ISTANBUL/WASHINGTON, SENIN - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan siap untuk mengambil alih keamanan di Manbij, Suriah, yang merupakan bagian dari zona aman yang disepakati oleh Amerika Serikat dan Turki pada 15 Januari 2019. Sehari setelah itu, ledakan bom bunuh diri di Manbij telah menewaskan empat warga AS. Negara Islam di Irak dan Suriah atau NIIS mengklaim melakukan serangan itu.
Melalui telpon, Erdogan menyampaikan kepada Presiden AS Donald Trump bahwa serangan itu merupakan aksi provokasi yang berniat mempengaruhi keputusan Trump, yang menjelang Natal 2018, memutuskan untuk menarik ribuan pasukan AS dari Suriah.
Menanggapi serangan itu, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, pada 16 Januari 2019, "Kita mulai menarik pasukan kami dari Suriah. Namun, kita tidak akan pernah membiarkan sisa-sisa (pasukan) dari NIIS untuk membangun kembali kekhalifahan mereka," ujarnya.
Juru bicara dari Gedung Putih belum menyampaikan kepatistannya mengenai kesiapan Erdogan untuk mengambil alih keamanan di Manbij. Namun, AS dan Turki tetap setuju untuk melanjutkan negosiasi mengenai keadaan di Suriah Timur Utara yang memenuhi keamanan kedua negara. Ada pula diskusi tentang ketertarikan mereka untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara kedua negara.
"Presiden Trump menekankan pentingnya mengalahkan teroris yang masih ada di Suriah," ujar Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Sanders. Sebelumnya, Trump pernah memperingatkan Turki untuk tidak menyerang grup Kurdi di Suriah.
Zona aman di Suriah Utara yang awalnya ditetapkan sepanjang 468 kilometer kemungkinan dapat diperpanjang. Erdogan mengatakan, dirinya dan Trump telah setuju untuk mempercepat diskusi antara pihak terkait mengenai penetapan akhir zona itu.
Penetapan zona aman itu berniat mencegah Turki meluncurkan serangan ke milisi Kurdi dari Unit Pelindung Rakyat (YPG), yang hingga beberapa saat lalu bercokol di Manbij. YPG mendapat dukungan dari AS berupa senjata dan logistik, namun Turki menyatakan grup itu sebagai grup teroris. Selama ini, Turki tidak bisa menyerang YPG karena YPG dilindungi AS. (Kompas, 17/1/2019)
Kota Manbij yang menjadi bagian dari zona aman itu memiliki nilai strategis yang sangat besar bagi semua pihak. Kota Manbij dikenal sebagai kota pelintasan antara perbatasan Turki dan Provinsi Raqqa yang terletak Suriah Utara, serta antara tepi barat Sungai Eufrat dan tepi timur Sungai Eufrat. (Kompas, 25/3/2018)
Sebelumnya Manbij dijadikan sebagai pusat jalur logistik antara perbatasan Turki dan Provinsi Raqqa. Pada Agustus 2016, koalisi AS dan milisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) mengambil alih kota itu. Hingga 2018, YPG yang tergabung dalam SDF juga menggunakan Manbij sebagai jalur logistik.