Tantangan bagi Mahasiswa dan Perguruan Tinggi Bakal Lebih Besar
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Gelombang revolusi industri 4.0 berpotensi membawa dampak besar bagi semua disiplin ilmu, ekonomi, dan industri di Indonesia. Untuk itu, mahasiswa dan perguruan tinggi didorong mampu menghadapinya lewat kreativitas dan kombinasi berbagai keterampilan ilmu.
Hal itu dikatakan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir saat memberikan kuliah umum bertema ”Membangun Generasi Milenial Indonesia yang Berkarakter dengan Semangat Prestasi” di Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (18/1/2019) sore.
Nasir mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar apabila dilihat dari jumlah penduduknya yang mencapai sekitar 260 juta. Namun, dari jumlah itu, baru sekitar 47,5 persen dari total penduduk Indonesia yang masuk angkatan kerja. Oleh karena itu, akses, relevansi, dan mutu pendidikan tinggi perlu terus ditingkatkan. Tujuannya, meningkatkan peluang angkatan kerja lebih banyak yang diisi sumber daya manusia (SDM) berkualitas.
”Tantangan ke depan bakal lebih besar. Pada 2030, diperkirakan sekitar 38 persen pekerja di Amerika Serikat, 30 persen di Inggris, 35 persen di Jerman, dan 21 persen di Jepang bakal otomasi atau diganti mesin,” ujar Nasir.
Untuk itu, Nasir mengatakan, generasi milenial khususnya mahasiswa hendaknya bersiap diri. Di antaranya, memiliki kombinasi berbagai keterampilan berbeda, penuh kreativitas, kemampuan persuasi, berkolaborasi, hingga kemampuan beradaptasi dalam berbagai situasi.
Infrastruktur
Tak hanya mahasiswa, Kemristek dan Dikti juga menyiapkan perguruan tinggi untuk menjawab tantangan itu. Salah satunya dilakukan lewat pembenahan infrastruktur kampus lewat program 7 in 1.
Program tersebut kini tengah dilaksanakan di Universitas Syiah Kuala, Aceh; Universitas Gorontalo, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Yogyakarta, serta Universitas Sam Ratulangi. Hal serupa juga dilakukan di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin; dan Universitas Tanjungpura.
Program itu dimulai pada akhir 2017. Total anggarannya Rp 2,8 triliun. Di Untan, bangunan hasil dari program tersebut diresmikan pada Jumat siang.
Bangunan itu terdiri dari dua gedung perkuliahan empat lantai seluas 7.400 meter persegi dan satu gedung laboratorium terpadu empat lantai seluas 4.680 meter persegi. Selain itu, ada juga satu gedung perpustakaan terpadu tiga lantai seluas 5.270 meter persegi serta satu gedung serbaguna tiga lantai seluas 5.130 meter persegi.
Rektor Untan Thamrin Usman yakin pihaknya bisa memberikan layanan pendidikan terbaik. Pada 2019, Untan dapat menampung mahasiswa lebih banyak, yang semula hanya 3.000 orang menjadi 4.000 orang.
Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan, keberadaan fasilitas pendidikan tinggi yang memadai diharapkan bisa membantu meningkatkan kualitas SDM. Saat ini, Kalbar masih menghadapi masalah pengembangan SDM. Indeks pembangunan manusia berada di urutan ke-29 dan kualitas infrastruktur pada urutan ke-33 dari 34 provinsi. Ke depan, Sutarmidji mengatakan, kerja sama Untan dengan Pemerintah Provinsi Kalbar diharapkan lebih ditingkatkan lagi untuk mengatasi ketertinggalan itu.