Puluhan Juta Umat Hindu Hadiri Festival Kumbh Mela
Perkumpulan manusia terbesar di dunia berlangsung dalam festival agama Hindu bernama Kumbh Mela sejak Selasa (15/1/2019). Tahun ini, festival itu digelar di Prayagraj, India utara. Festival yang berlangsung selama sekitar 48 hari itu akan dihadiri puluhan juta peziarah, petapa, pengikut agama Hindu, dan para wisatawan.
Dibandingkan ziarah agama lain, jumlah pengunjung Kumbh Mela sangat besar. Pada 2018, ibadah haji, ziarah Islam tahunan di Mekkah, Arab Saudi, misalnya, diikuti sekitar 2 juta umat Islam.
The Guardian memberitakan, pada 2013, Kumbh Mela dihadiri 120 juta orang. Jumlah orang yang sangat besar itu hampir setara dengan jumlah total penduduk Jepang, yang saat ini hampir mencapai 130 juta orang. Jumlah penduduk India sekarang lebih dari 1,3 miliar orang berdasarkan www.worldometers.com.
Selama Kumbh Mela, umat Hindu berkumpul di pertemuan tiga sungai yang dianggap suci untuk mandi. Ketiga sungai itu adalah Sungai Gangga, Sungai Yamuna, dan Sungai Saraswati. Mandi di sungai itu dipercaya dapat menghilangkan pengaruh negatif dan menyegarkan pikiran serta jiwa.
Menurut kisah yang ditulis filsuf Shankara pada abad kedelapan, asal-usul Kumbh Mela berasal dari kisah pertarungan antara Dewa Wisnu dan iblis yang memperebutkan sebuah cairan keabadian. Ketika Dewa Wisnu berhasil merebut cairan itu, ada empat tetes cairan yang jatuh di empat kota, yaitu Prayagraj (di mana Kumbh Mela digelar tahun ini), Haridwar, Ujjain, dan Nashik. Kumbh Mela yang digelar setiap tiga tahun berlangsung di keempat kota itu secara bergiliran.
”Mereka yang mandi di perairan Gangga tidak akan terlahir kembali, bahkan dalam ribuan tahun,” tulis suatu kitab suci Hindu, Purana, seperti dikutip The Guardians.
Umat Hindu percaya setiap jiwa melewati bentuk kehidupan yang berbeda. Baik atau buruknya bentuk itu bergantung pada karma kehidupan sebelumnya. Capaian paling tinggi adalah memutus siklus itu dan bebas dari nafsu serta penderitaan yang dialami dalam kehidupan duniawi.
Bertemu orang suci Hindu
Salah satu daya tarik terbesar Kumbh Mela adalah adanya 200.000 petapa Hindu yang hadir. Mereka sering kali disebut orang suci Hindu. Mereka biasanya jauh dari pusat perkumpulan manusia dan tinggal di tempat yang cukup asing, seperti di goa, hutan, dan gunung. Di sana, mereka berdoa, memberikan berkat dan ceramah tentang kitab suci Hindu.
Kumbh Mela merupakan salah satu kesempatan yang mana masyarakat dapat bertemu dengan orang suci yang biasanya cukup tertutup dari publik. Festival itu menjadi kesempatan untuk belajar bagi umat Hindu, pencari kerohanian, ataupun bagi orang awam lainnya. Pengunjung dapat menghadiri ceramah spiritual atau diberikan berkat oleh beberapa orang suci yang paling dihormati di India.
”Kumbh Mela adalah pertemuan semua Naga Sadhu. Mereka bertemu satu dengan lain, berinteraksi, bermeditasi, dan berdoa. Mereka juga memberikan pesan kepada masyarakat,” ujar Anandnad Saraswati, seorang Naga Sadhu asal Mathura, India Utara.
Naga Sadhu adalah salah satu aliran agama Hindu. Praktisi aliran itu mengikuti praktik disiplin spiritual yang ketat. Mereka menjauhkan diri dari pusat peradaban dan datang mengunjungi hanya saat Kumbh Mela digelar.
”Kami harus hidup secara selibat selama enam tahun. Setelah itu, kami diberi gelar ’pria hebat’. Dua belas tahun setelah itu, baru kita menjadi Naga Sadhu,” ujar Digambar Kedar Giri, Naga Sadhu asal Jaipur, India utara.
Sebagian besar Naga Sadhu memulai praktik itu sejak remaja. Mereka meninggalkan keluarga dan teman mereka untuk benar-benar memasukkan diri mereka ke dalam kegiatan meditasi, yoga, dan ritual keagamaan lainnya.
Seorang pengunjung perempuan bernama Pallavi tampak takjub ketika melihat orang suci itu. ”Rasanya seperti mukjizat. Selama ini, kita hanya membaca tentang mereka. Mereka hampir seperti tokoh fiksi. Lalu, kita benar-benar bertemu dengan mereka,” ujar Pallavi.
Selama festival Kumbh Mela yang digelar hampir delapan minggu, para Naga Sadhu biasanya tinggal di sebuah biara yang disebut Akhara dan tidak jauh dari tepi Sungai Gangga. Selama festival itu, mereka tetap bermeditasi sambil menerima aliran pengunjung yang memberikan penghormatannya.
Persiapan infrastruktur
Kebutuhan logistik yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan festival itu cukup besar. Beberapa bulan sebelum festival itu dimulai, Pemerintah India telah menambah sarana infrastruktur, seperti membangun bandara baru, menambah layanan kereta api, dan bus.
Area pemandian di sungai pun ditambah. Tenda sederhana juga disediakan untuk peziarah yang kurang mampu secara finansial. Ada pula agen swasta yang menyediakan tenda premium dengan fasilitas yang lebih memadai.
Kurang dikenal di Indonesia
Di Indonesia, festival Hindu yang diakui UNESCO itu tampaknya belum cukup dikenal masyarakat. Angga (27), umat Hindu asal Bali, misalnya, tidak pernah mendengar festival itu. Namun, ada tradisi ritual Hindu di Bali yang cukup sama, bernama Banyu Pinaruh, yaitu umat Hindu mandi di sebuah sumber mata air untuk melepaskan diri mereka dari pengaruh negatif.
Ritual itu digelar sehari setelah Saraswati, yang juga dikenal sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan. Ritual itu digelar dua kali setahun berdasarkan kalender Bali. ”Agar pengetahuan itu digunakan untuk kebaikan, kami menyucikan diri (dari pengaruh buruk) ke sumber mata air,” kata Angga.
Untuk sementara, Angga belum tertarik mengunjungi India dan bergabung dalam festival Kumbh Mela. ”(Praktik) Hindu di Bali dan India berbeda sekali dari segi ritual. Namun, filsafat atau substansinya tetap sama,” ucapnya.
Salah satu praktik Hindu khas Bali, misalnya, adalah mempersembahkan canang sari di tempat beribadah ataupun di jalan depan rumah untuk memperoleh berkah dari Tuhan. (REUTERS)