Terbengkalai, Proyek Contoh Energi dari Sampah di Jambi

KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Instalasi pengolahan sampah menjadi energi listrik di Pasar Talang Banjar, Kota Jambi, masih menganggur meskipun sudah satu tahun diresmikan, instalasi itu diharapkan dapat mengelola 2,7 hingga 3,5 ton sampah organik per hari. Hasilnya untuk dimanfaatkan penerangan jalan.

JAMBI, KOMPAS — Sudah satu tahun instalasi pengolahan sampah menjadi energi listrik di Pasar Talang Banjar, Kota Jambi, menganggur. Padahal, pembangunan itu merupakan proyek percontohan bagi daerah-daerah lain tentang pengelolaan sampah berkelanjutan.

Pembangunan instalasi berbiaya 200.000 dollar AS itu selesai dibangun dan diresmikan Januari 2018. Pada saat itu, uji coba pengelolaan sampah menjadi listrik pun dilakukan. Namun, hingga kini instalasi itu menganggur.

Kepala Dinas Pasar Kota Jambi Komari membenarkan perihal tak beroperasinya instalasi pengolahan sampah untuk energi di Pasar Talang Banjar. Ia menjelaskan, ada dua penyebab. Pertama, belum ada serah terima dari pemerintah pusat.

”Sampai dengan sekarang kami masih terus berkoordinasi dengan pusat (KLHK) untuk memastikan kapan serah terimanya,” ujarnya, Jumat (18/1/2019).

KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Instalasi pengolahan sampah menjadi energi listrik di Pasar Talang Banjar, Kota Jambi, masih menganggur meskipun sudah satu tahun diresmikan, instalasi itu diharapkan dapat mengelola 2,7 hingga 3,5 ton sampah organik per hari. Hasilnya untuk dimanfaatkan penerangan jalan.

Penyebab lainnya, kata Komari, mesin pelumat sampah atau digester rusak. Pihaknya masih berupaya untuk memperbaiki.

Hingga Jumat (18/1/2019), bak-bak penampungan sampah digenangi air hujan. Sekeliling instalasi pun ditumbuhi semak karena cukup lama tidak ada aktivitas di sana.

Sebagaimana diketahui, pembangunan itu merupakan kerja sama Pemkot Jambi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Proyek ini didukung pendanaan dari komisi regional PBB di bidang ekonomi dan sosial untuk kawasan Asia Pasifik (UNESCAP) dan United Council Local Government Asia Pacific (UCLG ASPAC).

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC Bernadia Irawati menyebut Jambi terpilih sebagai satu-satunya kota di luar Pulau Jawa yang dijadikan proyek percontohan pengolahan sampah organik menjadi energi. Selain Kota Jambi, terpilih pula Kabupaten Malang. Jika proyek itu berhasil, akan dikembangkan ke daerah-daerah lain.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Beragam sampah plastik untuk didaur ulang. Mengurangi pemakaian kemasan plastik akan membantu mengurangi emisi karbon.

Wali Kota Jambi Syarif Fasha mengatakan, pengolahan sampah organik menjadi energi listrik akan meningkatkan efisiensi anggaran daerah. Selama ini, ujarnya, biaya yang dikeluarkan pihaknya untuk pengangkutan sampah Rp 50 miliar hingga Rp 60 miliar setahun.

Dari total 67 ton sampah per hari yang dihasilkan Kota Jambi, 60 persen berupa organik. Namun, baru 12 persen yang bisa dikelola dan dimanfaatkan menjadi produk baru bernilai ekonomi, seperti pupuk dan barang kerajinan.

Apabila sampah bisa dikelola di tempat, daerah dapat berhemat biaya pengangkutan sampah. Dengan pembangunan instalasi pengolahan sampah organik menjadi energi listrik, pemkot tidak perlu lagi mengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).

”Sampah dapat diolah langsung di tempat dan menjadi energi yang bisa dimanfaatkan. Maka, dana yang dihemat cukup besar, bisa sampai Rp 20 miliar per tahun, bisa dialokasikan untuk pembangunan lainnya,” ujar Fasha.

KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Suasana Pasar Baru Talang Banjar, Kota Jambi, Kamis (18/1/2019).

Pasar Baru Talang Banjar setiap hari menghasilkan 2,7 hingga 3,5 ton sampah organik. Seluruhnya akan diolah menjadi listrik. Listriknya untuk penerangan umum dan jika memungkinkan sisanya untuk masyarakat yang tinggal di sekitarnya.