KAIRO, KOMPAS -- Langit kota Damaskus, Suriah, dan sekitarnya sejak Minggu malam hingga Senin (21/1/2019) dini hari menyala terang benderang akibat pantulan api ledakan dahsyat duel udara antara ratusan rudal balistik dari jet-jet tempur Israel dan sistem anti serangan udara Suriah. Ini serangan udara terbesar Israel ke berbagai sasaran militer Iran di sekitar Damaskus sejak Suriah menerima sistem anti serangan udara canggih S-300 buatan Rusia, Oktober lalu.
Damaskus tidak menyebutkan kerusakan atau korban akibat serangan Israel tersebut. Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), yang memantau konflik Suriah lewat jaringan aktivis, mengatakan, ada 11 orang tewas. Rusia, mitra dekat Suriah, melaporkan, empat tentara Suriah tewas, dan enam orang luka-luka dalam serangan tersebut.
Iran menyebut serangan udara Israel itu merupakan bagian dari konflik militer terbuka dengan Iran di Suriah. Panglima Angkatan Udara Iran, Amir Ali Hajizadeh, seperti dikutip televisi Al Jazeera menyatakan, Iran siap berperang dengan Israel yang akan berakhir dengan punahnya negara Israel. Ia menegaskan, Iran kini sudah siap menghadapi kemungkinan terburuk dengan Israel.
Ancaman pecahnya perang terbuka dan konfrontasi langsung antara dua musuh bebuyutan, Iran dan Israel, telah lama membayang-bayangi konflik di Suriah. Militer Iran telah hadir di negeri itu sejak awal pecah konflik, yang berlangsung hampir delapan tahun, untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad. Kehadiran Iran plus milisi Hezbollah dari Lebanon di Suriah dianggap sebagai ancaman terbesar bagi Israel.
Seiring makin dekatnya pemilu sela di Israel, pemerintahan PM Benjamin Netanyagu mulai membahas untuk melancarkan serangan lebih terbuka ke Suriah. Selain itu, serangan Israel yang kian agresif ke Suriah terjadi sebulan setelah Presiden AS Donald Trump secara mendadak berencana menarik 2.000 tentara AS dari Suriah.
Serangan masif
Dalam serangan ke Suriah, jet-jet tempur Israel mengambil posisi di atas teritorial udara wilayah Galilee, Israel utara, dan Lebanon, untuk menghindar sistem anti serangan udara canggih S-300 milik Damaskus. Hingga Senin siang kemarin, jet-jet tempur Israel masih terbang secara masif di atas Galilee dan Dataran Tinggi Golan.
Ancaman pecahnya perang terbuka dan konfrontasi langsung antara dua musuh bebuyutan, Iran dan Israel, telah lama membayang-bayangi konflik di Suriah.
Israel mengumumkan menutup area Gunung Hermon— atau Gunung al-Sheikh menurut versi Suriah—di Dataran Tinggi Golan dari kunjungan wisatawan dan kegiatan ski salju. Penutupan tersebut menyusul situasi tegang pasca serangan udara masif pesawat tempur Israel atas wilayah Suriah itu. Israel juga menghimbau penduduk Dataran Tinggi Golan agar waspada.
Suriah segera menembakkan rudal anti serangan udara secara masif pula dalam upaya mencegat rudal-rudal Israel yang ditembakkan dari pesawat tempur tersebut. Otoritas Suriah Minggu malam lalu meminta pesawat komersial Iran, Mahan Air, yang akan mendarat di Bandar Udara Internasional Damaskus, membatalkan pendaratan dan kembali lagi ke Iran menyusul eskalasi militer di sekitar bandar udara tersebut.
Otoritas Suriah, Senin kemarin, juga meminta semua pesawat komersial Iran menunda sementara penerbangan ke Damaskus sehingga situasi keamanan kembali kondusif.
Pusat Kontrol Militer Rusia yang berbasis di pangkalan udara militer Khmeimim dekat kota Latikia mengakui, sedikitnya empat pasukan Suriah tewas dan enam lainnya luka-luka akibat serangan udara Israel itu. Pusat kontrol itu juga mengakui, serangan udara Israel telah menghancurkan sebagian infrastruktur Bandar Udara Internasional Damaskus.
Disebutkan juga, sistem anti serangan udara Suriah berhasil mencegat dan menghancurkan lebih dari 30 rudal Cruise dan bom pintar yang ditembakkan dari pesawat tempur Israel.
Duel udara rudal balistik Israel dan rudal anti serangan udara Suriah di atas langit kota Damaskus itu terjadi hanya sehari setelah empat pesawat tempur F-16 milik Israel pada hari Minggu lalu melancarkan serangan atas sasaran pangkalan udara militer yang terletak di tenggara kota Damaskus.
Iran akan tetap mempertahankan para penasehat militernya di Suriah.
Pasca serangan udara Israel pada hari Minggu lalu itu, pihak Israel mengklaim sistem anti serangan udara Israel, Iron Dome, berhasil mencegat serangan rudal balistik dari wilayah Suriah ke arah Dataran Tinggi Golan.
Israel menuduh, serangan rudal dari wilayah Suriah tersebut dilakukan oleh Iran. Diduga kuat, serangan rudal dari wilayah Suriah ke arah Dataran Tinggi Golan sebagai balasan atas serangan pesawat tempur Israel atas pangkalan udara militer di tenggara Damaskus pada hari Minggu lalu.
Israel kemudian sejak Minggu malam hingga Senin dini kembali melancarkan serangan udara ke wilayah Suriah, sebagai balasan atas serangan rudal dari wilayah Suriah ke Dataran Tinggi Golan itu.
Bertahan di Suriah
Panglima Garda Revolusi Iran, Mohammad Ali Jafari seperti dikutip kantor berita Iran, Mehr, mengatakan, ancaman Israel selama ini hanya sebuah kekonyolan, karena Iran akan tetap mempertahankan para penasehat militernya di Suriah.
Adapun Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee dalam akun Twitter-nya hari Senin kemarin seperti dikutip harian Israel The Jerusalem Post menegaskan, militer Israel menggempur sasaran satuan elite Iran, satuan Al-Quds, di wilayah Suriah. Satuan Al-Quds merupakan sayap elit dari Garda Revolusi Iran yang bertugas menjalankan misi Iran di luar negeri.
Adraee dalam akun twitternya menyebarkan gambar-gambar fasilitar militer Iran yang menjadi sasaran serangan udara Israel sejak hari Minggu lalu hingga Senin dini hari. Fasilitas militer Iran tersebut berupa tempat latihan militer, pusat intelijen, dan gudang senjata milik satuan elit Al-Quds.
Menteri Urusan Intelijen Israel, Israel Katz kepada radio Israel mengatakan, serangan rudal dari wilayah Suriah ke arah Dataran Tinggi Golan telah memaksa Israel mengubah lagi aturan main di Suriah dengan menyerang kembali secara masif ke arah sasaran Iran di negara itu.
Seperti diketahui, Israel menurunkan tingkat serangan udara ke wilayah Suriah secara drastis sejak Damaskus menerima sistem anti serangan udara canggih S-300 dari Rusia pada Oktober lalu. Namun, Israel kini mengubah aturan main dengan kembali melancarkan serangan udara secara masif ke wilayah Suriah, setelah terjadi serangan rudal dari wilayah Suriah ke arah Dataran Tinggi Golan.