Megawati Berharap Kaum Perempuan Rebut Posisi RI 1
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Presiden kelima Republik Indonesia yang sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyayangkan hingga kini belum ada presiden perempuan di Indonesia setelah dirinya. Megawati berharap ke depan semakin banyak perempuan yang mengikuti jejaknya untuk menjadi pemimpin di Indonesia.
“Kenapa, ya, perempuan Indonesia tidak mau menjadi seperti saya? Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri. Namun, hingga saat ini saya the only one presiden Indonesia yang perempuan,” kata Megawati dalam sambutannya di acara Hari Ulang Tahun dirinya yang ke-72, di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Rabu(23/1/2019).
Ucapan tersebut disambut tepuk tangan dan teriakan para tamu undangan yang hadir. Spontan Megawati pun menanggapi tepuk tangan itu dengan berkata,
“Saya tidak senang ditepuktangani begini. Seharusnya justru banyak kaum perempuan yang meniru. Mengapa, ya, terjadi hal seperti itu?” ujar Megawati.
Megawati rupanya masih terheran-heran mengapa tak ada perempuan yang mengikuti jejaknya untuk menjadi presiden. Ia pun berharap agar ke depan semakin banyak kaum perempuan yang terjun ke dunia politik untuk menjadi presiden RI.
Tampak hadir dalam acara itu Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Adapun turut hadir sejumlah menteri Kabinet Gotong Royong di era Megawati menjabat sebagai Presiden kelima RI antara lain, Agum Gumelar (Menteri Perhubungan) dan Boediono (Menteri Keuangan).
Megawati juga berpesan, Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang dapat memahami dan mewujudkan keinginan rakyatnya, khususnya kaum muda. Oleh sebab itu, setiap perubahan yang terjadi harus dikawal agar tidak mengarah negatif yaitu, rasa kebencian dan berita bohong (hoaks).
“Mengapa kita harus menimbulkan rasa kebencian dan kebohongan? Kita ini bangsa ramah yang diakui oleh dunia. Kalau sekarang viral isinya hoaks dan ujaran kebencian, apa maknanya? Tolong, bagi mereka yang sering melakukan hal seperti itu, bersikaplah dewasa, matang, dan bertanggungjawab sebagai bangsa Indonesia,” tegas Megawati.
Keterlibatan milenial
Perayaan HUT Megawati mengambil tema “Bangun Pemudi Pemuda”. Tema itu dipilih karena Megawati ingin mengapresiasi kaum muda agar bebas dalam berekspresi. Setidaknya lebih dari 200 milenial yang tergabung dalam Swara Gembira menampilkan tari, gerak, dan lagu karya anak bangsa.
Pagelaran nusantara itu terbagi atas sebelas sesi dengan tema yang dekat dengan kehidupan para milenial. Misalnya pada sesi adegan ‘keranjingan disko’, adegan dibuka dengan suasana klub malam imajiner aspirasi dari Swara Gembira.
Disko merupakan sebuah fenomena hiburan bagi anak muda yang tak bisa dihindari, tetapi direvolusi untuk melebur dengan seni budaya Indonesia yang kental. Dominasi seni budaya Papua dipilih untuk menggambarkan keragaman seni budaya timur Indonesia.
Adapun, Tari Merah Putih turut ditampilkan dengan iringan lagu Manuk Dadali. Tarian itu merujuk pada kebudayaan Sunda yang disajikan secara modern dengan busana merah putih. Warna pakaian itu melambangkan bendera negara, sedangkan lagu oengiring bermakna lambang negara yaitu Burung Garuda.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebutkan, tema milenial dipilih untuk memberikan ruang berkreasi bagi anak muda dalam dunianya. Hasto mengiyakan bahwa tema milenial itu untuk medekatkan partai dengan kaum muda dan menjadi salah satu strategi dalam meraup suara pada Pemilu 2019 ke depan.
Berdasarkan survei Litbang Kompas pada 24 September-5 Oktober 2018 tentang preferensi politik setiap generasi per wilayah di Indonesia, peta kekuatan kalangan milenial dimenangi oleh paslon nomor urut 01, Jokowi-Ma’ruf.
Hasto meyakini dapat mendulang suara dari kaum milenial. “Ketika ada ruang ekspresi, tentu saja orang muda merasa dihargai. Itulah tugas kami memberikan ruang bagi mereka berkreasi dengan dunianya yaitu menampilkan jati diri Indonesia,” ucapnya.