JAKARTA, KOMPAS — Seorang bocah berusia dua tahun tercebur ketika sedang tidur bersama ibu dan saudara-saudaranya di gubuk pinggir Sungai Ciliwung, Jalan Tenaga Listrik, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2019) pagi. Korban ditemukan tidak bernyawa sehari kemudian.
Ibu korban, Sumiati (32), menjelaskan, dirinya baru menyadari putra keduanya itu hilang sekitar pukul 10.00. Setelah dicari-cari dan ditanyakan kepada warga sekitar, bocah yang akrab disapa Kiki itu diduga tercebur ke sungai. Dugaan tersebut semakin kuat ketika kakak laki-laki korban yang berusia 6,5 tahun mengakui melihat adiknya tercebur.
Ketika kejadian, Sumiati bersama ketiga anaknya sedang tidur di gubuk terpal yang posisinya tepat di bibir Sungai Ciliwung, sekitar 100 meter dari Jalan Layang KH Mas Mansyur, Karet Tengsin, Tanah Abang. Terpal itu didirikan seadanya dan ditahan dengan batu. Sementara, suaminya tengah menyortir botol bekas hasil memulung sekitar belasan meter dari gubuk.
”Pas saya terbangun pukul 08.00, Kiki-nya masih ada. Terus saya ketiduran lagi setelah kasih dia susu. Pukul 10.00, saya terbangun lagi, Kiki sudah tidak ada,” kata Sumiati, Selasa pagi.
Menurut Sumiati, mereka telah menempati gubuk itu sejak setahun terakhir. Sejak tinggal di sana, anak keduanya itu pernah hampir tercebur sebanyak dua kali. Namun, Sumiati segera mengetahui dan bisa menyelamatkan anaknya. ”Kali ini saya kecolongan,” ujarnya.
Tim SAR gabungan pun akhirnya menemukan korban sehari kemudian. Koordinator Tim SAR gabungan dari kantor SAR Jakarta, Rizky Dwianto, mengatakan, tim SAR menemukan korban sekitar pukul 10.00. ”Jenazah korban kami temukan mengambang di tengah sungai,” kata Rizky di lokasi penemuan, Selasa (22/1/2019).
Rizky menjelaskan, dalam operasi pencarian, pihaknya menurunkan 22 personel gabungan. Pencarian pada Senin sekitar pukul 23.00 sempat dihentikan karena cuaca buruk. Selasa sekitar pukul 06.00, tim kembali mencari korban dan menemukannya dalam keadaan tidak bernyawa.
Pihak keluarga dibantu warga setempat langsung membersihkan jenazah Kiki. Menurut Sumiati, jenazah akan dimakamkan di Sumedang, di kampung halaman suaminya.
Rawan
Menurut warga sekitar, lokasi kejadian memang rawan. Bagol (50), warga Pejompongan yang hampir setiap hari nongkrong di sekitar lokasi, mengatakan, beberapa tahun terakhir kerap terjadi kasus orang tercebur atau hanyut di kali itu. Namun, dia tidak tahu pasti jumlah kejadiannya. ”Ada yang selamat, ada pula yang meninggal,” katanya.
Kata Bagol, sungai itu rawan karena airnya deras, keruh, banyak sampah, dan dalam, lebih dari 1 meter. Sementara itu, jalan inspeksi tidak berpagar di pinggirnya. Para pemulung banyak yang mendirikan gubuk dan lapak yang lokasinya persis di bantaran sungai.
Berdasarkan pantauan Kompas, belasan gerobak pemulung terparkir di bantaran sungai. Gubuk-gubuk terpal yang didirikan seadanya dan beberapa lapak pemulung berjejeran. Menurut Bagol, para pemulung itu sebelumnya mendirikan lapak di hilir sungai, sekitar 2 kilometer dari lokasi. Namun, karena ditertibkan, mereka pindah ke lokasi sekarang. (YOLA SASTRA)