Kembali ke alam. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk merasakan sepoi angin, berlindung di rindangnya pepohonan, atau mendengar gemericik air. Taman di sejumlah kota menawarkan penyejuk jiwa bagi warganya.
Oleh
Ratih P Sudarsono/Pingkan Elita Dundu/J Galuh Bimantara
·3 menit baca
Kembali ke alam. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk merasakan sepoi angin, berlindung di rindangnya pepohonan, atau mendengar gemericik air. Taman di sejumlah kota menawarkan penyejuk jiwa bagi warganya.
Dengan luas 80 hektar, Taman Monas tidak cukup dijelajahi hanya dalam sehari. Pelan-pelan saja, nikmati setiap jengkal Monas secara mendalam di hari-hari yang berbeda. Luangkan waktu juga untuk menyesap kesejukan di satu taman kecil dengan air terjun mini buatan, di Taman Monas sisi barat.
Pada 27 Maret 2018, Sandiaga Salahuddin Uno—ketika itu Wakil Gubernur DKI Jakarta—meresmikan satu tempat wisata hasil revitalisasi di dalam kompleks Taman Monas, Jakarta Pusat. Di papan nama taman, ia menuliskan, TBD by Sayembara Instagram SSU. To be Decided (akan diputuskan), demikian kepanjangannya.
Hingga saat ini, sayembara via Instagram tersebut belum kunjung menghasilkan nama. Papan nama dengan tulisan tangan Sandiaga juga masih terpampang sampai sekarang. Jadi, marilah untuk sementara waktu kita sebut taman itu Taman TBD.
Siang menjelang sore di hari Kamis (17/1/2019), 296 hari setelah peresmiannya, Taman TBD kedatangan dua sahabat yang sama-sama bernama belakang Lestari. Yang satu bernama depan Mei, lainnya Dewi. Saat melintas, mereka menyempatkan untuk mendekati salah satu kolam karena terpikat oleh suara gemericik air terjun mini di sana.
Ini adalah kunjungan pertama mereka ke Taman TBD. “Kami belum pernah tahu ada taman ini. Pas lewat aja lihat,” ucap Mei.
Dewi menambahkan, mereka hari itu sedang libur dan punya kesempatan jalan-jalan. Keduanya sama-sama bekerja menjaga toko baju di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Terakhir kali mereka ke Monas jelang pergantian tahun lalu, mereka belum sadar ada Taman TBD. Memang, lokasi taman itu agak tersembunyi di antara pohon-pohon tinggi di area barat.
Namun, mereka kerasan mengobrol di Taman TBD. “Tempatnya nyaman, sejuk,” ujar Mei.
Pohon-pohon mahoni tinggi nan rindang melindungi para pengunjung Taman TBD dari teriknya sinar matahari. Kesejukan juga disumbangkan oleh sepoi-sepoi angin yang lewat. Gemericik air dari air terjun mini di dua kolam menambahkan sensasi kedamaian.
Tata letak dan rancangan taman pun saling mendukung untuk menciptakan keselarasan dengan alam. Jembatan dibuat dari semen tetapi dibentuk menyerupai batang pohon. Potongan-potongan batang besar pohon juga ditempatkan di sana untuk menjadi tempat duduk pengunjung. Duduk, mendengar dan melihat sekeliling. Sungguh sebuah pengalaman batiniah yang memuaskan.
Area Taman TBD sebelumnya kurang memadai untuk rekreasi. Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Monas Mundjirin mengatakan, kolam sudah sejak lama ada di sana. Namun, sudah sejak lama pula kolam tidak terisi air.
Area itu kemudian ditata dan disempurnakan selama sebulan. Selain merevitalisasi kolam, tanaman-tanaman di sana juga ditata serta batang pohon untuk tempat duduk didatangkan.
Terkait nama taman, menurut Mundjirin, belum ada rencana dalam waktu dekat untuk memberi nama resmi. “Yang penting, taman bisa dinikmati dulu oleh masyarakat,” katanya.
Jika merasa hari masih panjang, tak perlu khawatir. Monas punya beragam jurus untuk membuat para pengunjungnya tetap bertahan. Salah satunya, memikat pengunjung dengan keberadaan 140-an rusa tutul (Axis axis) berikut segala tingkah laku mereka.
Mundjirin mengatakan, pengembangbiakan dan perawatan rusa di Monas cukup unggul. Secara berkala, dokter hewan datang untuk memeriksa kesehatan dan nutrisi rusa-rusa terjamin, antara lain dengan penyediaan wortel, jagung, ubi, pisang, dan tentunya rumput.
Jadi, cara mana yang cocok bagi Anda untuk menikmati Monas?