DOHA, JUMAT — Turki berhasil menggambil peran sebagai sekutu utama bagi Qatar di tengah keretakan politik di kawasan Teluk. Perdagangan antara Qatar dan Turki mencapai 2 miliar dollar AS sepanjang tahun 2018 atau melonjak sekitar 54 persen dari tahun sebelumnya.
Ankara hingga Jumat (18/1/2019) telah muncul sebagai salah satu mitra utama Doha sejak blok yang dipimpin Arab Saudi meluncurkan boikot perdagangan dan diplomatik negara Teluk yang kecil itu pada tahun 2017.
Turki mengirimkan pasukan tambahan dan makanan untuk menopang kebutuhan Qatar sejak awal pemboikotan tersebut.
Berbicara di sebuah pameran perdagangan Turki yang dimulai di Doha pada Rabu (16/1/2019), Wakil Menteri Keuangan Turki Osman Dinçbaş mengatakan bahwa Qatar adalah salah satu mitra perdagangan yang hubungannya tumbuh paling cepat bagi Turki pada tahun 2018.
Ia optimistis angka 2 miliar dollar AS diharapkan akan tumbuh. Qatar tahun lalu menjanjikan paket proyek ekonomi, investasi, dan deposito untuk Turki senilai 15 miliar dollar AS yang mencakup pertukaran mata uang hingga 3 miliar dollar AS untuk memperkuat mata uang lira yang anjlok.
Dinçbaş mengatakan, ”sebagian dari 15 miliar dollar AS” sejauh ini telah tiba, tetapi tidak diketahui dalam bentuk apa.
Sebagaimana diwartakan, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir pada 2017 menuduh Qatar mendukung terorisme. Boikot pun dilakukan terhadap Doha. Namun, Doha membantah tuduhan itu dan mengatakan boikot itu bertujuan untuk melanggar kedaulatannya.
Volume perdagangan Qatar-Turki pada 10 bulan pertama tahun 2018 merujuk data terbaru yang tersedia, mencapai 1,7 miliar dollar AS dari total perdagangan. Capaian itu lebih tinggi dari angka capaian senilai 1,3 miliar dollar AS yang diraih pada sepanjang tahun 2017.
Perdagangan itu meliputi barang-barang seperti makanan dan bahan bangunan dari Turki ke Qatar. Sebaliknya gas alam cair dan aluminium dari Qatar ke Turki.
Abu Issa Holdings, salah satu distributor dan pengecer terbesar barang-barang supermarket di Qatar, telah melihat merek-merek Turki menjamur sekitar 25 persen dari portofolionya dari sekitar 10 persen sebelum boikot. Hal itu diungkapkan sendiri oleh CEO Abu Issa Holdings Ashraf Abu Issa.
Pada pameran tersebut, Abu Issa memamerkan madu dan pasta Turki yang diperkenalkan setelah boikot berlangsung. Ia menyatakan pihaknya telah menjadi penjual terlaris di Qatar, menggantikan merek-merek asal Saudi dan Uni Emirat Arab yang dulu penuh sesak di Doha.
Lainnya, seperti Kingspan, importir panel terisolasi Turki untuk gudang dan penyimpanan dingin, mengatakan, volume hampir dua kali lipat dicapai pada tahun lalu.
Abu Issa mengatakan, dia akan tetap dengan merek Turki yang telah menjadi populer bahkan jika boikot itu dicabut. Biaya pengiriman yang lebih tinggi dinilainya tidak menjadi persoalan.
”Kami akan melanjutkan dengan Turki. Mereka bukan pengganti. Ini seharusnya terjadi sejak lama—kami menemukan beberapa produk luar biasa dan kualitasnya lebih unggul dari yang kami dapatkan dari sana,” katanya. (REUTERS)