Sedia Payung dan Jas Hujan
Tim Payung
Yoga Yudistira, Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
Saya biasa menyiapkan payung di tas ketika hendak bepergian di musim hujan seperti saat ini. Alasan utama saya adalah karena praktis. Meskipun saya kerap mengalami masalah ketika menggunakan payung saat hujan. Misalnya, sangat sulit untuk bisa menahan payung saat angin berhembus kencang, atau sering terciprat air dari arah samping badan ketika melewati pagar.
Namun hal tersebut dapat terbayar dengan kepraktisan membuka dan menutup payung, dibanding memakai dan melepas jas hujan. Saya adalah pengguna kendaraan umum. Ke mana saya pergi, saya lebih sering menggunakan kendaraan umum dibanding kendaraan pribadi. Oleh karena itu kepraktisan dalam membuka dan menutup payung menjadi kunci saya memilih payung.
Sedia Payung Kecil
Elvina Kezia Purba, Mahasiswa Fakultas Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Banten
Hujan selalu memiliki cerita bagi orang-orang yang merasakannya. Ada cerita manis, ada juga cerita apes karena beberapa aktivitas dapat tertunda karena kehadirannya. Saya lebih memilih menyiapkan payung kecil ketika berpergian di saat musim hujan. Penggunaan payung atau jas hujan sedikit banyak berkaitan dengan gender. Menyiapkan payung sebagai perbekalan sebelum hujan terkesan lebih ‘perempuan’ karena payung yang dijual di pasaran belakangan ini tersedia dalam beragam ukuran, desain, dan corak yang menarik perhatian kaum hawa.
Jika dilihat dari segi persiapan, perempuan memiliki kecenderungan menyimpan payung di dalam tasnya. Berbeda dengan laki-laki yang terkadang lebih praktis karena dapat langsung membeli jas hujan yang terbuat dari plastik tipis di supermarket atau langsung menerobos hujan saja.
Selain itu, sering terdengar kalimat ‘sepayung berdua’ yang dilontarkan oleh perempuan-perempuan jika mereka ingin berbagi payung dengan temannya sesama perempuan. Berbeda dengan laki-laki yang cenderung gengsi jika harus berbagi payung dengan sesama laki-laki (tetapi akan berbeda cerita jika harus sepayung berdua dengan perempuan ya) sehingga memilih menyiapkan dan menggunakan jas hujan manakala musim hujan telah tiba.
Nyaman dengan Jas Hujan
Iradahliani, Mahasiswa Diploma 4 Perhotelan, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, DKI Jakarta
Jika harus memilih payung atau jas hujan, tentunya saya akan memilih jas hujan. Mengapa saya memilih jas hujan ? Walaupun tidak sepraktis penggunaan payung, menggunakan jas hujan bisa menutupi hampir semua bagian tubuh.
Berbeda dengan penggunaan payung yang hanya bisa digunakan jika hujan tidak terlalu besar dan tidak berangin, jika tetap menggunakan payung di saat hujan deras, alhasil bagian tubuh kita bisa terkena cipratan air hujan. Jika memakai jas hujan, bahkan di saat hujan deras sekalipun jas hujan bisa lebih melindungi tubuh kita dari cipratan air hujan, mengurangi dinginnya hembusan angin.
Jas hujan juga bisa digunakan saat berkendara menggunakan motor. Jadi, saya lebih nyaman menggunakan jas hujan karena penggunaan nya bisa lebih bermanfaat dibandingkan payung.
Banyak Pilihan
Ellita Rahma Shintia, Mahasiwi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Tidar, Magelang
Saya adalah satu dari sekian banyak orang yang kurang suka dengan kedatangan hujan. Hujan menghambat aktivitas saya. Apalagi jika saya kehujanan, maka saya akan gampang terjangkit penyakit.
Ketika musim hujan datang, saya akan selalu menyiapkan jas hujan di jok motor dan menyelipkan payung di tas saya. Saya tidak mau aktivitas saya terganggu karena hujan. Pernah saya terlambat masuk ke kelas karena tertahan hujan.
Padahal saya sudah ada di lingkungan kampus sejak dua jam sebelumnya. Saya tidak menduga hari itu akan turun hujan karena langit cerah saat pagi. Saya tidak membawa payung, apalagi jas hujan. Maka, berakhirlah saya membolos mata kuliah tersebut dan memilih duduk menonton televisi di sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa.
Tergantung Kondisi
Khoirun Nisa, Mahasiswi Bimbingan Penyuluhan Islam, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Berbicara payung dan hujan jadi teringat kejadian tiga tahun lalu, saat diantar kakak laki-laki saya ke sekolah dengan motor. Di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun. Kami berteduh sambil memeriksa jok motor, ternyata yang ada payung lipat. Secara spontan payung saya ambil, namun dilarang oleh kakak. Katanya kalau pakai payung sambil naik motor itu berbahaya. Karena sudah terlambat akhirnya saya tetap memaksa.
Dengan menerjang hujan deras saya dan kakak melanjutkan perjalanan. Angin kencang menarik-narik payung dan berujung payung terbang sehingga saya basah kuyup.
Memori tersebut menjadi bukti bahwa jas hujan dan payung tidak ada kaitanya dengan gender. Memilih kedua barang tersebut tergantung situasi kondisi yang kita alami.