan warga, serta sosialisasi tentang teknologi nuklir.
Kepala Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerja Sama Batan Eko Madi Parmanto mengatakan, ada tujuh lokasi pengenalan nuklir kepada masyarakat (nuclear corner). Beberapa lokasi itu antara lain ada di Semarang, Yogyakarta, Rembang, Jepara, dan Bangka Belitung. (SEKAR GANDHAWANGI)